.....
Suasana di mansion Keluarga Dorian terasa begitu berbeda malam ini. Bangunan mewah yang biasanya sepi kini terlihat ramai oleh pengunjung. Di luar gerbang utama, satu per satu kereta kuda milik para tamu mengantri rapi, menunggu gilirannya masuk ke area acara. Demi memeriahkan pesta ulang tahun sang istri, tuan rumah sengaja mengundang banyak kenalannya, mulai dari bangsawan Elinor sampai bangsawan kerajaan tetangga.
Di aula besar yang sudah didekorasi sedemikian rupa, Duke Sander sibuk menjalankan tugasnya, menyapa tamu yang datang dan menemani mereka bercakap-cakap selagi Madam Cleo mempersiapkan diri di belakang.
"Anda mengundang banyak sekali orang penting Duke Dorian," celetuk Count Albert Lucian. Suami dari sahabat Madam Cleo itu tiba-tiba saja muncul di sebelah Duke Sander sambil memasang tampang jahil. Pria yang saat ini bekerja sebagai akuntan di perusahaan dagang milik Keluarga Dorian itu memasang senyum simpul di wajah. "Jangan-jangan ada pengumuman penting malam ini."
"Albert, seperti biasa, hidungmu sangat tajam." Balas Duke Sander seraya mengulurkan tangan kanannya, mengajak Count Lucian berjabat tangan. "Bagaimana kabarmu? Maafkan aku karena belakang ini terus melimpahkan semua pekerjaanku padamu."
Albert Lucian menyambut jabatan tangan Duke Sander. "Tentu saja baik, Lord. Bagaimana dengan Anda? Beberapa bulan terakhir ini, saya sering menemukan berita tidak mengenakkan mengenai keluarga Anda di koran Elinor."
Duke Sander tersenyum tipis. "Hidup tidak akan selamanya damai, Albert. Kesialan ada di mana-mana. Jangan heran jika suatu hari nanti kita tersandung karena kurang berhati-hati."
.....
Dibantu Elena dan Bella—penata rias tersohor di Elinor, Madam Cleo tampak kebingungan memilih perhiasan mana yang cocok dengan warna gaunnya. Setelah meluangkan banyak waktu melakukan rangkaian panjang perawatan tubuh demi mempercantik kulit, kuku dan rambut di salon terbaik ibukota, Madam Cleo malas jika penampilannya terlihat kurang hanya karena salah pilih perhiasan. Wanita itu tak ingin gaun indah yang dipilihkan Koa terbuang sia-sia.
"Kabar terbaru di aula?" tanya Madam Cleo kepada Elena.
"Sebagian besar tamu sudah datang, Madam."
"Bagus-bagus."
Bella memoleskan tipis-tipis lipstik berwarna merah marun pada bibir Madam Cleo. Sesuai permintaan sang pelanggan, Bella mengusahakan riasan Madam Cleo agar tidak terlalu mencolok. Istri dari Duke Sander itu menginginkan riasan yang sederhana, tapi tetap membuatnya terlihat elegan.
"Di mana Koa?" tanya Madam Cleo kepada semua orang ketika menyadari ketidakhadiran sosok putrinya itu. "Padahal pestanya sebentar lagi akan dimulai."
"Saya dengar dari Sir Smith, Lady Koa sedang mengawasi para maid mempersiapkan kamar istirahat untuk beberapa tamu jauh yang berniat menginap, Madam," jelas Elena.
"Mana Ernest? Itu pekerjaannya, kan?" tanya Madam Cleo heran. Mengatur maid bukanlah tugas Koa. Ernest sebagai kepala pelayan yang seharusnya bertanggungjawab.
"Ada masalah di bagian dapur, Madam. Sir Ernest terpaksa menerima pertolongan Lady Koa agar bisa pergi membantu kepala juru masak."
Walau Koa sudah sepenuhnya pulih dari luka insiden kompetisi berburu, Madam Cleo akui jika ia sulit berhenti merasa khawatir pada anak itu. Melarangnya melakukan pekerjaan berat adalah cara Madam Cleo menjaga putrinya. "Pergilah ke tempat Koa. Sampaikan padanya untuk langsung bergabung bersama Lord Sander di aula."
"Baik Madam."
.....
Terjadi kegaduhan di aula besar. Pandangan semua tamu teralihkan pada rombongan Keluarga Kimoni yang baru saja datang. Bangsawan lama dari daerah barat yang mendapatkan julukan Orang Kaya Baru di Elinor itu mendadak jadi pusat perhatian orang-orang.
"Anda juga mengundang Count Kimoni, Lord?" bisik Count Albert Lucian terkejut.
"Cleo-lah yang mengundang mereka," jawab Duke Sander.
Pertambangan berlian milik Keluarga Kimoni yang sukses besar berhasil membuat keluarga ini kaya dalam semalam. Bagi mereka yang bekerja di bidang perdagangan, Count Kimoni merupakan calon rekan bisnis yang sangat menjanjikan. Albert tentu saja tidak akan menyia-nyiakan kesempatan langka ini.
Bersama dengan istri dan putrinya, Count Owen Kimoni memberikan salam kepada Duke Sander. Penampilan mereka yang terlihat spektakuler malam itu langsung menjadi topik perbincangan para tamu.
"Terima kasih karena sudah bersedia datang pada acara keluarga saya, Count Kimoni," sambut Duke Sander ramah.
"Suatu kehormatan bagi kami bisa berpartisipasi pada perayaan ulang tahun istri Anda, Duke Dorian."
Mengetahui kedatangannya mendapatkan atensi yang luar biasa, Elle langsung girang. Awalnya ia sempat gugup karena ini adalah kali pertamanya diundang ke pesta besar. Kepercayaan diri Elle naik saat mengetahui orang-orang tampak peduli padanya. Sebagai bangsawan yang hidup di perdesaan, Elle jarang menerima banyak perhatian seperti ini. Terlalu larut dalam kegembiraan, gadis polos itu tidak sadar jika beberapa lady tengah sibuk mengolok-olok penampilannya.
"Aku tahu betapa mahalnya kalung yang dikenakan Lady Kimoni sekarang. Namun entah kenapa, di mataku, penampilan anak itu terlihat sangat kampungan."
"Kurasa Lady Kimoni tidak tahu cara padu padan gaun dan perhiasan yang benar."
"Dia memakai segala hal yang terlihat mewah di tubuhnya tanpa memikirkan cocok atau tidaknya barang-barang itu."
"Aku hanya bisa geleng-geleng kepala menanggapi penampilan perdana debut sosialnya ini."
"Sungguh, dia membuatku ingin tertawa."
"Hahaha... Anda benar."
.....
Koa akhirnya bisa bernapas lega setelah satu jam mondar mandir ke sana kemari menggunakan sepatu hak tinggi ketika mengatur para maid mempersiapkan kamar tamu. Meski pekerjaan itu baru beres setengahnya, sesuai pesan dari Madam Cleo, Elle yang akan melanjutkan.
Sembari menunggu rasa pegal di kaki hilang, Koa duduk di kursi panjang yang ada di balkon lantai dua. Ia melepas sepatu sebelum meluruskan kaki. Dengan mata terpejam, Koa menikmati dinginnya udara malam dalam diam.
"Dari dulu kebiasaanmu tidak berubah. Bersembunyi di tempat sepi saat ingin menghindari orang-orang."
Koa refleks menoleh ke arah pintu. Ekspresinya mengeras mendapati sosok Nathaniel memandanginya sambil bersedekap tangan. "Salam hormat saya, Yang Mulia Pangeran Nathaniel." Masih ingat dengan sopan santun, Koa bangkit lalu memberikan salam. Karena tergesa-gesa, Koa melupakan sepatunya dan terpaksa bertelanjang kaki.
Menyadari Koa terus menghindari kontak mata dengannya, Nathaniel merasa senang. 'Dia pasti gugup,' batinnya salah paham. Tanpa bersuara, Nathaniel tahu-tahu berjalan cepat menghampiri wanita itu.
Terkejut melihat Nathaniel tiba-tiba mendekat, Koa tanpa sadar melangkah mundur hingga dirinya terjatuh dan kembali duduk di atas kursi panjang balkon. Koa mengerjapkan mata mengetahui Nathaniel merendahkan tubuh—bertekuk sebelah lutut di hadapannya. "Y-Yang Mulia?"
Senyuman di wajah Nathaniel semakin bertambah lebar. Pria itu meraih sepatu Koa yang tergeletak di lantai dengan tangan kanan, dan menahan sebelah kaki Koa dengan tangan kiri. "Kau bukan Cinderella, Koa Dorian. Meskipun aku seorang pangeran, jangan hilangkan sepatumu hanya karena ingin mencari perhatian dariku," ucap Nathaniel sembari memasangkan sepatu itu pada kaki Koa.
.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen of Shield - Putri Sang Duke
Fantasy(SIDE STORY ADA DI GOODNOVEL) Seorang gadis yatim piatu meninggal dunia dengan cara yang sangat mengenaskan. Ia mati terbakar di dalam panti asuhan tempat di mana ia dibuang dan dibesarkan. Gadis itu kira, setelah ia mati, kemalangannya akan berakhi...