.....
"Saya sedang menjalani program terapi kejiwaan bersama Dokter Lucian."
Black mengangkat sebelah alisnya, merasa tidak asing dengan nama yang baru saja disebutkan Koa. "Dokter Lucian? Apakah Dokter Lucian yang kita bicarakan ini Lady Anne Lucian, putri bungsu Count Albert Lucian, rekan kerja Lord Sander?"
Koa menganggukkan kepala. "Lady Anne Lucian, beliau lulusan terbaik Akademi Kerajaan dan dokter ahli jiwa perempuan pertama di Elinor. Kalau saya tidak salah ingat, Lady Lucian berada satu angkatan di bawah Anda."
"Dia pelajar yang hebat. Jarang sekali bisa melihat perempuan berkarir menjadi dokter. Kebanyakan dari mereka lebih memilih menjadi perawat."
Insiden penculikan yang dialami Koa masih menyisakan luka menganga pada batin wanita itu. Pergulatan melawan depresi dan serangan panik telah mencapai titik termuak yang tak bisa ditoleransi lagi. Ketika Koa sibuk memikirkan cara untuk sembuh, bagaikan malaikat bersayap putih, Dokter Anne Lucian datang menawarkannya bantuan.
"Kami tak sengaja bertemu saat kunjungan kerja saya ke pelabuhan. Di pertemuan pertama kami, Lady Lucian menyadari bahwa ada yang tidak beres dengan mental saya," ujar Koa tertawa kecil sembari menunjuk kepalanya sendiri. "Agak memalukan memang, tapi saya beruntung bisa mendapatkan bantuan dari tenaga profesional seperti beliau."
Gangguan mental masih dianggap aib oleh sebagian besar bangsawan. Di lingkungan aristokrat, di mana citra dan reputasi dijunjung tinggi, kebanyakan orangtua tega mengurung anak-anak mereka yang membutuhkan perhatian khusus di dalam rumah, daripada menghadapi cemoohan dan pandangan sinis masyarakat. Mempertimbangkan situasi dan reaksi yang mungkin diberikan lingkungan sekitar, Dokter Anne Lucian dan Koa memutuskan untuk merahasiakan program terapi ini.
"Jangan meremehkan dirimu sendiri, Koa. Berani mengambil keputusan untuk sembuh patut diapresiasi." Black tampak tersenyum tulus. "Dan jalan untuk sembuh memang tak selalu mudah, tetapi kau tidak harus melalui perjalanannya sendirian."
Koa menghela napas lega sebagai respon kata-kata penyemangat itu. Setitik kehangatan mengisi relung hatinya, memberikan kepercayaan diri baru. Koa sangat bersyukur karena keputusannya—memasukkan Black menjadi salah satu bagian dari rencana hidupnya untuk bahagia di dunia ini tidaklah salah. "Terima kasih, Lord."
Suasana di kantor itu berubah hening ketika keduanya kembali fokus pada dunia mereka masing-masing. Black dengan pena dan berkas-berkas pekerjaannya, sementara Koa dengan secangkir teh bunga dan buku-bukunya. "Koa, sebelumnya kau sempat bilang, kau pergi ke pelabuhan, bukan?" tanya Black tiba-tiba penasaran. "Untuk urusan apa jika aku boleh tahu."
"Ah, ini berkaitan dengan program pasca kebakaran yang dirancang Pemerintahan Dorian. Count Lucian meminta bantuan saya untuk membereskan beberapa urusan sosial yang belum selesai," jelas Koa kepada Black. "Pemerintahan Dorian telah memberikan sejumlah santunan kepada para keluarga korban kebakaran dan berencana memberikan santunan lanjutan. Dikarenakan Duke Sander dan Madam Cleo pergi ke ibu kota, Count Lucian menyerahkan tanggung jawab ini kepada saya."
"Lalu bagaimana hasilnya?" Black menyandarkan punggungnya ke kursi, ingin bersantai sejenak. "Menyenangkan?"
"Dibanding kata menyenangkan, saya lebih suka menyebutnya dengan menegangkan." Koa tersenyum kecut seraya memainkan jemari tangannya—meremas ujung halaman buku ketika teringat pada rentetan kegiatan sosialnya kemarin. "Ini pengalaman pertama saya turun langsung ke lapangan. Menyaksikan kehidupan rakyat dari dekat, ternyata kehidupan mereka tidak sesederhana yang saya kira."
"Kita bisa karena kita terbiasa." Black diam-diam mengamati setiap lekukan di wajah Koa dengan tatapan memuja. "Pengalaman ini akan menjadi salah satu bagian penting pada masa belajarmu sebagai penerus keluarga. Lord Sander pasti bangga padamu."
"Saya harap begitu."
.....
Usai menghabiskan waktu istirahat siangnya menemani Ratu Zelda dan para istri bangsawan berpesta teh di kebun mawar yang mulai berbunga lagi, Aylin izin undur diri untuk pulang ke Istana Dahlia. Dalam bayang-bayang koridor yang sunyi, Aylin mendapati dirinya tiba-tiba dicegat oleh Selir Camille. Ibu kandung mendiang Pangeran Nathaniel itu ternyata telah melarikan diri dari paviliun ratu. Kepanikan terasa begitu kuat di dada Aylin, dan ia merasakan tubuhnya gemetar hebat.
"Pikirkan masa depan Anda, Yang Mulia. Gegabah bukanlah jawaban dari masalah Anda."
Selir Camille yang masih berduka atas kematian putranya menolak menerima kenyataan tragis itu. Niat jahatnya terpampang jelas di kedua bola matanya. Aylin mencoba menyelamatkan diri, tetapi Selir Camille menghadang semua jalan kabur Aylin. Pecahan kaca dari vas bunga yang penuh lumuran darah di tangan Selir Camille membuat kepanikan Aylin semakin tak terkendali. "Seharusnya sekarang Anda bertaubat dan memanfaatkan kesempatan yang diberikan raja untuk memperbaiki diri."
"Oh ayolah, Lady Otsana. Apa gunanya aku bertaubat setelah harta paling berharga dalam hidupku kalian rampas." Pelan tapi pasti, Selir Camille melangkah mantap menuju tempat Aylin. "Sebagai calon ratu di masa depan, seharusnya kau tunjukkan belas kasihmu dengan memberiku kesempatan untuk membalaskan dendamku pada keluarga keparat ini."
Aylin mundur teratur hingga punggungnya menabrak dinding istana. "Y-yang Mulia?!"
"Tunggu sebentar. Kalau kau mati sekarang, bukankah itu artinya kau tak akan bisa dinobatkan menjadi ratu? Astaga hahaha. Bagaimana mungkin aku melupakan bagian penting itu."
Layaknya orang kesetanan, Selir Camille berlari menerjang Aylin sembari mengayunkan pecahan kaca di tangannya. Wanita itu berhasil menggores lengan kiri Aylin, membuatnya terluka parah. Sukses pada percobaan pertama, Selir Camille tertawa terbahak-bahak.
Takut pada kematian, naluri bertahan hidup Aylin memunculkan kecerdikkan yang tak terduga. Saat Selir Camille lengah, ia dengan penuh nyali mendorong wanita itu menggunakan seluruh badannya. Menginjak ujung gaunnya sendiri, Selir Camille pun terjungkal ke belakang. Pada kesempatan itulah, Aylin kabur melarikan diri.
Menelusuri koridor sepi istana, Aylin berlari sekencang-kencangnya menuju pintu keluar. Jantungnya berdetum tak karuan tatkala menyadari bahwa Selir Camille berlari mengejarnya.
Aylin berhasil mencapai pintu keluar lebih dulu. Di sana, ia menemukan sekelompok penjaga yang sibuk memantau istana. Tanpa menyia-nyiakan waktu, Aylin meminta bantuan dengan isyarat cepat, sambil memperlihatkan tangannya yang berdarah. Para penjaga dengan sigap menyusun barisan, memblokir jalan Selir Camille.
"Kemari kau, Jalang Kecil!" teriak Selir Camille yang meradang setelah terkunci di antara pertahanan penjaga. "Jangan kabur dariku!"
.....
Ratu Zelda duduk dengan anggun di antara hamparan tanaman mawar yang tengah bertunas. Sembari bercengkerama dengan para tamunya, sesekali ia terlihat tertawa saat topik jenaka dimasukkan ke dalam obrolan. Namun, momen santainya harus berakhir begitu Aylin melangkah masuk dengan wajah pucat dan lengan yang berdarah-darah. Semua mata seketika tertuju pada sosok calon mantunya itu.
"Lady Otsana, apa yang terjadi?" Ratu Zelda bangkit dari kuris dengan gerak cepat. Ia berlari menghampiri Aylin dan memeriksa lengan Aylin yang terluka.
"Saya... saya diserang."
"Siapa yang berani menyakiti putri mahkota Elinor?" tanya Ratu Zelda geram.
"S-Selir Camille, Yang Mulia."
Ketika Ratu Zelda mendengar nama Selir Camille disebutkan, ekspresi di wajahnya sontak berubah serius. Sementara itu, para istri bangsawan yang berkumpul tak jauh di belakangan mereka kelihatan terkejut sekali. Sudah lama tak melihat batang hidung Camille, siapa sangka, wanita yang dijuluki selir kesayangan Raja Alden itu memberikan kejutan mengerikan seperti ini.
"Saya butuh perlindungan Anda, Yang Mulia. Selir Camille mencoba membunuh saya," jelas Aylin begitu ketakutan.
"Keterlaluan. Kelakuan gilanya kali ini sudah melewati batas!" Amarah Ratu Zelda memuncak. Namun menyadari kondisi Aylin harus ditangani secepatnya, ia memanggil beberapa pelayan istana supaya segera merapat. "Tolong bawa Aylin pergi, dan panggil dokter istana untuknya."
"Baik, Yang Mulia."
.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen of Shield - Putri Sang Duke
Fantasy#1 (SIDE STORY ADA DI GOODNOVEL) Seorang gadis yatim piatu meninggal dunia dengan cara yang sangat mengenaskan. Ia mati terbakar di dalam panti asuhan tempat di mana ia dibuang dan dibesarkan. Gadis itu kira, setelah ia mati, kemalangannya akan bera...