34. Mencari Kebenaran

7.9K 721 6
                                    


.....

"Selamat datang Duke Sander," sambut Ernest—kepala pelayan di mansion Keluarga Dorian yang berada di ibukota.

"Tolong siapkan keperluanku. Karena datang terburu-buru, aku tidak sempat membawa barang-barangku."

"Baik Duke," jawab Ernest penuh kesigapan.

Tak jauh berbeda dengan putrinya, raut kelelahan juga menghiasi wajah Sander Dorian. Perjalanan dari Dorian Dukedom ke ibukota yang seharusnya ditempuh selama empat hari menggunakan kereta kuda biasa, ia persingkat menjadi satu setengah hari dengan menunggangi kudanya sendirian. Akibatnya sekarang, seluruh tubuh pria itu terasa remuk redam.

Penatnya bertambah parah ketika harus mengikuti debat panjang pada rapat darurat parlemen. Sekian lama menahan diri agar tidak ikut campur pada urusan kerajaan, Sander terpaksa turun tangan demi keadilan putrinya.

"Di mana Koa?" tanya Sander kepada Ernest yang sibuk membagikan pekerjaan kepada para pelayan dan maid.

"Saat ini Lady Koa sedang berada di perpustakaan bersama Duke Leander." Ernest memberikan kode kepada para bawahannya untuk segera melaksanakan tugas mereka. "Sebentar lagi jam makan siang. Anda dapat bertemu mereka di meja makan. Atau mungkin, Anda ingin menemui mereka sekarang?"

"Tidak. Aku hanya bertanya saja."


.....

Menyadari Duke Leander yang tidak berhenti menatapku, yang dapat kulakukan saat ini untuk menghindari tatapan matanya yang tajam itu adalah dengan menenggelamkan diri pada tumpukkan buku-buku. Obrolan kami mengenai Zehra sudah berakhir beberapa jam yang lalu. Ketika sudah tidak ada lagi bahan untuk kami berdiskusi, rasa canggung karena berduaan dengannya mulai menyerangku. Perut ini, rasanya seperti diinjak-injak. Napasku pun perlahan memendek.

Aku sedang gugup.

"Teh bunga?" Duke Leander menyadari keberadaan benda familiar di dekatnya. Pria itu kembali melihat ke arahku. "Belum kau minum?"

Teh yang dibawakan Yona beberapa waktu lalu memang belum sempat aku sentuh. Terlalu fokus pada surat Oliver dan Aylin, serta kedatangan Duke Leander yang sangat mendadak, berhasil membuatku melupakannya.

"Nanti. Saya akan meminumnya nanti setelah menyelesaikan buku ini," jawabku sambil mengangkat sebuah buku berjudul 'Sejarah Kerajaan Benua Besar'.

"Aku rasa tehnya sudah dingin," ujar Black. Ujung dari jari telunjuk tangan kanannya menyentuh permukaan cangkir dan bergerak memutar pelan mengikuti bentuk cangkirnya. "Akan kupanggilkan maid untuk membuatkan yang baru."

"Terima kasih Lord."

"Apapun untukmu, My Lady."

Senyum manis yang merekah di bibir Duke Leander sukses mengalihkan perhatianku pada isi buku 'Sejarah Kerajaan Benua Besar'. Hebatnya lagi, rasa terinjak di perutku semakin menjadi-jadi.


.....

Zielle mengurung diri di dalam kantor usai membaca laporan hasil penyelidikan dan catatan interogasi Badan Penyidik Elinor. Tubuhnya bergetar hebat, menahan amarah yang siap meledak saat mengetahui sang adik terlibat dalam insiden di Restoran Celine maupun penyerangan di istananya. Meski ia sempat menaruh kecurigaannya pada Zehra, Zielle selalu menepis pikiran itu sebab ia memikirkan perasaan ibu mereka, Ratu Zelda. Terbiasa memaklumi segala kesalahan Zehra tanpa sadar membuat logika Zielle menjadi tumpul.

"Marquess Otsana dan Duke Dorian sudah mengisi tuntutan. Saya belum memberitahukan informasi ini kepada pihak Parlemen Elinor sesuai permintaan Anda. Namun dalam waktu dekat, secara resmi laporannya akan sampai di tangan raja," jelas Yosef Mor.

Queen of Shield - Putri Sang DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang