.....
Elle heran saat mengetahui tak satu pun bangsawan mengajaknya bicara. Orang-orang hanya memandangnya dari jauh, tanpa ada niat mendekati. Jika diperhatikan lagi, mereka malah terkesan sengaja menjaga jarak.
'Kenapa menatapku seperti itu? Ada yang aneh dari penampilanku?' batin Elle bertanya-tanya.
Merasa disisihkan tamu-tamu lain, Elle yang kecewa memutuskan pergi meninggalkan aula besar. Setelah mendapatkan izin dari Count Kimoni dengan beralasan jika ia kelelahan dan ingin beristirahat, Elle akhirnya keluar dari tempat itu.
"Astaga, ini menakutkan," seru Elle saat mencoba menaiki salah satu anak tangga menuju lantai dua. Gadis itu kesulitan bergerak karena terhalang gaunnya yang kebesaran. Elle menyesal. Seharusnya ia turuti saja saran ibunya hari itu.
Usai menerima undangan tak terduga dari Keluarga Dorian, ditemani Countess Kimoni, Elle pergi ke kota guna membeli gaun baru yang akan dikenakannya pada pesta nanti. Tanpa mempedulikan kenyamanannya sendiri, Elle langsung menunjuk gaun paling mewah yang terpajang di toko. Meski berulang kali dibujuk Countess Kimoni untuk ganti pilihan, Elle bersikukuh ingin membeli gaun tersebut. Kini ia harus menanggung akibatnya— geraknya menjadi sangat terbatas.
Ketika sampai di lantai dua, kepala Elle terlihat bergerak ke sana kemari layaknya kepala burung hantu, sibuk mengamati kemewahan di setiap sudut ruangan dengan mata penuh binar. "Mansion ini ternyata besar sekali," puji gadis itu terkagum-kagum.
Rumah tempat tinggal Elle dan keluarganya tentu saja tidak seberapa jika dibandingkan rumah Keluarga Dorian. Dilihat dari segi ukuran bangunannya pun mereka sudah kalah telak. Meski saat ini Keluarga Kimoni tengah melakukan renovasi total pada rumah mereka, Elle ragu kemewahannya nanti dapat mengalahkan kemewahan mansion ini.
Desas-desusnya, saking besar dan luasnya rumah Keluarga Dorian, Duke Sander sampai mempekerjakan ratusan orang hanya untuk membersihkan lantainya saja. Elle tidak bisa membayangkan berapa banyak uang yang harus mereka keluarkan untuk menggaji orang-orang itu. Kekayaan keluarga pada tingkat duke memang sulit diterima akal sehat.
"Ayah juga punya banyak uang sekarang," ujar Elle tak mau kalah. "Aku akan minta pada ayah untuk memperbesar ukuran rumah kami dan mengganti semua perabotan dengan yang baru."
.....
Ketahuilah, melihat Pangeran Nathaniel bersikap manis seperti sekarang membuat bagian otak yang mengontrol rasa cemasku bekerja lebih keras dibandingkan hari biasa. Mungkin ini terjadi karena aku terlanjur tahu bagaimana brengsek dan bejatnya sifat asli Pangeran Nathaniel kepada Lady Koa Dorian.
"Tolong hentikan, Yang Mulia. Tangan Anda bisa kotor." Saat berusaha melepaskan diri, tangan Pangeran Nathaniel justru mencengkeram pergelangan kakiku. "Anda membuat saya berada dalam posisi sulit."
Pangeran mengangkat kepalanya dan menatapku cukup lama. "Membuatmu berada dalam posisi sulit? Apa yang kau takutkan, Koa?"
Sialan. Pangeran Nathaniel benar-benar manusia yang tidak punya malu. Percaya diri sekali memanggil Lady Koa menggunakan nama depannya saja.
Memanggil seseorang dengan nama depan mereka merupakan wujud keakraban. Salah satu perlakuan manis Pangeran Nathaniel inilah yang dalam novel sukses membuat Lady Koa jatuh hati. Memiliki status tinggi karena terlahir sebagai putri seorang duke, Lady Koa jarang menemukan orang yang diperbolehkan memanggil nama depannya dengan leluasa.
Pangeran Nathaniel sengaja memanggil Lady Koa menggunakan nama depannya di pertemuan pertama mereka. Meski awalnya terdengar tidak sopan, akan tetapi bagi Lady Koa yang selalu merasa kesepian lantaran tidak punya teman, tindakan pangeran tersebut berhasil menghangatkan hatinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Queen of Shield - Putri Sang Duke
Fantasy#1 (SIDE STORY ADA DI GOODNOVEL) Seorang gadis yatim piatu meninggal dunia dengan cara yang sangat mengenaskan. Ia mati terbakar di dalam panti asuhan tempat di mana ia dibuang dan dibesarkan. Gadis itu kira, setelah ia mati, kemalangannya akan bera...