62. Sabetan Pisau Dapur

4.1K 382 14
                                    


.....

Selepas acara makan malam, Zielle mengantarkan Aylin ke teras depan rumah Keluarga Dorian. Di dekat undakan, telah menunggu kereta kuda kerajaan yang akan mengantarkan wanita itu pulang ke istana.

"Tolong, jaga diri Anda." Aylin membelai pipi Zielle, tampak begitu khawatir. "Semoga Tuhan memberkati niat baik Anda."

Zielle menangkap tangan Aylin, lalu meremasnya dengan lembut sebelum membawanya ke bibir untuk dikecup. "Jangan risau. Aku pandai menjaga diri." Pangeran pertama Elinor itu membantu Aylin naik ke kereta. Setelah menutup pintu, ia memberikan kode kepada kusir untuk melajukan kendaraan. Ketika kereta itu mulai bergerak, dari bangku penumpang, terlihat Aylin melambaikan tangan untuknya.

Zielle masih bertahan di undakan teras, terus menunggu sampai kereta Aylin hilang dari pandangan. Begitu badan kereta tak lagi terlihat, Zielle masuk kembali ke dalam bangunan. Sebelum pergi, Zielle ingin menemui Ernest, dan juga Oliver yang kebetulan belum pulang dari tempat itu.

"Sir Ernest," panggil Zielle. "Terima kasih atas jamuan makan malamnya." Ia menjabat tangan Ernest. "Sampaikan salamku kepada Duke Dorian."

Ernest menganggukkan kepala, sikapnya sangat formal. "Senang bisa melayani Yang Mulia sekalian."

Dari Ernest, Zielle berganti ke Oliver. Pria yang usianya diperkirakan seumuran dengan adik perempuan Zielle itu terlihat fokus mempertahankan senyum bisnis di wajah.

"Sir Oliver, berapa banyak orang yang Anda kirim?" Zielle sedang mempertanyakan perihal pengawalan Aylin. Si pangeran mengakui jika ia merasa sedikit was-was membiarkan tunangannya pulang sendiri. Keterbatasan waktu pada misi penyelamatan Koa memaksa Zielle membuat prioritas. "Aku bukannya meragukan kemampuan anak-anak asuh Black. Hanya saja, penculikan Lady Dorian menyadarkanku jika musibah itu bisa kapan saja terjadi pada Aylin." Zielle tak malu menunjukkan kekalutannya. "Semua orang tahu, bahwa aku musuh terbesar Nathaniel."

"Saya memakluminya, Yang Mulia. Kondisi politik Elinor memang sedang panas-panasnya sekarang."

Zielle menepuk bahu Oliver sebanyak dua kali. "Aku percayakan semuanya padamu."

Setelah berpamitan pada Ernest, Zielle dan Oliver pergi meninggalkan kediaman Keluarga Dorian. "Bagaimana kabar pasukan Anda, Yang Mulia." Oliver memasukkan kedua tangannya ke dalam saku mantel ketika angin malam musim dingin menerjang halaman wastu.

Sambil menunggu kuda-kuda mereka disiapkan, Zielle meminta kembali kotak cerutu yang sebelumnya ia titipkan kepada salah seorang pengawal. Pria itu menyelipkan satu batang lintingan daun tembakau ke bibir, menyalakan pematik, membakar ujungnya. Dihisapnya cerutu itu dalam-dalam, lalu menahannya di paru-paru selama beberapa detik, baru kemudian dihembuskan ke udara. "Aku mengirimkan perintah supaya mereka menungguku di perbatasan."

Oliver menolak dengan sopan saat Zielle menawarinya satu. Oliver mengatakan jika ia tidak bisa merokok. Melihat keretanya tiba di halaman, Oliver pun berpamitan pada Zielle. "Maaf, Yang Mulia. Saya tidak bisa berlama-lama di sini. Cuacanya sangat buruk dan sangat membahayakan pengguna jalan. Saya izin pamit undur diri."

"Kau benar, Oliver. Pergilah. Jangan sampai keretamu terjebak lumpur."

Oliver membungkuk untuk memberikan hormat, lalu melenggang pergi.


.....

Koa menarik selimutnya menutupi seluruh tubuh karena tak kuat lagi menahan dinginnya udara di kamar. Seandainya kaki Koa tidak terikat, mungkin saat ini wanita itu sedang sibuk berlari mengelilingi kamar. Bergerak memang terbukti bisa menghangatkan tubuh kita secara alami.

Queen of Shield - Putri Sang DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang