.....
"Hal gila apa yang sudah kau lakukan Pangeran Nathaniel!"
Tamparan keras mendarat di pipi Nathaniel ketika dirinya baru saja menginjakkan kaki di ruang kerja Raja Alden. Setelah rapat parlemen berakhir, ia diminta untuk datang kemari. Nathaniel tidak menyangka jika kedatangannya akan disambut dengan cara menyakitkan seperti ini.
"Y-Yang Mulia...?" ujar Nathaniel terkejut, langsung menyentuh pipi kirinya yang kini terasa panas.
"Insiden yang hampir menewaskan Lady Koa Dorian— Kau ikut terlibat bukan?"
Mata Nathaniel membola. Gelagatnya berubah gugup walaupun hanya untuk sesaat. "Tentu saja tidak, Yang Mulia" seru Nathaniel menampik tuduhan raja.
"Berhenti berbohong di hadapanku Pangeran Nathaniel! Ada saksi yang melihat pengawal pribadimu menyemprotkan sesuatu pada kuda milik Duke Leander. Membuat kuda itu mengamuk dan berunjung pada celakanya Lady Dorian."
'Jonas sialan! Padahal tugas yang kuberikan padanya sangat mudah. Kenapa bisa sampai ketahuan?' batin Nathaniel jengkel.
"Yang Mulia, tetapi saksi tersebut hanya melihat pengawal saya saja. Ucapannya tidak dapat membuktikan jika saya juga ikut terlibat dalam insiden yang menimpa Lady Dorian. Anda terlalu gegabah dalam mengambil kesimpulan."
Raja Alden tertawa miris. "Pangeran Nathaniel, seorang bawahan tidak akan bergerak jika bukan karena perintah dari atasannya. Kau ingin mengatakan kepadaku jika Sir Jonas Brown melakukannya atas kehendaknya sendiri? Memang apa urusannya pria itu dengan Duke Leander. Tidak ada bukan? Berbeda denganmu," cecar Raja Alden sembari menunjuk Nathaniel.
Nathaniel menyembunyikan kepalan tangannya ke belakang punggung. Rasa jengkelnya terus naik mencapai ubun-ubun. "Apakah pengadilan sudah melakukan interogasi kepada Sir Jonas Brown?" tanya Nathaniel tetap tenang.
"Interogasi?"
"Pengakuan dari Sir Jonas Brown sendiri sangat penting, Yang Mulia."
"Nathaniel, kau masih saja berkelit—
"Jika dalam proses interogasi Sir Brown mengatakan bahwa saya juga ikut terlibat, saya akan langsung menyerahkan diri. Akan tetapi, jika sebaliknya, saya berharap Yang Mulia berhenti menuduh saya."
.....
'Rasanya sakit sekali,' batin Koa sambil menahan napas. Perlahan ia membuka mata. Ukiran kayu rumit di kanopi ranjang menjadi pemandangan pertama yang Koa lihat usai lama tak sadarkan diri.
"Bagaimana keadaanmu? Butuh sesuatu?"
Suara berat Black yang datang dari sisi kiri Koa memaksa wanita itu untuk menolehkan kepalanya ke samping. Koa temukan Black yang tengah duduk dengan kaki menyilang dan kedua jemari tangannya yang saling bertautan di atas pangkuan pria itu. Ia menatap Koa dalam diam.
"L-lord...?" Mendengar suaranya yang berubah serak, Koa jadi malu. Ia lantas berdeham beberapa kali, lalu kembali bertanya. "Apakah saat ini saya sedang berada di kediaman Anda?"
Black menurunkan sebelah kakinya dan memperbaiki caranya duduk. "Kau tahu?"
Ada sensasi rasa sakit menusuk di bagian dada ketika Koa bergerak. Ia sontak meringis dan melambai-lambaikan tangannya kepada Black— mengatakan jika ia baik-baik saja. "Ukiran di atas sana," ujar Koa menunjuk ke atas, "Itu lambang keluarga Anda bukan?" Koa diam-diam melirik Black yang beralih mengamati kanopi ranjang di atas mereka. "Singa perak."
Black terkekeh seraya menyugar rambutnya ke belakang saat mengetahui ada beberapa helaian rambutnya yang jatuh menusuk mata. "Kau belum menjawab pertanyaanku," ujarnya belum lupa.
![](https://img.wattpad.com/cover/303339904-288-k150977.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen of Shield - Putri Sang Duke
Фэнтези#1 (SIDE STORY ADA DI GOODNOVEL) Seorang gadis yatim piatu meninggal dunia dengan cara yang sangat mengenaskan. Ia mati terbakar di dalam panti asuhan tempat di mana ia dibuang dan dibesarkan. Gadis itu kira, setelah ia mati, kemalangannya akan bera...