82. Kematian Nathaniel dan Penangkapan Count Kimoni

2.4K 226 2
                                    


.....

Nathaniel merasakan tarikan napasnya yang bertambah berat, seolah oksigen dari udara sekitar berubah menjadi racun mematikan, yang siap menggerogoti paru-parunya. Detik ke detik, rasa sesak itu kian menyiksa, dan bagian paling menyedihkan, ia sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa. Mungkinkah ini masa-masa terakhirnya hidup di dunia ini?

Di suatu sudut dalam pikiran Nathaniel, bayangan Koa muncul, membawakan ingatan manis akan hari-hari di mana cinta mereka masih tubuh dengan subur. Penghianatan yang telah ia lakukan terhadap wanita itu kini menjadi beban berat yang terus menghantui. Nathaniel sungguh merindukan kehangatan dan dukungan yang dulu tanpa usaha pun, bisa ia dapatkan dengan mudah.

Semakin dekat dengan pintu kematian, wajah cantik Koa tampak begitu nyata di dalam khayalannya. Koa memenuhi hati Nathaniel dengan penyesalan tak terkira. Di tengah penderitaan yang tak berkesudahan itu, Nathaniel menyadari tubuhnya mulai mengigil hebat. Bukan hanya karena efek racun yang melumpuhkannya, melainkan juga karena banjir rindu yang tiba-tiba menerjang.

"Andai saja, malam itu Anda bersedia menerima Elle dan anak yang dikandungnya. Saya berani bersumpah, saya tidak akan tega membalas Anda sampai sejauh ini. Namun... apa mau dikata. Pada kenyataannya, Anda dengan keji menolak Elle, membuatnya sakit hati, d-dan... karena Anda, putri kesayanganku yang malang memilih untuk mati."

Suara Count Kimoni mencuri perhatian Nathaniel saat kegelapan perlahan menenggelamkan sisa-sisa kesadarannya. Kendati mata terpejam rapat, Nathaniel tahu, seseorang baru saja menyuntikkan cairan asing pada tangannya.

"Ini hadiah terakhir dari saya, Yang Mulia," bisik Count Kimoni di telinga Nathaniel. "Setelah saya pikirkan kembali, manusia laknat macam Anda memang tidak layak bersanding bersama putri saya."


.....

Pihak istana membatalkan acara duel Black dan ia juga tak bisa melanjutkannya lagi di lain waktu. Beberapa jam setelah dipindahkan ke Rumah Sakit Ibu Kota, Nathaniel dikabarkan telah menghembuskan napas terakhirnya di tempat itu. Selaku perwakilan dari Keluarga Kerajaan, Zielle bertanggung jawab untuk memberitahukan langsung informasi ini kepada Black.

"Dugaan sementaranya racun polonium," Zielle menarik kursi kosong di sebelah Black, lalu duduk di sana. "Polonium tidak memiliki rasa dan tak berbau, bisa diselundupkan melalui makanan atau minuman. Racun ini senjata yang sempurna untuk membunuh."

Black terus bergeming, masih belum menerima hasil akhir dari duelnya.

"Belum ada obat penawar racun polonium." Zielle terlihat melirik ke arah Black. Ada spekulasi liar di kalangan keluarganya, tapi sebagai teman lama Black, ia enggan mempercayai bahwa Black mungkin saja terlibat dalam tragedi ini. "Black, bukan kau 'kan pelakunya?"

"Polonium..." gumam Black begitu lirih. Ia menegakkan punggung, lalu membalas lirikan Zielle dengan tatapan dingin. "Untuk apa saya menantangnya berduel jika saya mempunyai rencana untuk membunuhnya dengan racun."

"Beberapa anggota Keluarga Kerajaan yang menghadiri acara duel kemarin mulai mempertanyakan peranmu dalam kematian Nathaniel." Zielle menelan ludah, mencoba merapikan kata-katanya sebaik mungkin sebelum melanjutkan. "Mereka memiliki kecurigaan, dan aku harus jujur padamu, kematian Nathaniel ini memperumit situasi kita."

Mundurnya Pangeran Abel dan Pangeran Noir, pengasingan Putri Zehra, kemudian disusul kematian Nathaniel, rangkaian peristiwa itu telah menciptakan kegaduhan dalam dunia politik Elinor yang sulit dikendalikan Zielle. Sebagai kandidat dan satu-satunya pewaris sah yang tersisa, Zielle ingin mempertahankan stabilitas istana dengan merangkul semua anggota perlemen supaya kembali bersatu. Namun, kecurigaan beberapa keluarganya kepada Black berpotensi menjadi penghalang baru dalam usahanya mempersatukan semua fraksi politik di parlemen Elinor.

Queen of Shield - Putri Sang DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang