75. Ancaman dari Count Kimoni

2.6K 247 0
                                    

.....

Angin lembut yang sejuk menyusup masuk melalui jendela kamar, menerbangkan tirai berbahan satin yang kini menari-nari layaknya penari balet yang anggun. Pemandangan itu terasa begitu indah, apalagi saat cahaya matahari pagi yang berkilauan menyoroti setiap detail kamar Koa, mulai dari furnitur antik hingga ornamen kristal yang menggantung di langit-langit.

"Bagaimana perasaan Anda hari ini, Milady?" tanya Olga ingin memastikan kondisi tuannya baik-baik saja secara keseluruhan. Ia bertimpuh di depan Koa, seorang lady terhormat yang merupakan tuannya. Sejak hari di mana Koa kembali ke Dorian, rutinitas pelayan itu setiap pagi adalah mengoleskan dengan penuh hati-hati krim racikan dokter pada bekas luka di kaki Koa.

Koa yang sedang tenggelam dalam pikirannya sendiri tersentak oleh pertanyaan Olga. Ia menatap sekilas pelayannya sebelum memberikan jawaban. "Terkadang aku merasa tubuhku ini seperti reruntuhan dari masa lalu yang gelap. Singkatnya, perasaanku tidak buruk, tapi juga tidak baik."

Sembari meresapi kata-kata tuannya, Olga melanjutkan tugasnya dengan begitu telaten. "Saya mengerti, Milady. Mengenai suasana hati Anda yang kurang baik, apakah ada sesuatu atau kegiatan yang biasa Anda lakukan untuk menyenangkan diri?"

"Aku suka menghabiskan waktuku di perpustakaan."

"Selain itu?"

"Mm... mungkin duduk di taman, tidur siang di kursi santai gazebo. Karena udara masih dingin, aku jarang melakukannya belakangan ini," jawab Koa seraya membayangkan suasana taman yang sepi dengan kursi santai favoritnya yang menjanjikan ketenangan.

Olga yang sibuk menutup botol krim di tangannya tiba-tiba tersenyum. "Mungkin besok atau lusa, saat cuaca sedikit lebih hangat, saya bisa menyiapkan segala kebutuhan Anda. Berbicara tentang taman, saya mendapatkan kabar dari tukang kebun jika tunas-tunas muda sudah mulai bermunculan."

"Musim semi telah tiba, Olga."

"Benar Milady. Saya sudah tidak sabar lagi menemani Anda untuk berjalan-jalan di taman, menikmati cuaca cerah, udara segar dan bunga-bunga yang bermekaran."

Ketika Koa dan Olga tengah asik mengobrol, pintu kamar terbuka perlahan. Phillip, si kepala pelayan memasuki ruangan dengan wajah serius. "Maaf jika saya mengganggu pagi Anda, Milady. Saya hanya ingin memberitahukan bahwa Duke Sander dan Madam Cleo telah tiba di ibu kota dengan selamat."

Rasa lega langsung menyelip ke dalam hati Koa begitu mendengar kabar orangtuanya sampai di ibu kota dengan selamat. "Syukurlah. Terima kasih atas informasinya, Phillip. Tolong tuliskan surat balasan untuk mereka. Jangan lupa sampaikan salam hangatku."

"Segera saya laksanakan Milady," jawab Phillip kemudin membungkuk hormat sebelum pergi meninggalkan kamar.

.....

Duke Sander memberikan Black sebuah kamar pribadi yang bisa ditinggali pria itu selama berada di Dorian. Selain difungsikan sebagai tempat istirahat, Black juga menggunakan kamar itu sebagai kantornya. Dan siang ini, waktu bekerja Black kembali terinterupsi oleh kedatangan Oliver yang memang rutin mengantarkan berkas pekerjaannya dari Leander ke Dorian setiap dua minggu sekali. Di tangan Oliver terlihat tumpukan map berisi dokumen-dokumen penting yang perlu ditandatangani Black.

"Di mana laporan hasil persidangan anggota Plouton?" tanya Black setelah memeriksa satu per satu dokumen yang dibawa sekretarisnya dan tak menemukan dokumen yang ia cari.

"Maaf, Lord Black. Sepertinya ada keterlambatan dari kantor pengadilan. Sir Yosef Morr memberitahukan bahwa laporan itu akan tiba di Dorian besok pagi. Beliau menjamin bahwa semuanya masih bisa berjalan sesuai jadwal, hanya sedikit kendala logistik," jelas Oliver sembari menyusun dan merapikan berkas-berkas pekerjaan Black minggu lalu untuk dibawa pulang ke Leander.

Black mengangguk paham. "Beritahu mereka, aku ingin mendapatkan laporan itu sesegera mungkin begitu tiba di Dorian."

"Saya mengerti. Akan segera saya sampaikan." Oliver kemudian mengeluarkan sebuah amplop dari dalam map yang berbeda dan menyodorkannya kepada Black.

"Apa ini?"

"Laporan dari kelompok mata-mata Leander, Lord. Kami menemukan adanya pergerakan mencurigakan dari pihak Count Kimoni."

Ekspresi di wajah Black seketika berubah serius. "Berikan detailnya, Oliver."

Oliver lalu menyampaikan kecurigaan mata-mata Leander bahwasanya Count Owen Kimoni memiliki niatan untuk menyabotase acara duel Black dan Nathaniel. "Mereka mencurigai Count Kimoni berencana membuat kekacauan dengan cara yang tidak terduga selama pertarungan Anda. Beberapa waktu yang lalu, pria itu terpantau menemui salah seorang anggota kelompok 'Bloods Diamond' di acara pemakaman Lady Kimoni."

"Kelompok Bloods Diamond? Jika ingatanku tak meleset, bukankah mereka perkumpulan pedagang berlian dari wilayah timur? Apakah ada sesuatu yang mencurigakan dari pertemuan mereka?"

Oliver mengangguk kepala. Ia menambahkan, "Benar, Lord. Meski dikenal sebagai kelompok pedagang, di dunia bawah tanah, Bloods Diamond dikenal sebagai kelompok pembunuh bayaran."

Dengan sebelah alis yang terangkat, Black menatap tajam Oliver. "Menurutmu, siapa target Count Kimoni? Apakah ada informasi lengkap yang bisa kita gali dari kelompok mata-mata Leander?"

"Sampai sekarang, kami masih menyelidikinya, Lord. Namun, indikasi awal menunjukkan bahwa Count Kimoni memiliki agenda tersembunyi yang lebih kompleks. Kami akan mencoba mengurai benang kusut dari pertemuan mereka dan mencari tahu apakah ada motif tertentu yang ingin dicapai."

Black terlihat merenung sejenak. Ancaman dari Count Kimoni menyadarkan Black jika dirinya harus siap menghadapi berbagai kemungkinan yang bisa terjadi di masa depan. "Rencana Count Kimoni tampaknya tidak sekadar berkaitan dengan acara duel. Ada sesuatu yang lebih besar tengah terjadi di balik layar. Dan aku penasaran, apakah aku bisa memanfaatkan situasi ini."

.....

Acara duel tinggal menghitung hari. Puluhan pekerja istana berkeliaran di sekitar lapangan, memastikan setiap detail persiapan telah diselesaikan dengan sempurna. Tenda-tenda besar berwarna hitam dan merah didirikan berjejer di sisi lapangan. Nantinya tempat ini difungsikan sebagai tempat berkumpul penonton yang ingin menyaksikan pertarungan.

"Apa kau bilang!" seru Zielle yang terkejut usai mendengarkan laporan sekretarisnya. "Astaga, bisa-bisanya mereka membiarkan wanita itu keluar dari istananya dan membuat keributan di tempat raja."

"Selir Camille mengancam akan mengakhiri hidupnya jika Raja Alden tetap meneruskan acara duel besok. Untungnya para pengawal Ratu Zelda berhasil menggagalkan usaha itu, dan beliau sekarang sedang dikurung di paliviun pribadi ratu," tambah sekretaris Zielle.

"Lalu respon dari raja?"

"Raja Alden tentu saja merasa sangat terganggu. Awalnya Ratu Zelda berencana untuk memberikan hukuman berat kepada Selir Camille sebab beliau sudah berani meragukan keputusan raja. Namun, Raja Alden menolak rencana tersebut. Setelah perdebatan panjang, mereka pun memutuskan untuk memberikan Selir Camille hukuman ringan sebagai teguran."

Tawa ironis merayap di bibir Zielle. Cinta yang begitu buta nyatanya mampu menumpulkan penilaian seseorang. Drama cinta yang naif ini sontak membuat lidah Zielle terasa pahit. "Apa yang bisa kuharapkan dari ayahku. Ini bukan lagi hal yang baru bagi kita. Cintanya pada Selir Camille meruntuhkan kebijaksanaannya."

.....

Queen of Shield - Putri Sang DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang