54. Hadirnya Si Pembawa Peringatan

5.4K 452 7
                                    


.....

Iring-iringan pasukan Leander tiba di Adler Dukedom—lebih tepatnya di Benteng Airstone lima belas hari setelah keberangkatan. Perjalanan yang seharusnya bisa ditempuh dalam dua belas hari itu terpaksa mundur karena perubahan rute. Untungnya surat perizininan lintas batas mereka langsung disetujui Marquess Otsana, jika tidak, mungkin mereka baru sampai di tempat ini dalam dua hari lagi.

Black turun dari atas kuda, lalu memberikan tali kekang kudanya kepada Arnold Colton. Meski baru saja menempuh perjalanan yang jauh, sama sekali tidak terlihat raut kelelahan di wajah pria itu. Musim dingin yang ganas di utara hanya membuat hembusan napasnya tampak mengepul putih di udara.

"Selamat datang, Duke Leander!" Sekumpulan prajurit Elinor yang berjaga di gerbang Benteng Airstone menyapa Black. Mereka bersama-sama memberikan hormat.

"Di mana Duke Adler?" tanya Black kepada salah seorang dari mereka.

"Duke Adler menunggu Anda di dalam," jawab prajurit itu. "Mari, saya antarkan."

Benteng Airstone bukanlah benteng terluar Elinor. Masih ada The Great Wall yang berjarak tujuh mil ke arah utara. Bangunan benteng yang dikelola langsung oleh prajurit Adler ini memiliki tembok setinggi sepuluh meter dengan ketebalan dinding mencapai dua meter. Di dalam bangunan benteng, terdapat beberapa ruangan yang pergunakan sebagai gudang senjata, gudang makanan, ruang tahanan, ruang medis, ruang rapat dan kantor. Sementara di bagian bawah tanahnya, dibangun sebuah terowongan panjang yang menghubungkan benteng ini dengan The Great Wall.

"Lama tidak bertemu, Lord Simon."

"Ternyata kau, Black Leander."

Black mengulurkan tangan kanannya ke pria tua berjanggut tebal yang sebelumnya tengah sibuk mengamati peta strategi pada sebuah papan hitam yang terpasang di dinding ruangan. Simon Adler—mertua dari Raja Alden itu segera menerima jabatan tangan Black. "Selamat datang kembali di Adler, Duke Black Leander."

"Senang bisa bertemu Anda lagi, Duke Simon Adler."

Sepanjang hidupnya, ada tiga tempat di Elinor yang paling sering Black singgahi. Pertama, Akademi Kerajaan—tempat di mana Black menimba ilmu. Kedua, Leander Dukedom—tempat Black dilahirkan dan dibesarkan. Dan yang terakhir, Benteng Airstone dan The Great Wall. Black menghabiskan masa akhir remaja hingga dewasanya di tempat ini bersama Simon Adler. Bisa dikatakan, pria tua itu adalah mentor Black di masa-masa awalnya mengemban tugas sebagai seorang duke.

"Bagaimana situasi di luar The Great Wall, Lord Simon?"

Helaan napas Simon Adler begitu panjang. "Lebih dari sepertiga pasukan Elinor tewas. Banyak prajurit yang terpaksa dipulangkan karena terluka parah. Kondisi ini sempat membuat kami kewalahan menghadapi serangan susulan pasukan Nesrin."

Perang Elinor melawan Nesrin dan sekutunya semakin menggila usai Elinor memutuskan memonopoli pasar berlian dunia. Jika Black boleh menyalahkan seseorang, maka ia akan menyalahkan Raja Alden. Keserakahan pria itulah yang menjadi pemicu perang tak berkesudahan ini, lalu dengan tidak tahu dirinya melibatkan semua orang ketika sudah tak sanggup lagi mengatasi masalahnya sendiri.

Black melepaskan sarung tangan seraya melangkahkan kaki menuju meja bundar di tengah ruangan. Di atas meja bundar itu, telah dibentangkan selembar peta besar yang menunjukkan posisi Kerajaan Elinor dan kerajaan-kerajaan di sekitarnya. Beberapa bidak catur yang dipasangi bendera dari masing-masing kerajaan terlihat menghiasi sebagian besar permukaan peta. "Berapa jumlah prajurit yang dibawa Nesrin pada pertempuran terakhir?"

"Satu batalion."

Jumlah itu cukup mengejutkan Black. "Hm... hebat sekali. Mereka langsung menyerbu dengan kekuatan penuh."

Queen of Shield - Putri Sang DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang