88. Upacara Pemberkatan yang Ditunggu-tunggu

2.9K 243 2
                                    

.....

"Jadi menurut Anda, penundaan pernikahan mereka bisa saja berujung pada pembatalan?" ulang Koa terkejut usai mendengarkan pendapat Black mengenai permasalahan rumit yang tengah terjadi di lingkungan istana. "Apakah Marquess Eric Otsana akan membiarkan pernikahan putrinya hancur, Lord? Bukankah beliau begitu terobsesi ingin berbesan dengan Keluarga Kerajaan?"

Di tengah aroma manis ribuan buku tua yang tertata rapi pada rak-rak kayu, Black yang tampak menawan dengan setelan formal serba hitamnya berdiri sembari melipat kedua tangan di depan dada, menghadap ke arah jendela besar perpustakaan yang menampilkan langsung pemandangan taman. "Supaya pemerintahannya aman saat dirinya naik tahta menjadi raja, Pangeran Zielle membutuhkan songkongan politik dari bangsawan-bangsawan besar. Sayang sekali, pengaruh politik Marquess Otsana di Parlemen Elinor tergolong kecil. Kasarnya, meski Marquss Otsana anggota Fraksi Bangsawan Tinggi, dia hanyalah seorang bawahan."

Sementara Koa mencerna semua informasi yang baru saja diterima, wanita itu merasakan ketidakberesan pada cara Black bersikap. Ia menyadari, gelagat Black tampak tak acuh, seolah batalnya pernikahan Pangeran Zielle dan Aylin Otsana bukanlah masalah besar bagi mereka. "Jadi, penundaan pernikahan ini adalah bagian dari permainan politik tak kasat mata orang biasa?" tanya Koa sambil berusaha merangkai puzzle yang kian membingungkan.

Black tersenyum samar, tetapi terasa sinis. "Benar sekali, Koa. Permainan politik ini lebih rumit daripada yang kau bayangkan. Singkat cerita, Pangeran Zielle memerlukan aliansi yang lebih kokoh dari para bangsawan untuk menjamin stabilitas pemerintahannya nanti. Pernikahannya dengan Lady Otsana dianggap terlalu beresiko karena keluarga calon istrinya sudah dipastikan tidak akan mampu memberikannya dukungan politik yang cukup."

Situasi kurang kondusif istana membuat Koa merasa prihatin pada kondisi Aylin. Dan Koa pun menyadari, memang seperti inilah nasib perempuan di negeri ini. Selain kualitas diri, kualitas keluarga juga menjadi penentu masa depan pernikahan mereka. "Seandainya Pangeran Zielle bersikeras memaksakan pernikahannya dengan Lady Otsana, apa yang akan terjadi kepada mereka, Lord Black?"

Black pergi meninggalkan jendela, lalu berdiri menyandar pada rak buku, persis di belakang kursi Koa. "Seadainya Pangeran Zielle memaksakan pernikahan itu, dia harus menanggung konsekuensi yang sangat berat."

"Konsekuensi?"

"Perselisihan yang tengah terjadi di antara para bangsawan akan semakin memanas, pertikaian juga semakin sulit untuk dikendalikan. Kehancuran parlemen Elinor tinggal menunggu waktu. Pangeran Zielle mungkin terpaksa mengambil langkah-langkah ekstrem untuk menenangkan hati para bangsawan."

Koa menarik napas dalam-dalam, berusaha memahami maksud dibalik kata-kata Black. "Langkah ekstrem seperti apa yang mungkin pangeran lakukan?"

"Pangeran harus mengambil selir dari setiap fraksi bangsawan yang bersengketa. Pilihan yang sebaiknya harus dia ambil demi menciptakan keseimbangan kekuasaan di antara para bangsawan dan meredakan ketengangan."

"Lord, apakah Anda akan melakukan hal yang sama jika berada di posisi Pangeran Zielle?" tanya Koa dengan nada khawatir. "Menyerah pada keadaan?"

Black menyipitkan mata, terlihat heran menghadapi pertanyaan ambigu yang Koa layangkan kepadanya. "Aku tidak akan pernah menempatkan diriku pada posisi menyedihkan seperti itu. Lagi pula, baik aku maupun dirimu, kita sama-sama memiliki kekuatan dan pengaruh besar di tatanan kebangsawanan Elinor."

"Saya tahu."

"Koa, jangan lupakan fakta bahwa Dorian dan Leander tidak terikat pada kepentingan politik Elinor sebagaimana yang terjadi pada bangsawan-bangsawan lain. Kita tidak tunduk pada siapapun sebab posisi kita tidak sama dengan mereka."

Queen of Shield - Putri Sang DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang