29. Panik

8.8K 726 7
                                    


.....

"Kak, sebelum Aylin jatuh tak sadarkan diri, bukankah dia sempat menghabiskan waktunya bersama Lady Dorian?"

Zielle sontak memincingkan mata. Pria itu sangsi, sebab ia berusaha keras menutupi masalah ini agar tidak diketahui oleh para anggota inti dari parlemen Elinor. "Kau dengar itu dari mana?"

"Asal kakak tahu. Berita semacam itu mudah sekali menyebar di lingkungan istana. Semua orang yang tinggal di sini, mulut mereka tidak dapat dipercaya," jelas Zehra sembari menunjuk bibirnya sendiri.

"Sebaiknya kau diam. Aku tidak mau masalah ini bertambah besar."

Meski tidak sepenuhnya mengerti, Zehra mengangguk. "Baiklah. Aku turuti permintaanmu."

Setelah melintasi lorong-lorong panjang istana, rombongan mereka akhirnya sampai di tujuan. Pengawal Zielle segera membukakan pintu kamar tuannya.

"Kukira kau sudah tidak peduli lagi pada Aylin," ujar Zielle masih curiga.

"H-huh?! Tentu saja aku masih peduli. L-lagi pula, sebentar lagi dia akan menjadi kakak iparku," balas Zehra terlihat gelagapan. "Tapi kak—

"Hm?"

"Kenapa Lady Dorian yang ditangkap? Bukankah racunnya ditemukan di tas tangan Aylin? Apa ada alasan lain?"

Sejak pertemuan Zehra dengan Black pada acara kelulusannya di Akademi Kerajaan, Zielle tahu jika Zehra akan jatuh cinta pada adik tingkatnya itu. Sebagai kakak kandung Zehra, Zielle paham sekali perangai adik perempuannya ini. Dari kecil, Zehra sangat menyukai cerita dongeng. Mimpinya adalah menjadi pemeran utama, pusat perhatian semua orang.

Black terkenal sebagai anak berparas rupawan yang dianugerahi otak cemerlang. Ia putra dari orang yang penting di Elinor. Bagi Zehra, Black pria paling ideal untuk mewujudkan cerita fantasi impiannya itu. Mengetahui Black lebih memilih Koa dibandingkan dirinya, tentu saja harga diri Zehra terluka. Apalagi wanita itu sudah menyombongkan Black di hadapan lady-lady Elinor yang lain. Penolakan— kata asing itu tidak pernah ada dalam kamus hidup seorang putri seperti Zehra.

Ketertarikan Zehra yang berlebihan pada Koa dan Black kini sudah menjadi hal lumrah bagi Zielle. Andai saja ia bisa tahu ini lebih awal, Zielle tidak akan pernah menuliskan nama Black dalam daftar calon suami Zehra. Ia menyesali keputusannya hari itu.


.....

"Hei... bagaimana perasaanmu? Sudah lebih baik?" Dikecupnya kening Aylin sambil dielus lembut pipinya. Zielle menatap Aylin dengan sorot mata yang begitu teduh. "Maafkan aku karena harus membangunkanmu seperti ini. Zehra memaksa ingin bertemu. Jika tidak dikabulkan, anak itu akan terus membuat keributan.

Aylin perlahan membuka matanya. Ia tersenyum tipis dan membalas menggenggam tangan Zielle yang saat ini sibuk menyelusuri lekuk bibirnya. Aylin menganggukkan kepala dan mengatakan jika ia baik-baik saja.

Zielle sekali lagi mengecup kening Aylin, baru kemudian melepaskan tangannya dari wanita itu. Ia lantas bergerak menjauhkan dan mempersilakan adiknya untuk maju.

"Aylin," panggil Zehra canggung. Wajah pucat putri Marquess Otsana sejenak membuatnya tertegun. Ada sedikit rasa bersalah yang bercokol di dalam dada Zehra.

Aylin melambaikan tangan. Sangat pelan. Ia meminta Zehra untuk mendekat.

"Kau ingin mengatakan sesuatu kepadaku? Baiklah." Zehra tersenyum senang seraya merendahkan tubuhnya ke sisi Aylin.

"Yang Mulia—

"Ya? Katakan saja."

"Saya tahu... Anda yang melakukannya," ucap Aylin begitu lirih.

Senyum di wajah Zehra lenyap seketika.


.....

Malam ini, Perkumpulan Plouton mengadakan pertemuan rutin mereka di Museum Etna. Beberapa anggota yang berasal dari bangsawan-bangsawan kelas menengah sudah memenuhi aula besar milik museum.

"Yang Mulia, bagaimana kabar Selir Camille?" tanya Baron Alarik Agas, kakak kandung dari Camille sekaligus paman Nathaniel.

"Beliau sehat, Paman." Nathaniel meraih dua gelas berisi wine putih yang ditawarkan pelayan kepadanya. Kemudian menawarkan salah satunya kepada Alarik. "Datanglah ke istana. Ibu pasti senang melihatmu."

Agenda pertemuan mereka kali ini akan membahas persoalan tambang baru Elinor yang ada di wilayah timur. Tambang yang menjadi sumber utama kekayaan kerajaan saat ini berada di tanah salah seorang bangsawan. Mereka berniat untuk merangkul bangsawan tersebut dan mengajaknya ikut dalam tim sukses Nathaniel.

"Bagaimana hubungan Anda dengan Lady Elle Kimoni?" tanya Alarik pada keponakannya. Nada bicara Alarik yang berubah serius sukses menegangkan suasana. "Jangan sampai Anda kehilangan bidak lagi. Kita mempertaruhkan segalanya di sini."

Elle Kimoni merupakan putri sulung dari Count Owen Kimoni, bangsawan yang memiliki sebagian tanah di pertambangan baru Elinor. Sudah setahun ini Nathaniel menjalin hubungan dengan gadis berusia lima belas tahun itu. Walau Keluarga Kimoni tidak terlalu terkenal di dunia politik maupun sosialita bangsawan, belakangan nama mereka mulai naik setelah terciprat uang hasil penjualan berlian dari tambang baru tersebut.

"Anda tak perlu khawatir, Paman."

Nathaniel akui, ia memang melakukan perselingkuhan di belakang Koa. Bukan karena cinta atau kurang kasih sayang, Nathaniel melakukan perselingkuhan ini untuk mengumpulkan dukungan. Ia harus menguatkan posisinya sebagai kandidat pewaris tahta.

Nathaniel butuh dukungan politik dan uang. Keluarga Agas sangat kurang di keduanya, sehingga Nathaniel memutuskan mengambil tindakan ini. Dari Koa Dorian, Nathaniel memperoleh dukungan politik Duke Sander Dorian. Sementara dari Elle Kimoni, ia mendapatkan kucuran dana dalam jumlah yang besar. Jika saja keluarga ibunya bangsawan kuat, ia tidak perlu repot-repot memutar otak untuk merayu perempuan-perempuan itu.

Di tengah perbincangannya dengan sang paman, seseorang tiba-tiba saja datang menyela. Tindakannya ini tergolong nekat. Bisa saja Nathaniel tersinggung dan langsung menghukumnya di tempat.

Dengan raut gelisah, sosok wanita yang mendadak muncul itu menjelaskan tujuannya. Ternyata ada hal penting yang harus ia sampaikan. Tak ingin merusak suasana pesta, Nathaniel terpaksa meladeni. Ia pamit undur diri kepada Alarik dan berpindah posisi ke tempat yang lebih kondusif.

"Kau perlu apa, Lady Raspe?"

Riona tampak sungkan. "Maafkan saya karena sudah menganggu waktu Anda."

"Langsung saja ke intinya," ujar Nathaniel jengah.

Takut Nathaniel semakin kesal, Riona segera mengambil sepucuk surat dari dalam tas. Ia menyerahkan benda tersebut kepada Nathaniel. "Putri Zehra meminta saya untuk memberikan surat ini kepada Anda, Yang Mulia."

Nathaniel menerima surat tersebut dengan gerak malas. "Dari Zehra?" tanya Nathaniel sambil mengerutkan dahi. "Lelah sekali berurusan dengan anak itu."

"Putri Zehra memerlukan bantuan Anda, Yang Mulia."


.....

Koa mundur teratur dan berhenti ketika punggungnya membentur kusen jendela. Ia merasakan ada bahaya datang. Pintu yang perlahan terbuka dan cahaya lampu dari luar kamar yang menyorot langsung ke mata sukses membuat Koa gagal mengenali wajah para petugas penjara tersebut. Namun Koa sangat yakin, mereka bukanlah petugas yang menangkap dan membawanya kemari pagi ini.

"Lady Koa Dorian."

"Siapa kalian?!"

Dua pria dewasa yang Koa perkirakan berusia lebih dari tiga puluhan itu saling bertukar pandang satu sama lain. Seringai miring samar yang sengaja mereka tunjukkan semakin memperkuat dugaan Koa jika ada yang tidak beres dengan orang-orang ini.

'Duke Leander. Anda mengirim saja ke kandang macam,' batin Koa kesal sekaligus panik.


.....

Queen of Shield - Putri Sang DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang