52. Si Muka Tebal

5.9K 477 7
                                    


.....

Tetesan air menari indah di atas permukaan lantai saat tubuh Koa diangkat keluar dari bak mandi yang berkilau. Dalam sentuhan penuh perhatian, Yona yang selalu ada di sisi Koa dengan lembut menyelimuti tubuh tuannya dengan jubah berbahan katun yang hangat.

"Aku dengar, ada surat untukku."

"Saya menaruhnya di meja kerja Anda, Lady."

"Bisa kau ambilkan," pinta Koa sembari mengganti jubah mandinya dengan piama.

Yona mengangguk, lalu pergi menghampiri meja kerja Koa yang berada di sisi lain kamar. Setelah mendapatkan barang yang diminta, Yona mengantarkannya pada Koa yang tengah duduk di depan meja rias.

"Wanita ini, dia teman Putri Zehra 'kan?" tanya Koa terkejut saat membaca nama yang tertulis pada lembar amplop.

"Anda terlihat tidak senang. Haruskah saya singkirkan?"

"Jangan berlebihan. Aku hanya heran saja." Penasaran, Koa lantas membuka amplop tersebut. Ia kembali dibuat terkejut saat menemukan sebuah undangan pesta di dalam sana. 'Apa yang sedang dia rencanakan?' pikir Koa curiga.


.....

Puluhan kuda yang baru selesai dipasangi pelana, tali kekang dan sanggurdi terlihat berjejer rapi menunggu penunggang mereka di luar gerbang sambil menikmati rumput segar yang disediakan di keranjang kayu. Tak jauh dari tempat itu, para ksatria yang bertugas memimpin pasukan Leander tampak berkumpul mengelilingi meja kecil, mendiskusikan beberapa hal terkait perjalanan mereka kali ini.

"Kondisi medan di Hutan Bossa rusak parah, Lord. Semalam terjadi longsor salju. Longsorannya menutup sebagian besar jalan utama." Arnold Colton memberikan laporan.

Oliver yang menemani Black sebagai sekretaris segera mencoret jalan besar yang membelah Hutan Bossa di lembar peta. "Adakah dari kalian yang memiliki solusi untuk masalah ini?" tanya Black kepada para anak buahnya.

Kumpulan ksatria Leander berjumlah lima orang itu saling bertukar pandang. Salah seorang dari mereka yang diketahui bernama Jeremy Godwin mengangkat tangan. Jeremy dikenal sebagai ksatria paling tua di kelompok itu. Ia sudah mengabdi kepada Leander Dukedom semenjak masa kepemimpinan ayah Black—Carl Leander. "Kita memiliki dua pilihan, Lord. Mengambil jalan memutar melalui wilayah hutan Marquess Otsana. Atau, membuat jalan baru di Hutan Bossa."

"Membuat jalan baru pasti memakan banyak waktu. Terlebih salju musim dingin tahun ini lebih parah dibandingkan tahun kemarin," tolak Ricard Dagaric—satu-satunya ksatria Leander yang berasal dari kalangan rakyat biasa. "Mengambil jalan memutar menurut saya pilihan yang paling efesien untuk sekarang."

Arnold dan Taylor terlihat setuju dengan pendapat Ricard. Sementara Oliver kembali fokus pada peta di hadapannya.

"Hutan Marquess Otsana bukan lagi tempat asing bagi kita. Belum lama ini, kita pernah menjelajahi daerah itu ketika mengikuti kompetisi berburu." Black kemudian menunjuk satu titik pada lembar peta Oliver. "Kita pilih jalan ini. Topografinya datar dan hutan di sepanjang jalurnya relatif lebih terbuka."

"Bagaimana dengan perizinannya, Lord?" tanya Ode Adalbert. Pria berambut panjang itu khawatir perjalanan mereka harus tersendat karena masalah perizinan. "Penjagaan di setiap perbatasan wilayah semakin diperketat setelah perang di utara pecah. Apakah waktu kita cukup untuk mengirimkan surat izin lintas batas kepada Marquess Otsana?"

Black mengetuk-ngetuk jari telunjuknya ke meja seraya memikirkan solusi terbaik. "Kita kirim suratnya lewat merpati."

"Mengutus orang di tengah musim dingin seperti sekarang terlalu beresiko," imbuh Oliver. "Merpati pilihan yang terbaik."

Queen of Shield - Putri Sang DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang