.....
Pergolakan hebat terjadi dalam diri Koa. Pilihan yang sulit harus dihadapinya, dan keberanian untuk melangkah maju tampaknya seperti cahaya yang meredup di kejauhan. Lebih dari sebulan telah berlalu sejak insiden penculikan. Namun semenjak saat itu, Koa lebih memilih menghindar dan mengabaikan kelas kepemimpinan yang seharusnya menjadi tempatnya mengasah bakat sebagai seorang ahli waris Keluarga Dorian. Setiap langkah Koa terasa berat, setiap tatapannya diisi oleh kecurigaan akan bahaya yang mengintai. Sembari memandangi rak-rak buku yang tertata rapi di ruang perpustakaan, Koa merenungi keputusannya untuk menarik diri dari dunia luar, menyelamatkan jiwanya dari segala sesuatu yang mungkin memburu ketenangannya.
"Dasar pengecut," gumam Koa yang mulai muak pada situasi hidupnya, sembari memandangi surat dari guru kelas kepemimpinannya. "Apa yang harus aku lakukan? Tanganku selalu gemetar setiap kali mimpi buruk itu datang," ujarnya frustrasi, teringat pada insiden mengerikan yang menimpanya di villa Nathaniel.
Semua orang termasuk Madam Cleo menyadari perubahan drastis dalam kehidupan Koa. Demi melindungi putrinya dari trauma yang terus berkecambuk, Madam Cleo tak ragu untuk meliburkan sejumlah pegawai di kediaman mereka. Ruangan-ruangan yang biasanya penuh dengan kesibukan dan aktivitas rumah tangga, kini terpantau begitu sunyi. Madam Cleo rela berkorban untuk menenangkan hati Koa, memberikannya ketenangan yang hanya bisa ditemukan dalam kedamaian Dorian Manor yang sepi.
"Olga," panggil Koa pada pelayan pribadinya.
"Ya, Milady."
Koa masih menatap ke arah jendela, mencoba menyembunyikan kegelisahan yang tengah mengusik batinnya. "Bagaimana situasi ibu kota?"
Olga mengambil koran mingguan terbaru dari atas meja, membukanya dengan hati-hati dan menemukan halaman yang merinci berita dari ibu kota. "Berita duel Duke Leander dan Pangeran Nathaniel menjadi sorotan utama, Milady. Lagaknya rakyat ibu kota sudah tidak sabar lagi untuk menyaksikan pertarungan tersebut."
Mendengar nama Nathaniel disebutkan, Koa merasakan getaran aneh dalam dadanya. Pria itu, sang mantan tunangan yang tega berhianat, sekarang menjadi pusat perhatian kerajaan. Kabar tentang insiden penculikannya dan juga kematian Elle, terus terngiang seperti awan gelap yang mengejar. Jantung Koa seketika berdegup kencang, mencoba menahan ketegangan yang muncul ke permukaan.
"Apakah ada kabar dari Lord Black?"
"Tidak, Milady. Dikarenakan hari duel semakin dekat, dari semalam, beliau sibuk di kantornya." Olga meletakkan kembali koran itu ke meja. "Banyak yang bilang bahwa duel ini akan menjadi pertarungan yang dinanti-nantikan. Semua orang menunggu keputusan besar yang akan diambil oleh Duke Leander untuk mengakhiri perselisihan Anda dengan Pangeran Nathaniel."
Koa mengangguk, perasaannya menjadi campur aduk. Duel itu, selain menjadi puncak drama di ibu kota, juga membawa Koa ke dalam aliran kenangan yang sulit dilupakan. Hingga saat ini, ia masih mencari keberanian untuk menghadapi bayangan Nathaniel, pelaku utama dibalik kekacauan hidupnya. Sedangkan Black, tunangannya yang sekarang, dengan berani mengambil risiko besar untuk melaksanakan kewajibannya sebagi seorang pria. Koa berhutang budi padanya. Ia berharap, hasil dari pertarungan mereka akan membawakan kedamaian, baik bagi dirinya maupun Dorian.
"Aku ingin menemui Lord Black. Antar aku ke kantornya, Olga."
"Anda ingin berganti pakaian dulu, Milady?"
"Tidak usah."
.....
Meski niat awalnya hanya ingin berkunjung ke rungan kerja sang tunangan, Koa tiba-tiba tergoda untuk mengintip pria itu melalui celah jendela. Menggunakan mata merah rubinya, Koa menyaksikan Black Leander yang asyik terperangkap dalam dunianya sendiri. Pria itu begitu tergila-gila pada pekerjaannya, seperti setiap detik kehidupannya diabdikan untuk menyelesaikan segala rintangan yang disodorkan dunia kepadanya.
Melihat semangat dan kegigihan Black, Koa tentu merasa kagum. Entah mengapa, Koa juga merasa terpanggil supaya terus mengembangkan potensi diri. Ia tak ingin ketinggalan untuk mengejar impian dan tujuan hidupnya. Sejenak Koa merenung, kemudian menyadari dan mengakui jika dirinya iri pada semangat Black.
"Mau sampai kapan kau berdiri di sana, Rubi-ku?"
Suara Black menyergap Koa dari belakang. Terkejut, Koa berbalik dan menemukan Black tersenyum penuh kecerdikan di depannya. Koa menelan ludah, berusaha menyusun kalimat-kalimat yang tercecer di kepalanya. "Saya hanya... saya ingin bertemu dengan Anda."
Senyuman Black semakin bertambah lebar. "Oh, begitu? Kurasa aku harus memberikanmu tur eksklusif dunia kerjaku," kata Black sambil meraih tangan Koa dan membawanya masuk ke dalam kantor yang dipenuhi aroma kopi segar.
Koa yang masih terkejut dengan perlakuan manis Black, merapatkan bibir seraya diam-diam mengamati ruangan itu dengan perasaan asing. Keduanya duduk di depan meja tamu yang ditata rapi, di mana segelas kopi diletakkan di atasnya dengan begitu elegan.
"Lord Sander memberitahuku bahwa kau belum pernah mencoba minuman kopi," ujar Black sambil menyerahkan secangkir kopi kepada Koa.
Mata Koa membulat saat mencium aroma harum kopi yang menyengat di udara. Ia melihat ke dalam cangkir dengan sorot kebingungan. "Apakah ini minuman terkenal dari olahan biji kopi yang orang-orang maksud?"
"Benar. Kopi adalah minuman penyemangat yang bisa membantumu tetap terjaga di tengah kesibukan. Cobalah, tidak ada salahnya."
Dengan ragu, Koa mengambil cangkir kopi itu dan mengirup aroma khasnya yang melayang di udara. Rasa penasarannya melanda, dan Koa memberanikan diri untuk mencicipi. Saat cairan kopi menyentuh lidahnya, ia merasakan rasa yang begitu unik dan baru. Black yang melihat reaksi aneh di wajah Koa sontak tertawa. "Bagaimana rasanya?" tanya Black antusias.
"Ini, berbeda. Hm... pahit tapi menarik."
Black tertawa lagi, membuat suasana kantor yang awalnya sepi menjadi hangat. "Kau perlu sesuatu dariku Koa? Tumben sekali kau repot-repot kemari."
Koa menyesap lagi kopi dalam cangkirnya. "Lord, acara duel Anda tinggal menghitung hari, bukan?"
Black mengangguk sambil menatap Koa dengan serius. "Benar. Persiapanku sudah hampir rampung."
"Kapan Anda berangkat?"
"Besok pagi."
"Apakah... apakah saya sebaiknya ikut?" tanya Koa pelan, hampir seperti suara bisikan.
"Koa, aku tahu. Kau tidak ingin bertemu dengan bajingan itu. Jadi jangan paksakan dirimu." Black menarik napasnya dalam-dalam. "Aku hargai niat baikmu. Aku janji, aku pasti akan kembali kepadamu dengan selamat."
Menyadari air mata mulai membanjiri matanya, Koa buru-buru menundukkan kepala. "Terima kasih atas pengertian Anda, Lord Black."
Black menyentuh dagu Koa, mengangkatnya sehingga ia bisa melihat wajah wanita itu dengan lebih jelas. "Sebelum memikirkan orang lain, tolong pikirkan dulu dirimu sendiri. Kadang... untuk bahagia, kita pelu egois."
Koa menelan ludahnya ketika membalas tatapan teduh mata hitam Black. "Anda terlalu berlebihan."
"Apanya yang berlebihan?" Black kemudian mencium kening Koa. "Setelah menemukanmu, aku sudah tak butuh lagi yang namanya surga. Setelah menemukanmu, aku tak perlu lagi bermimpi. Karena kebahagiaanmu tujuan hidupku sekarang."
Pernyataan Black merekahkan senyum di bibir Koa.
"Kau tahu Koa. Senyummu adalah hal tercantik yang pernah aku lihat."
.....
Di dalam kamar tahanannya yang kelam, Nathaniel duduk termenung sembari menunggu jatah makam malamnya datang. Namun anehnya, ada sesuatu yang berbeda terjadi malam itu. Ketika pintu kamar dibuka perlahan dari luar, yang muncul bukanlah sosok petugas tahanan yang biasanya mengantarkan makanannya. Cahaya redup dari lilin menyoroti wajah seorang pria berjubah hitam yang tidak dikenal.
Nathaniel merasakan keganjilan. Dan kecurigaannya tersebut semakin besar tatkala pria itu mengatakan, "Habiskan makanan ini, jangan ada yang sampai tersisa."
Kendati curiga, Nathaniel memilih mengabaikan perasaannya. Mungkin karena gugup memikirkan hari duel yang semakin dekat, Nathaniel menganggap kejadian aneh ini hanya perubahan rutin atau rotasi petugas yang berjaga. Ia pun menerima hidangan makam malam yang diantarkan oleh pria berjubah hitam itu tanpa mempertanyakan lagi rasa penasarannya.
.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen of Shield - Putri Sang Duke
Fantasy#1 (SIDE STORY ADA DI GOODNOVEL) Seorang gadis yatim piatu meninggal dunia dengan cara yang sangat mengenaskan. Ia mati terbakar di dalam panti asuhan tempat di mana ia dibuang dan dibesarkan. Gadis itu kira, setelah ia mati, kemalangannya akan bera...