.....
Usai menghajar seorang prajurit karena terlalu lamban membukakan gerbang, Nathaniel lanjutkan aksi pelampiasan amarahnya— menghancurkan segala barang yang ia temukan di kamar. Beberapa maid Istana Azalea berteriak ketakutan menyaksikan tuan mereka dengan garang melempar belasan vas berbahan keramik porselen mahal ke lantai. Sebuah pecahan keramik yang terpantul dan menggores kulit pipi tak serta-merta menghentikan aksi gilanya itu.
Kelakuan Nathaniel membuat semua orang yang bekerja di Istana Azalea tenggelam dalam kebingungan. Sekembalinya dari kediaman Keluarga Dorian, emosi pria itu mendadak berubah menjadi tidak terkendali. Setelah diselidiki, rupanya pemicu situasi mengerikan ini adalah berita tak terduga yang diumumkan oleh Duke Sander Dorian beberapa jam lalu. Berita mengejutkan mengenai rencana pertunangan Koa dan Black.
"Wah—! Dibalik wajah polos itu, ternyata Koa sangat busuk hati. Apakah ini caranya membalaskan dendam padaku? Sudah kuduga, wanita tidak tahu diri itu berselingkuh di belakangku!"
Puas menghancurkan seisi kamar, diikuti dua pelayannya, Nathaniel berpindah tempat ke ruang penyimpanan wine yang ada di bawah tanah. Dengan sembarang, pria itu mengambil beberapa botol wine dari rak, melemparkannya sebagian pada pelayan, dan menyisakan satu untuk ia habiskan sendiri.
Malam itu, Nathaniel terkapar lemas bersama botol-botol wine kosong di lantai ruang bawah tanah Istana Azalea. Mabuk memang jalan keluar yang biasa Nathaniel pilih saat ingin melampiaskan rasa sakit hatinya.
.....
Kereta kuda Keluarga Dorian yang membawa Koa, Yona dan Sir Ethan melambatkan laju dan berhenti di halaman istana Ratu Zelda. Sesuai isi surat yang diterimanya kemarin malam, Koa datang ke istana hari ini demi memenuhi undangan istri pertama Raja Alden.
Pada pintu masuk utama istana, telah menunggu pengawal pribadi Ratu Zelda. Pria berpostur tubuh tinggi besar itu segera berlari menghampiri Koa dan membantunya turun dari kereta. "Selamat datang Lady Dorian. Yang Mulia sudah menunggu Anda di ruangannya."
"Terima kasih."
Bersama pengawal ratu, rombongan Koa bergerak memasuki area dalam istana.
.....
Lagaknya bunga mawar merupakan bunga kesukaan Keluarga Kerajaan. Sama seperti ketika Koa pergi menghadiri acara perjamuan teh Zehra beberapa waktu yang lalu, kumpulan tanaman bunga mawar kembali terlihat menghiasi ruangan pribadi Ratu Zelda. Warna merah mawar yang pekat begitu kontras dengan interior ruangan yang didesain serba putih.
"Akhirnya kau tiba, Lady Koa Dorian!" sambut Ratu Zelda.
"Salam hormat saya, Yang Mulia Ratu."
Meski merasakan sedikit kecanggungan di antara mereka, Ratu Zelda tampak tenang mempersilakan Koa untuk duduk di kursi yang telah sediakan. Beberapa maid istana mulai sibuk mempersiapkan teh dan kue manis untuk menjamu tamu ratu.
"Lady Koa, bagaimana kabar Duchess Dorian?" tanya Ratu Zelda berinisiatif membuka percakapan. "Apakah beliau menitipkan sesuatu untukku?"
Koa yang heran dengan pertanyaan Ratu Zelda menggeleng pelan. "Maafkan saya Yang Mulia. Sayangnya tidak."
"Kurasa dia masih marah."
"Ya?"
"Aku sudah mengirimkan surat permintaan maaf kepada Cleo. Kurasa itu belum cukup membuat hatinya merasa lebih baik."
Ratu Zelda dan Madam Cleo pernah terteman dekat. Kendati hubungan mereka sekarang tak lagi sama seperti dulu, keduanya yang sadar akan posisi mereka sebagai seorang ratu dan bangsawan memilih untuk menyembunyikan pertengkaran itu. Sebab terlalu memalukan bagi wanita terhormat seperti mereka jika perselisihan itu sampai dijadikan bahan tontonan rakyat.
Seekor anjing betina berjenis corgi melintas cepat, mendekati kursi yang diduduki ratu. Matanya yang bulat, lidahnya yang menjulur keluar, ditambah tingkahnya yang menggemaskan sejenak mengalihkan perhatian ratu dari tamunya. Suasana canggung yang sempat mereka rasakan sedikit demi sedikit menguap.
"Sejujurnya, aku tidak terkejut saat mendengar kabar pertunanganmu dan Duke Leander. Hanya saja, aku merasa pertunangan kalian terkesan buru-buru," ujar Ratu Zelda sembari mengangkat dan membaringkan Biscuit— si anjing peliharaan ke atas pangkuan. "Kau baru putus dari Nathaniel, kan. Apakah pertunangan ini tidak terlalu cepat untuk kalian?"
"Anda mengundang saya kemari tidak sekedar untuk memberikan saya ucapan selamat, bukan?" Basa basi Ratu Zelda terlalu ketara dan menurut Koa ini sangat mencurigakan.
Saat masih menjadi tunangan Nathaniel, Koa dan Ratu Zelda jarang sekali berinteraksi. Wajar saja, pasalnya Ratu Zelda berada di kubu politik yang berlawanan dengan kubu Nathaniel. Ratu Zelda tidak pernah sekali pun mengundang Koa, bahkan sekedar untuk minum teh bersama. Kini Koa jadi bertanya-tanya—untuk tujuan apa Ratu Zelda mengundangnya kemari.
Ratu Zelda mengeluarkan tawa canggung. "Tentu saja tidak, Lady Dorian."
"Apakah ini ada kaitannya dengan Putri Zehra?"
Tawa Ratu Zelda berhenti. Ada jeda panjang sebelum ia menjawab. "Kuakui, Zehra memang tidak sepintar dan sebijak kakak laki-lakinya. Dia anak yang mudah marah dan sedikit egois."
"Begitu, ya."
"Dari kecil, Zehra selalu menerima bantuan ketika ingin melakukan sesuatu. Oleh karena itu, dia jarang mengambil keputusannya sendiri tanpa meminta pendapat dulu dari orang lain."
"Menurut saya, tindakan Putri Zehra merupakan sesuatu yang bijak. Bersedia mendengarkan dan mempertimbangkan pendapat orang lain adalah sikap yang patut dibanggakan."
Ratu Zelda tertegun. Jarang sekali ia mendengar orang lain memuji putrinya seperti ini. "Lady Dorian, apakah kau sungguh percaya jika Zehra satu-satunya dalang dalam kasusmu dan Lady Otsana? Aku bukannya bermaksud membela Zehra. Namun sebagai ibu yang sudah melahirkan dan membesarkan Zehra, aku tidak yakin anak itu mampu melakukan semuanya sendirian."
Koa memang bergeming, tapi matanya berbinar-binar. Ia senang ada orang lain selain dirinya yang memiliki kecurigaan itu.
Mulai dari insiden yang terjadi di kompetisi berburu, insiden Restoran Celine, sampai insiden penyerangan penjara menara dan juga Istana Dahlia, Koa pribadi masih sangat yakin jika semua itu ulah Nathaniel. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisa Koa, keempat insiden ini memiliki satu kesamaan yakni target mereka. Dan Koa sadar, dirinya selalu berada di lokasi kejadian setiap kali peristiwa itu terjadi.
Koa adalah target dari operasi ini.
"Maaf Yang Mulia, sebenarnya apa yang ingin Anda sampaikan?"
Ratu Zelda menurunkan Biscuit dari pangkuan. Lalu memberikan perintah kepada semua orang untuk meninggalkan ruangan. Setelah mereka pergi, Ratu Zelda beranjak dari kursi, mengambil sesuatu dari laci bifet di pojok ruangan dan kembali dengan selembar kertas yang terlipat rapi di tangan. Ia berikan kertas itu kepada Koa.
"Mungkin ini akan sulit dibaca. Namun, jika kau rela bersabar, kau pasti bisa menemukan informasi yang berguna di sana."
Koa menerimanya. Dan benar saja, isinya sangat kacau. Kerutan tampak menghiasi kening Koa sepanjang usahanya— mencoba membaca satu per satu kata yang tertulis di kertas itu. "Ini? Tentang Pengeran Nathaniel?"
Ratu Zelda duduk kembali ke kursinya. Sebelum memberikan tanggapan, ia menyesap dulu teh hangat yang sudah disajikan maid. "Itu tulisan tangan Zehra. Lebih tepatnya, tulisan berisi pernyataan Zehra yang menegaskan bahwa Nathaniel juga ikut terlibat dalam kasusmu."
"Yang Mulia, kenapa Anda memberikan ini kepada saya?"
"Aku ingin menawarkanmu sebuah kerja sama, Lady Dorian."
.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen of Shield - Putri Sang Duke
Fantasy#1 (SIDE STORY ADA DI GOODNOVEL) Seorang gadis yatim piatu meninggal dunia dengan cara yang sangat mengenaskan. Ia mati terbakar di dalam panti asuhan tempat di mana ia dibuang dan dibesarkan. Gadis itu kira, setelah ia mati, kemalangannya akan bera...