.....
Belum juga selesai menyuarakan seluruh ancamannya, Nathaniel malah mendapati senyum miring menghiasi wajah cantik Koa. Sikap meremehkan yang sengaja diperlihatkan Koa semakin mengguncang pusat pengendalian emosi Nathaniel. Koa tak tahu jika ancaman Nathaniel bukanlah ancaman kosong belaka.
Malas menanggapi, Koa benar-benar pergi tanpa mengindahkan tata kramanya di hadapan tamu penting Madam Cleo. Dan sesuai perkiraan, Nathaniel kembali menghentikan Koa. Namun aksinya kali ini terbilang jauh lebih kasar dibanding sebelumnya. Pria itu dengan sengaja mencekal lengan Koa dan hampir membuatnya jatuh terpelanting jika saja tidak ditangkap.
"Yang Mulia!" seru Koa marah. Cengkeraman tangan Nathaniel semakin bertambah kuat setiap kali ia berusaha melepaskan diri.
Mengetahui Koa yang tak juga menyerah, Nathaniel kembali menarik, kemudian membanting tubuh wanita itu ke kursi panjang balkon. Untung saja kursi itu kursi busa, jadi Koa tidak merasakan sakit yang kentara meski dijatuhkan cukup keras.
"Kau pikir, setelah pertunangan kita berakhir, hubunganmu denganku juga ikut berakhir? Berhentilah mimpi di siang bolong, Koa Dorian! Sejak dulu kau memang ditakdirkan untuk menjadi milikku! Dan selamanya akan seperti itu!"
Keluarga Dorian adalah sumber kekuatan politik terbesar Nathaniel. Sejauh ini, Nathaniel belum menemukan keluarga bangsawan yang kekuatan dan pengaruh politiknya sepadan dengan Keluarga Dorian. Oleh karena itu, Nathaniel belum berani melepaskan Koa sebelum bisa menemukan penggantinya.
"Menjengkelkan sekali," gumam Koa sambil terus berusaha melepaskan diri.
Setelah batalnya pertunangan mereka, Nathaniel jadi lebih sering lepas kendali. Meski bukan hal baru, Koa tetap dibuat tercengang setiap kali harus berhadapan dengannya. Jika ada kesempatan, pria itu tidak segan-segan melukai Koa. Kenekatan sang mantan tunangan berada di luar nalar manusia.
Koa tak sengaja melirik ke bawah dan terkejut saat menyadari bawahan gaunnya sedikit tersikap ke atas. Malu, Koa cepat-cepat membenarkan gaunnya sebelum ada yang melihat. Nathaniel yang sejak tadi memperhatikan mendadak mendapatkan ide gila baru.
"Yang Mulia! Di mana akal sehat Anda!" seru Koa panik ketika merasakan tangan Nathaniel mulai meraba bagian pinggangnya. "Singkirkan tangan Anda sebelum saya berteriak dan memanggil semua orang kemari!"
Koa betul-betul terpojok. Berbeda dari insiden penyerangan di penjara menara, sejauh matanya memandang, hanya ada kursi panjang di tempat ini. Tak ada vas bunga ataupun benda berukuran kecil yang bisa Koa gunakan untuk melawan Nathaniel.
Nathaniel tiba-tiba saja tertawa. Suaranya yang menggelegar terdengar begitu mengerikan sekaligus menjijikkan di saat yang bersamaan. "Hahaha, lakukan saja jika kau berani—
"YANG MULIA!"
Nathaniel dan Koa kompak menoleh ke arah yang sama. Nampak sosok Elle melangkah pelan memasuki area balkon dengan raut kebingungan. Gadis itu tak pernah mengira akan menemukan sang kekasih berduaan dengan wanita lain di tempat sepi ini.
"A-Apa yang sedang Anda lakukan? K-kenapa?"
Suara decakan keluar dari bibir Nathaniel. Ia melepaskan Koa dan pergi menghampiri Elle. Koa yang masih syok atas perlakuan kurang ajar Nathaniel memutuskan untuk diam sejenak dengan duduk di kursi. Serbuan hormon adrenalinnya membuat dada Koa sakit.
.....
Syukurlah. Sekarang jauh lebih baik. Meski tanganku masih gemetaran, jantungku sudah mulai tenang dan kembali lagi ke ritme normal. Sementara itu di depan pintu, Pangeran Nathaniel terlihat sibuk menenangkan gadis yang baru saja datang. Siapapun dia, aku sangat berterima kasih padanya.
Gadis itu tampak menepis tangan pangeran dan mendorongnya ke samping. Dengan langkah menghentak, dia berjalan menghampiriku. Refleks aku bangkit dari dudukku dan buru-buru merapikan diri. Aku mengerti, gadis itu ingin bicara empat mata denganku.
"Kau mencoba menggodanya?" Layaknya mesin pemindai, dia melihatku dari atas sampai bawah. "Hah! Dari luar saja terlihat seperti bangsawan, tapi kelakuannya tidak beradab."
Omong kosong apa yang sedang dia bicarakan. Hampir saja aku menamparnya. "Orangtuamu tidak pernah menyekolahkanmu ya?" tanyaku dengan nada jengkel. "Begitukah caramu bicara dengan orang yang baru kau temui?"
Pangeran Nathaniel yang berdiri selangkah di belakangnya menonton kami sambil menghela napas panjang. Mungkin dia malu menyaksikan tingkah sembrononya.
Gadis itu mengernyit. Dia tidak suka pada reaksiku. "Apa-apaan ini," ujarnya kesal.
"Elle! Kemari!" Pangeran menarik paksa gadis itu ke sisinya.
Oh, jadi namanya Elle. Hm— Tunggu dulu. Elle? Jangan-jangan dia ini Elle Kimoni.
Mereka kembali berdebat. Tak ingin ikut terseret dalam keributan, aku diam-diam mencoba melarikan diri.
"Eh, eh! Kau mau pergi kemana?!" cegah Elle sambil menghadang jalanku.
Aku layangkan tatapan tajamku ke arah Pangeran Nathaniel. "Dia selingkuhan Anda, Yang Mulia?" tanyaku tanpa basa-basi.
Pangeran Nathaniel tersentak kaget. Mungkin belum siap menghadapi pertanyaan yang satu itu. "K-Koa, dia bu—
"Selingkuhan? Yang Mulia, apa maksud ucapan wanita ini? Saya selingkuhan Anda? Bukankah seharusnya dia yang selingkuhan Anda? Jelas-jelas saya melihat—
"Elle! Diamlah dulu!" Pangeran tampak serba salah. "Kau pergi dari sini. Masih ada yang harus aku selesaikan."
"T-tapi Yang Mulia?!"
"Sudah berapa lama kalian menjalin hubungan?" Tanpa peduli pada situasinya, aku menyela perdebatan mereka.
Elle melirikku dengan kening berkerut. "Kenapa menanyakan itu? Apa urusannya denganmu?" balasnya galak.
"Hanya memastikan saja," balasku santai sembari menyilangkan kedua tangan di depan dada. "Jadi, sudah berapa lama kau dan pangeran menjalin hubungan?" Jika analisaku benar, Pangeran belum memperlihatkan sikap kasarnya kepada Elle Kimoni. Itu sebabnya, dia menahan diri agar tidak membentak Elle seperti yang dilakukannya padaku.
"Sudah dua tahun ini aku berpacaran dengan pangeran. Mungkin kau akan sulit percaya. Tapi kami memang sengaja menyembunyikannya dari publik. Yang Mulia adalah pangeran Elinor, jadi sulit bagi kami menjalin hubungan secara terang-terangan," jelas Elle dengan bangga menaikkan dagu.
Sepertinya Keluarga Kimoni tidak berlangganan koran kerajaan. Kalian lihat sendiri, gadis ini sama sekali tidak tahu berita terbaru Elinor. "Kau menuduhku jadi selingkuhan pangeran, padahal kau sendiri yang selingkuhannya."
"Kenapa malah aku yang jadi selingkuhan pangeran?!" seru Elle tidak terima.
Benar kata orang, polos dan bodoh itu beda tipis. "Aku dan Pangeran Nathaniel memang tidak ada hubungan lagi sekarang. Kami baru saja membatalkan pertunangan belum lama ini."
Bagai permen kapas yang disiram air, kepercayaan diri Elle meleleh dalam sekejap mata. Wajahnya mendadak berubah pucat. Tangan kanan gadis itu buru-buru meraih lengan pangeran, mencari sebuah pembelaan. "P-Pertunangan? Y-Yang Mulia, anda—
"Jika perhitunganku benar, kami sudah bertunangan selama tiga tahun. Coba kau pikirkan lagi. Bukankah ada yang aneh di sini?" Pangeran menatapku sambil menggelengkan kepalanya. Ia memintaku untuk berhenti. "Di antara kita berdua, menurutmu siapa yang lebih cocok dipanggil selingkuhan?"
.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen of Shield - Putri Sang Duke
Fantasy#1 (SIDE STORY ADA DI GOODNOVEL) Seorang gadis yatim piatu meninggal dunia dengan cara yang sangat mengenaskan. Ia mati terbakar di dalam panti asuhan tempat di mana ia dibuang dan dibesarkan. Gadis itu kira, setelah ia mati, kemalangannya akan bera...