.....
Bunyi ketukan berulang mengejutkan Oliver yang tengah kerepotan membereskan kekacauan di kantornya. Sekretaris Black itu segera mengedarkan pandangan ke jendela kamar dan menemukan seekor burung hantu kecil malang bertengger manis di sana. Heran sekaligus penasaran, Oliver memutuskan meninggalkan pekerjaannya dan pergi menemui makhluk mungil berbulu itu.
Melihat jendela di depannya terbuka, burung hantu jenis Eurasian Pygmy itu berlarian menghampiri Oliver.
"Kau bekerja dengan siapa?" tanya Oliver pada si burung dan langsung dibalas dengan geraman bernada rendah. Oliver mengamatinya cukup lama sebelum akhirnya memeriksa tempat penyimpanan surat yang terpasang pada bagian perut.
Dari era duke pertama, para ksatria Leander memang dilatih menggunakan burung hantu untuk sarana komunikasi mereka. Dibandingkan burung merpati yang lebih umum digunakan sebagai alat pengantar surat, burung hantu dipilih karena burung jenis ini mampu terbang tanpa mengeluarkan suara. Kelebihan tersebut cocok bagi ksatria yang bertugas menjadi mata-mata.
Oliver menemukan secarik kertas yang terlipat rapi di dalam tempat penyimpanan. Ia membuka lipatan kertas tersebut, lalu membacanya. Air muka Oliver mendadak berubah cerah. "Kerja bagus kawan," puji Oliver sambil mengelus kepala si burung hantu. Khawatir pengantar suratnya kelaparan, Oliver membawa burung itu masuk. Ia mengambil sebuah bantal dari atas kursi dan meletakkannya di pojok ruangan. "Kau duduk dulu di sini." Oliver pergi meninggalkan kamar dan tak lama kemudian kembali sambil membawa beberapa ekor tikus putih kecil dalam kurungan. "Hadiah untukmu. Selamat makan."
.....
"Sir Ernest!"
Mendengar namanya dipanggil, Ernest menutup obrolannya bersama Grace—juru masak Keluarga Dorian. "Jangan lari di dapur. Berbahaya!" tegur Ernest pada seorang pria muda berpakaian pelayan.
"M-maaf Sir Ernest," ujarnya dengan napas tersengal-sengal.
"Kenapa mencariku?"
"Ada tamu di depan."
"Tamu?" ulang Ernest kebingungan. Seingatnya hari ini tidak ada surat yang datang ke rumah. Lady Koa pun sudah mengosongkan jadwalnya selama seminggu ke depan, jadi tidak mungkin tuannya memiliki janji temu dengan orang lain. Kecuali, tamu yang berkunjung merupakan tamu tak diundang, atau malah mungkin tamu Pangeran Zielle. "Siapa yang datang?"
Pelayan itu membisikkan nama tamu mereka ke telinga Ernest.
"Miss Grace, ada perubahan pada jam makan malam hari ini. Untuk menunya nanti, tolong siapkan sesuai permintaan pangeran. Dan ingat, jangan hidangkan makanan laut karena Lady Otsana alergi pada makanan laut."
"Baik Sir."
"Dan kau," tunjuk Ernest pada si pelayan.
"Ya?"
"Antar tamu kita ke ruang baca selagi aku pergi menemui pangeran." Bukannya langsung bergerak menjalankan tugas, pelayan itu justru mematung di tempat. "Apa yang kau tunggu? Masih ada hal lain yang belum kau sampaikan?"
Dengan gelagat aneh, si pelayan menjawab. "Tiga pengawal Lady Dorian telah kembali, Sir Ernest. Mereka juga sedang menunggu Anda di depan."
"Benarkah? Tapi kenapa kau terlihat sedih?" tanya Ernest yang menyadari raut sendu si pelayan.
"Y-yona, Sir Ernest... Gadis itu tewas."
Semua pekerja dapur yang sibuk memasak serentak menghentikan aktivitas mereka. Dalam sekejap, suasana dapur berubah hening. Pelayan itu terlihat menyeka ujung matanya yang sudah banjir. "Sir Lando menemukan jasad Yona tergeletak bersimbah darah di belakang gubuk terbengkalai."

KAMU SEDANG MEMBACA
Queen of Shield - Putri Sang Duke
Fantasy#1 (SIDE STORY ADA DI GOODNOVEL) Seorang gadis yatim piatu meninggal dunia dengan cara yang sangat mengenaskan. Ia mati terbakar di dalam panti asuhan tempat di mana ia dibuang dan dibesarkan. Gadis itu kira, setelah ia mati, kemalangannya akan bera...