.....
Perpustakaan bukanlah tempat favorit Madam Cleo jika kaitannya dengan kegiatan menghabiskan waktu di kala senggang. Dibanding tempat yang identik sebagai pondok para kaum intelektual itu, Madam Cleo justru lebih tertarik mengisi hari-harinya dengan bersantai di gazebo taman atau balkon kamar yang menghadap langsung ke arah taman. Namun lagaknya kali ini, demi memperbaiki kualitas hubungannya dengan sang putri, Madam Cleo bersedia menginjakkan kaki kembali ke ruangan penuh buku itu setelah sekian lama dihindari.
"Karena sudah terlanjur diumumkan, acara pertunanganmu akan dilaksanakan secara resmi ketika Duke Black kembali dari perbatasan utara." Madam Cleo memandang Koa dengan raut wajah super serius. Ia memanggil Elena, meminta benda yang dipegang wanita itu. "Ini katalog terbaru butik Marchioness Ronan. Pilihlah yang kau suka untuk acara pertunanganmu nanti."
Koa menerima katalog itu dengan perasaan sangsi. "Kenapa tidak datang langsung ke butik, Madam?"
"Selain untuk memilihkanku gaun, hari itu aku sengaja memintamu pergi karena kau sudah lama tidak melakukan pengukuran badan. Pasti ada perubahan, sekecil apa pun itu. Sekarang mereka sudah tahu berapa ukuran dan bagaimana bentuk badanmu. Jadi kau tidak perlu repot-repot lagi datang langsung ke sana." Madam Cleo menyesap teh bunga seduhan Koa dari cangkir porselen mewahnya. "Mereka yang akan datang kemari."
"Kapan orang-orang dari butik datang?" tanya Koa sembari membolak-balikkan halaman katalog lalu menandai beberapa gambar desain gaun yang dirasanya menarik.
"Minggu depan." Sebelah tangan Madam Cleo yang menganggur terlihat mengelus-elus bagian paling atas tumpukkan buku Koa yang setinggi meja tak jauh dari tempatnya duduk. Buku-buku itu adalah buku yang sudah selesai dibaca Koa. "Kau tidak ada janji di hari itu, kan?"
Koa menggelengkan kepala. "Lalu bagaimana dengan pakaian Lord Black? Jika orang dari butik datang minggu depan, Lord Black sudah tidak ada di sini."
Menurut informasi dari Oliver, jadwal keberangkatan Black bersama pasukannya sudah disetujui Raja Alden. Mereka akan berangkat ke perbatasan utara dua hari lagi. Meski terdengar mendadak, sebenarnya sudah dari musim kemarin mereka diperingatkan untuk bersiap.
"Diskusikan masalah itu dengannya langsung. Kalau tidak salah, Duke Black masih ada urusan dengan Lord Sander. Dia pasti akan mampir dulu kemari sebelum kembali ke Leander."
.....
Aku tidak tahu berapa lama waktu yang akan kubutuhkan hanya untuk menunggunya kembali. Mengingat tugasnya yang begitu berat dan kehadirannya yang begitu krusial bagi kerajaan ini, aku jadi sadar diri dan tidak banyak berharap. Hanya saja, entah mengapa, semenjak musibah-musibah itu datang menghampiriku, kepala ini sulit sekali untuk berhenti berpikiran buruk. Di malam-malam seperti saat aku masih terjaga dengan pikiran yang sekiranya kosong, kegelisahan pasti menyelip masuk tanpa kusadari. Kini aku jadi takut saat berada jauh dari sosok Black Leander. Seperti sebuah firasat saja. Jika dia tidak ada di sisiku, sesuatu yang mengerikan akan datang menjemputku.
Tok... tok... tok...
Suara ketukan di pintu kamar seketika menarik kesadaranku keluar dari alam lamunan.
Satu detik.
Dua detik.
Sampai dihitungan ketiga, aku masih menunggu. Namun tidak ada suara yang terdengar. Ini aneh. Biasanya Yona akan berseru meminta izin untuk masuk setelah mengetuk pintu kamarku sebanyak tiga kali.
"Siapa di luar?" teriakku cukup kencang. Jarak antara pintu dengan meja kerja yang jauh memaksaku menaikkan volume suara supaya suaraku bisa kedengaran sampai luar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen of Shield - Putri Sang Duke
Fantasy(SIDE STORY ADA DI GOODNOVEL) Seorang gadis yatim piatu meninggal dunia dengan cara yang sangat mengenaskan. Ia mati terbakar di dalam panti asuhan tempat di mana ia dibuang dan dibesarkan. Gadis itu kira, setelah ia mati, kemalangannya akan berakhi...