11. Pernikahan kontrak

14.8K 1.2K 4
                                    



.....

Angin yang cukup kencang tiba-tiba saja berhembus— masuk melalui jendela besar ruang baca yang memang sengaja dibiarkan terbuka. Black tanpa sadar memiringkan kepalanya ke arah lain, mencoba menghindar karena angin tersebut membuat tatanan rambutnya berantakan. Beberapa helai dari mereka bahkan berhasil menusuk dan membuat matanya pedih.

Angin yang kini berputar pelan di dalam ruangan mengingatkan Koa pada hamparan padang rumput luas di belakang panti asuhan. Ditambah dengan wangi parfum dari tubuh Black yang seperti harum hutan— menyeruak, ikut menyebar ke seluruh penjuru ruangan. Wangi ini lagi, batin Koa bernostalgia ketika harum musk dan vanilla malam itu kembali tercium.

Koa yang tidak kunjung menjawab membuat Black sedikit panik. Pria itu lantas berdiri, kemudian melangkah menghampiri Koa. Ia bertekuk lutut di hadapan Koa, menyetarakan tinggi mereka yang berbeda cukup jauh itu.

"Lady Dorian?" panggil Black.

Koa merasa tidak nyaman ketika melihat pose yang tengah dilakukan oleh Black saat ini. "L-lord?"

"Tolong jawab pertanyaanku."

"..."

"Lady Koa Dorian, apakah kau masih berminat untuk menikah denganku?"

Ini aneh. Tidak mungkin Duke Leander benar-benar melamarku? Bagaimana dengan pertunangannya bersama Putri Zehra? Jangan-jangan...

"Anda—"

"Ya?"

Koa sejenak ragu. "Anda jatuh cinta dengan saya?"

"..."

Black sontak menyemburkan tawa. Ia terbahak sembari berusaha menutupi wajahnya yang memerah dengan tangan.

Sesungguhnya, reaksi yang Black tunjukkan sekarang tidak begitu mengejutkan Koa. Ia sudah menduga jika hal ini akan terjadi. Secara logika, mustahil Black jatuh cinta padanya hanya dengan dua kali pertemuan saja. Apalagi pertemuan mereka tidak ada yang berkesan sama sekali.

Black menyeka wajahnya yang banjir air mata. Ia lantas berdiri dan kembali duduk di kursinya. "Lady Dorian. Jangan bilang jika rumor tentangmu itu benar," ujar Black masih tergelak.

"Rumor?"

Black berdeham. Mencoba membersihkan tenggorokannya yang terasa tercekat karena berusaha untuk berhenti tertawa. Sudah lama ia tidak terbahak sampai menangis seperti ini. Rasanya sangat menyegarkan. "Rumor jika Lady adalah si cantik berotak udang," lanjut Black dengan nada mencibir.

Ucapan Black mengingatkan Koa pada gadis-gadis bangsawan yang bergosip tentangnya di kafe La Pallete hari itu. "Apa saya terlihat seperti orang bodoh?"

Black sejenak terdiam. "Tidak juga. Tidak seburuk ekspetasiku."

Koa terkekeh. Omong kosong. Lihatlah wajahnya sekarang. Jelas sekali jika pria ini tengah meremehkanku. "Saya akan anggap itu sebagai pujian."

"Kau tidak penasaran Lady?"

Koa mengangkat sebelah alisnya. Menatap Black dengan penuh tanda tanya. "Mengenai?"

Black menghela napasnya panjang. "Alasan mengapa aku bertanya."

Perempuan bermata merah rubi itu mengangkat bahunya sekilas. "Entahlah. Mungkin anda hanya ingin menjahili saya saja."

Ketidakpuasan tergambar jelas di wajah Black. "Lady Dorian, Duchess Cleo adalah wanita cerdas dan lulusan terbaik dari akademi kerajaan. Sudah pasti kau sama cerdasnya dengan beliau. Kau sendiri adalah putrinya."

Ah benar. Duke Leander tidak tahu jika Madam Cleo bukanlah ibu kandung dari Lady Koa Dorian, batin Koa baru tersadar. Mengabaikan rasa tidak nyaman di hati, Koa memilih untuk tidak terlalu memikirkan hal tersebut dan lebih memfokuskan diri mencari jawaban atas pernyataan Black.

Duke Sander bukanlah orang ceroboh yang dengan teledornya membocorkan rahasia putrinya sendiri, apalagi jika ini ada kaitannya dengan keluarga kerajaan. Pasti ada alasan mengapa Duke Sander sampai bersedia menceritakan masalah ini pada Duke Leander. Misalnya seperti—

"Lord, jangan katakan jika anda ingin menggunakan saya untuk menolak perintah dari raja?"

Black menyeringai. Puas dengan jawaban yang baru saja Koa berikan. "Sudah kuduga. Kau tidak sebodoh yang orang-orang katakan."

Ini masalah politik. Jika Dorian Dukedom incaran Nathaniel, maka Leander Dukedom adalah incaran Putri Zehra. Sama seperti ayah Lady Koa, Duke Leander juga ingin mempertahankan kenetralan-nya dalam situasi politik kerajaan yang tengah memanas saat ini, pikir Koa mengambil kesimpulan.

"Maaf Lord. Ini terkait Putri Zehra. Apakah putri benar-benar berniat untuk naik tahta? Bukankah ada Pangeran Zielle, kakak kandungnya sendiri?" tanya Koa merasa ganjil. Menurut Koa, sangat mengherankan jika Zehra memiliki ambisi yang sama seperti para pangeran. Walaupun memang ia dicalonkan menjadi salah salah satu kandidat, akan tetapi setelah melihat dan menyadari sifat Zehra yang masih begitu kekanakan pada acara pesta teh tempo hari, Koa malah menjadi ragu.

Black menyangga dagunya dengan siku tangan yang bertumpu pada lengan kursi. Sorot matanya berubah serius. "Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini Lady Dorian. Orang polos sekalipun bisa dengan mudah berubah menjadi ular. Apalagi jika kita melihat lingkungan tempat putri dibesarkan. Istana— di sanalah tempat berkumpulnya orang-orang haus harta dan kekuasaan."

Kata-kata Black berhasil mengusik pikiran Koa. Wanita itu nampak melebarkan matanya saat ia menyadari sesuatu. "Boneka politik."

Black menjetikkan jarinya. Sudah tidak dapat lagi menahan diri untuk tidak menunjukkan rasa kekagumannnya pada Koa. Wanita itu benar-benar sudah melampaui ekspetasinya sekarang. Ia adalah kandidat terbaik, seperti yang dikatakan Duke Sander Dorian.

"Aku ingin menawarkan kerja sama denganmu Lady."

"Kerja sama?"

Pria itu menganggukkan kepala. Ia lantas melepaskan sarung tangan hitam yang tengah ia kenakan dan meletakkannya di atas meja. "Pernikahan kontrak."

Di dunia ini, pernikahan kontrak sama saja dengan pernikahan politik. Hal yang sangat lazim dilakukan oleh bangsawan di negara monarki. Bahkan raja yang sekarang memimpin pun melakukan pernikahan politik untuk mendapatkan tahtanya.

"Lord."

"Hm?"

Koa mendadak ragu. Bukan mengenai tawaran kerja sama dari Black, melainkan tentang karma yang akan datang menghampirinya setelah dirinya menikah nanti. Kini, ia adalah Koa Dorian, dan dunia ini adalah dunia pembalasan untuk rasa sakit hati yang Duchess Dorian terima setelah penghianatan yang dilakukan oleh Duke Dorian. Bisa saja kerja sama mereka tidak berjalan mulus seperti yang ia harapkan.

"Apakah anda tidak takut berhadapan dengan keluarga kerajaan? Bukankah ini sama saja seperti kita menantang mereka?"

Black terkekeh. "Apa yang perlu kau khawatirkan? Lady adalah seorang Dorian, sedangkan aku adalah duke dari Leander Dukedom. Kau pikir raja akan berani menentang pernikahan ini?" tanya Black arogan.

Koa akui, sampai sekarang ia sendiri saja masih belum bisa membayangkan sejauh dan sebesar apa pengaruh Dorian Dukedom dan Leander Dukedom pada Kerajaan Elinor. Tapi mengingat kembali bagaimana keras kepalanya Nathaniel dalam usahanya mendapatkan Lady Koa, sepertinya hal itu bisa dijadikan bukti jika kedua dukedom ini bukanlah lawan yang bisa orang-orang anggap remeh. Terlebih dalam novelnya sendiri, Nathaniel diceritakan berhasil naik tanta dan diangkat menjadi raja hanya dengan bantuan dari Duke Sander Dorian seorang.

"Tentang pertunangan anda dengan Putri Zehra. Apakah hanya itu saja yang menjadi alasan kenapa Lord menolak perintah raja? Apakah Lord tidak ingin mendapatkan kekuasaan yang lebih besar lagi dan naik tahta menjadi king consort?"

Pertanyaan yang diajukan Koa membuat Black bungkam. Pria itu terlihat enggan ketika diminta untuk menjawab. Namun dari sini, Koa berhasil menemukan satu fakta baru yang sangat mengejutkan dari seorang  Black Leander. 

Pria yang memiliki julukan Sang Singa Elinor ini nyatanya begitu membenci keluarga kerajaan. Kebenciannya itu sampai di titik di mana ia tidak sudi menjadi bagian dari mereka.

.....

Queen of Shield - Putri Sang DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang