.....
Cahaya redup dari puluhan lilin yang ditata berderet di sepanjang lorong menyoroti wajah pucat para pelayan yang terpaku dalam pertanyaan dan teror. Angin dingin yang menusuk tulang mengalir liar melalui celah-celah sempit, seolah mencari jawaban atas misteri takdir suram yang mengepung istana.
Semua orang pun sadar, suasana di Istana Azalea terasa hening dan mencekam setelah kematian tragis Elle Kimoni. Gadis berparas cantik itu memutuskan mengakhiri hidupnya dengan melompat ke danau belakang istana. Kastil megah yang didamba kelak menjadi rumah masa depannya justru menjadi saksi bisu betapa putus asanya kekasih Nathaniel pada saat-saat terakhirnya.
Tak berbeda jauh dengan Istana Azalea, rumah Count Kimoni yang dulu penuh kehangatan, kini dipenuhi oleh suasana duka yang menyesakkan. Suara riuh langkah kaki yang biasanya mengisi lorong-lorong rumah, kini tergantikan oleh langkah-langkah pelan yang sarat akan kesedihan. Lusinan koleksi keramik indah di sepanjang lorong tampak terlupakan, ditenggelamkan oleh kerinduan akan sosok manis yang telah pergi meninggalkan mereka untuk selama-lamanya.
"Oh, sayangku," Countess Kimoni tersedu di hadapan peti putih, tempat peristirahatan terakhir sang putri. Di tengah tangisannya, wanita itu tiba-tiba mendatangi Count Kimoni yang sibuk menerima tamu, lalu dengan ganasnya mencengkeram jas suaminya seraya meluapkan ratapan dalam histeria yang menyayat hati. "Ini sungguh tidak adil! Apa salah Elle? Mengapa Elle yang begitu manis harus menderita seperti ini? Suamiku, tolonglah lakukan sesuatu." Seruan putus asa Countess Kimoni merobek keheningan, dan menciptakan luka mendalam pada jiwa para tamu yang hadir.
"Aku mengerti, aku mengerti. Jadi tolong jaga sikapmu."
Usai berhasil menenangkan tangisan sang istri, Count Kimoni pergi untuk menyendiri di ruang pribadinya. Ditemani sebotol anggur yang terasa getir di lidah, saat ini pikirannya hanya terisi oleh satu keinginan, yakni pembalasan dendam. Lebih tepatnya, pembalasan dendam atas kematian tragis putrinya, Elle.
"Nathaniel," bisik Count Kimoni penuh keputuasasaan. "Kau lihat saja nanti."
.....
Koa menarik napas panjang seraya melangkah berani memasuki kamar. Bersama perasaannya yang campur aduk, ia menemukan Madam Cleo yang tengah bersantai dengan sebuah baskom berisi air garam hangat di bawah kursi. Tampak kaki-kaki ramping Madam Cleo berendam di dalam baskom tersebut.
"Koa?" panggil Madam Cleo. Ia terkejut mendapati putrinya yang beberapa hari terakhir ini selalu mengurung diri di kamar, tiba-tiba saja muncul. Wajah wanita itu berubah cerah, sementara matanya tampak diisi badai emosi yang mengambarkan rasa kebingungannya. Madam Cleo yang biasanya bijak dan penuh pertimbangan merasa takjub pada keberanian Koa yang memutuskan keluar dari jurang depresi. Pertemuan mereka menjadi momen yang mendebarkan, layaknya pertemuan dua jiwa yang telah lama terpisah.
"Maaf jika kedatangan saya mengganggu waktu istirahat Anda."
Madam Cleo menggeleng cepat lalu mengangkat kakinya keluar dari dalam baskom dengan gerak yang sangat elegan. Sebelum telapak kakinya menyentuh permukaan lantai yang dingin, Elena dengan cekatan membungkusnya menggunakan handuk. "Tidak, Koa. Kau tidak pernah menggangguku," ucapnya lembut. Madam Cleo mengenakan sandal sutra berkilaunya, lalu melangkah ringan menghampiri Koa. Ia membawa tubuh Koa ke dalam pelukan sehingga Koa bisa merasakan kehangatannya. "Aku merindukanmu, Nak," bisik Madam Cleo di telinga putrinya. Ia kemudian meminta Koa supaya duduk dulu, sementara dirinya ditemani Elena pergi ke ruang ganti untuk berganti pakaian.
'Aku pikir, ini pertama kalinya aku datang kemari,' batin Koa dengan perasaan takjub. Melihat pemandangan di sekitarnya, Koa merasa seperti sedang berkunjung ke kamar seorang ratu dari negeri dongeng, di mana keindahan dan kemewahan bergabung dalam harmoni yang memesona.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen of Shield - Putri Sang Duke
Fantasy#1 (SIDE STORY ADA DI GOODNOVEL) Seorang gadis yatim piatu meninggal dunia dengan cara yang sangat mengenaskan. Ia mati terbakar di dalam panti asuhan tempat di mana ia dibuang dan dibesarkan. Gadis itu kira, setelah ia mati, kemalangannya akan bera...