.....
Suara anak panah yang melesat menembus angin, disusul teriakan memilukan, memecahkan keheningan malam di Istana Dahlia. Tetes demi tetes cairan merah kental mengotori lantai kamar, membentuk sebuah lukisan abstrak yang mengerikan.
"Sialan!" umpat seseorang.
Sebuah anak panah menancap tepat di punggung tangan salah seorang penyusup. Meski tidak berhasil mengenai bagian organ vitalnya, bidikkan Zielle sukses menggagalkan aksi penyusup tersebut.
Kelompok penyusup berjumlah enam orang itu panik lantaran pintu kamar yang mereka singgahi terbuka lebar. Dari arah yang sama, tampak sekumpulan prajurit istana, lengkap dengan senjatanya masing-masing. Sudah kepalang tanggung, para penyusup itu memilih melanjutkan aksi mereka.
"Kurasa bajingan-bajingan ini sudah bosan hidup," ujar Zielle sengit. Busurnya siap dengan anak panah kedua. Begitu pula dengan para prajurit istana di belakangnya.
"Sisakan satu atau dua orang untuk diinterogasi, Yang Mulia," seru Black yang baru saja tiba.
Setuju dengan saran Black, Zielle langsung memberikan komando kepada para prajuritnya agar tidak membidik bagian organ vital. Cukup lumpukah saja agar mereka tidak bisa kabur.
.....
Aylin sampai kesulitan bernapas saking tegangnya ia sekarang. Wanita itu pasrah ketika merasakan sesuatu menyentuh kepalanya.
"Aylin...?"
Aylin merapatkan bibir. Pandangannya seketika dikaburkan oleh air mata. "Z-zielle!" Isak tangis Aylin pecah ketika matanya menemukan sosok Zielle Lysander.
Pria itu menyibak selimut yang menutupi Aylin dan menarik tubuh Aylin ke dalam pelukan. "Syukurlah, aku tidak terlambat."
Pelukan Zielle semakin erat dan Aylin tak punya pilihan selain membenamkan wajahnya di dada pria itu.
Ketika Aylin berniat mencaritahu situasi di dalam kamar, Zielle malah menutup matanya dan melarangnya melihat. Darah berceceran di mana-mana. Zielle tidak ingin Aylin menjadi trauma mengingat bagaimana lembutnya hati wanita itu.
"Black, tolong kau urus mereka. Aku perlu memindahkan Aylin ke kamar lain."
"Anda tidak perlu khawatir, Yang Mulia."
.....
Kurang dari 24 jam, kabar penyerangan istana pangeran pertama sampai di telinga raja dan para anggota parlemen Elinor. Tak hanya berita itu, kondisi Aylin yang sejak awal sengaja dirahasiakan pun ikut terbongkar.
Tanpa meminta persetujuan Zielle, parlemen Elinor mengadakan rapat darurat demi menyelesaikan masalah tersebut.
"Bagaimana bisa Pangeran Zielle menyembunyikan segalanya dari saya? Saya ini ayah Aylin! Sudah sepantasnya saya yang pertama kali tahu kondisinya!" seru Marquess Eric Otsana penuh amarah. Seluruh anggota dari Fraksi Bangsawan Tinggi Utara nampak setuju dan mendukung pendapat pria itu.
Raja Alden yang memimpin jalannya rapat masih belum buka suara. Ia ingin mendengar pendapat semua orang sebelum mengambil keputusan.
"Saya dengar, Lady Koa Dorian ditangkap oleh Badan Penyidik Elinor. Apakah ini ada kaitannya dengan insiden yang dialami Lady Aylin Otsana?" tanya Baron Alarik Agas— anggota Fraksi Bangsawan Rendah Barat. Pria bermata tajam itu melirik sinis Duke Sander Dorian yang baru saja sampai di ibukota pagi ini. Setelah mendapatkan surat pemberitahuan jika putrinya dibawa ke penjara menara oleh Black Leander, Duke Sander langsung berangkat kemari.
Black sudah menjelaskan situasi mereka kepada Duke Sander. Kurang lebih, Duke Sander sudah tahu bagaimana ia harus bersikap dalam rapat ini. Selain datang untuk Koa, Duke Sander hadir di tempat ini sebagai perwakilan Fraksi Netral.
"Insiden Lady Aylin Otsana memang ada hubungannya dengan Koa. Saya akan menjelaskan kronolog—
"Jangan katakan pada saya jika Lady Dorian-lah penyebab kemalangan yang menimpa Aylin," potong Marquess Eric Otsana. Sikap tidak sopannya mengejutkan Raja Alden.
Mendengar hal tersebut, para peserta rapat langsung ribut. Tak ingin situasi semakin tidak terkendali, Raja Alden memerintahkan semua orang untuk diam.
"Marquess Otsana. Aku tahu kau peduli pada putrimu. Namun alangkah baiknya jika kau dengarkan dulu penjelasan Duke Dorian," Raja Alden memberikan saran.
"Yang Mulia, tapi saya—
"Dengan segala hormat, Marquess Eric Otsana. Izinkan saya menyelesaikan apa yang sudah saya mulai." Ketegasan Duke Sander Dorian menciutkan nyali Marquess Eric Otsana. Pria itu sadar, posisi dan kekuatan politiknya berada jauh di bawah Sander Dorian. Meski Keluarga Dorian dipastikan tidak akan berbesan dengan Keluarga Kerajaan, bukan berarti ia bisa bersikap seenaknya di sini.
"Maafkan kelancangan saya, Duke Dorian."
Setelah situasi di ruang rapat kembali kondusif, Raja Alden mempersilakan Duke Dorian untuk melanjutkan penjelasannya.
"Terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan. Saya akan jelaskan kronologis insiden yang menimpa Lady Aylin Otsana." Duke Sander membuka amplop hitam berisi surat yang dikirimkan Black kepadanya beberapa hari yang lalu. Ia kemudian memberikan surat tersebut kepada perwakilan Badan Penyidik Elinor sebagai barang bukti. "Pangeran Zielle bersama Lady Aylin Otsana mengundang Duke Black Leander beserta Koa untuk hadir dalam acara makan malam pribadi di Restoran Celine."
Keheningan di ruang rapat membuat suara Duke Sander dapat terdengar dengan jelas.
"Seorang pelayan dicurigai memasukkan racun ke dalam makanan Koa. Tanpa sepengetahuan Koa dan Lady Otsana, mereka saling bertukar makanan. Lady Aylin Otsana mengonsumsi makanan tersebut tanpa sadar jika makanannya sudah diracuni. Beberapa jam kemudian, Lady Otsana ditemukan jatuh tak sadarkan diri di ruang ganti tamu restoran."
"Jadi kesimpulannya, Lady Otsana keracunan karena ulah Lady Dorian." Kini giliran Duke Simon Adler—ketua dari Fraksi Bangsawan Utara sekaligus kakek dari Pangeran Zielle dan Putri Zehra yang angkat bicara.
"Kesimpulan Anda tidak sempurna, Duke Adler. Perlu Anda ketahui, calon istri cucu Anda memiliki alergi terhadap makanan laut. Ada alasan yang jelas mengapa mereka saling bertukar makanan. Malam itu, pelayan restoran menyajikan Coquilles Saint Jacques kepada Lady Otsana. Padahal Pangeran Zielle sudah melarang pihak restoran menyajikan makanan laut."
Duke Simon Adler mengelus-elus jenggot panjangnya sambil berpikir keras. Ia ingin kasus ini cepat selesai. "Tapi fakta tersebut tidak dapat sepenuhnya menghapus kecurigaan saya kepada Lady Koa Dorian, Duke Sander."
"Bagaimana jika saya mengatakan, bubuk racun yang hampir menewaskan Lady Otsana justru ditemukan di dalam tas tangan milik Lady Otsana."
"A-Anda bilang apa Duke Sander! Ada racun di tas Aylin?!" Marquess Otsana sampai berdiri dari kursi karena saking terkejutnya. "S-saya benar-benar tidak mengerti."
Ruang rapat parlemen kembali ricuh. Fakta yang baru saja diungkapkan Duke Sander malah membuat bingung seluruh peserta rapat.
"Jika mereka tidak saling bertukar makanan dan Lady Dorian yang keracunan, maka secara otomatis Lady Aylin-lah yang akan dijadikan tersangka," seru Raja Alden ikut memberikan pendapat.
Duke Sander menganggukkan kepala. "Anda benar, Yang Mulia. Saya menduga, seseorang berniat mencelakai putri saya dan menjadikan Lady Aylin Otsana sebagai kambing hitam. Sayangnya, rencana tersebut gagal. Saya tidak dapat menyebut ini sebagai sebuah keberuntungan, meski Koa selamat dan Lady Otsana tidak perlu berurusan dengan pihak berwajib. Baik saya maupun Marquess Otsana, kami adalah pihak yang paling dirugikan di sini."
Raja Alden menghela napas panjang. Berurusan masalah dengan orang kuat seperti Sander Dorian selalu membuat kepalanya pening. Hubungan baik mereka sedang dipertaruhkan di sini.
"Keluarga Dorian sudah berkomitmen untuk tidak lagi terlibat pada urusan perebutan tahta Elinor. Jika kami temukan alasan politik-lah yang menjadi motif insiden ini, saya sebagai ayah dan pemimpin Dorian Dukedom akan mengambil tindakan tegas. Dorian tidak peduli jika pelakunya bangsawan atau bahkan penghuni istana sekalipun. Saya akan menuntut keadilan bagi putri saya," ancam Duke Sander kepada semua orang.
.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen of Shield - Putri Sang Duke
Fantasy(SIDE STORY ADA DI GOODNOVEL) Seorang gadis yatim piatu meninggal dunia dengan cara yang sangat mengenaskan. Ia mati terbakar di dalam panti asuhan tempat di mana ia dibuang dan dibesarkan. Gadis itu kira, setelah ia mati, kemalangannya akan berakhi...