23. Tetap Tinggal di Ibukota

9.7K 821 3
                                    


.....

"Lady, kita sudah sampai."

Sir Ethan membantu Koa turun dari kereta. Di depan pintu utama mansion milik Keluarga Dorian yang ada di ibukota, nampak Duke Sander beserta Madam Cleo dan para penghuni yang lain telah menunggu kedatangannya. Didampingi Yona dan Sir Ethan, Koa memberikan salam kepada semua orang.

"Bagaimana perjalananmu?" tanya Duke Sander penuh perhatian.

Koa tersenyum tipis. "Tentu saja sangat nyaman. Mereka menjaga saya dengan sangat baik."

Di tengah bincang-bincangnya bersama Duke Sander, Koa sesekali mencuri pandang ke arah Madam Cleo yang berdiri di belakang mereka. Mengetahui wanita itu lebih diam dibandingkan biasanya, Koa menjadi sedikit cemas.

"Aku dengar, kau memilih tinggal sementara waktu di ibukota dikarenakan undangan Lady Otsana?"

"Saya sudah berjanji akan hadir dalam acara pameran seni milik Lady Otsana. Tidak sopan jika saya membatalkannya, padahal saya sendiri yang menawarkan diri."

Keluarga Dorian dijadwalkan kembali ke Dorian Dukedom minggu ini. Selain karena kesehatan Koa dan Madam Cleo yang sudah jauh lebih baik, meninggalkan wilayahnya sendiri terlalu lama membuat Duke Sander merasa tidak enak dengan bawahannya yang lain.

"Kau yakin?" tanya Duke Sander masih khawatir.

Meskipun protes rakyat hanya terjadi di Leander Dukedom, akan tetapi Duke Sander masih tidak yakin untuk meninggalkan putri semata wayangnya sendirian di ibukota. Belum lagi dengan kondisi parlemen yang memanas setelah Raja Alden mengumumkan pembatalan pertunangan Koa dengan Nathaniel. Keributan besar telah terjadi di antara para fraksi politik Elinor.

"Anda meninggalkan banyak ksatria Dorian di tempat ini. Apalagi yang perlu saya cemaskan?"

Koa sangat paham dengan perasaan Duke Sander. Setelah hampir kehilangan putrinya pada insiden di kompetisi berburu, tentu saja pria itu tidak mau meninggalkannya sendirian begitu saja. Namun, Koa harus hadir pada acara pameran seni Aylin Otsana. Melihat kemarahan rakyat dan juga politik Elinor yang mulai bergejolak setelah perpisahannya dengan Nathaniel, Koa menyadari jika ia membutuhkan aliansi orang-orang kuat untuk melindungi dirinya sendiri.

Aylin Otsana adalah target pertama Koa.

"Berjanjilah padaku, kau akan kembali lagi ke rumah— tentu saja dalam keadaan yang sehat." Duke Sander meraih tubuh Koa dan memeluknya erat. "Putri kecil kesayanganku," bisiknya penuh cinta.

.....

Mansion Keluarga Leander— malam sebelumnya.

"Lord? Anda membutuhkan sesuatu?" Koa menghentikan aktifitasnya ketika menyadari kehadiran Black yang diam-diam memperhatikannya dari balik pintu.

Karena sudah ketahuan, tidak ada alasan lagi bagi Black untuk bersembunyi. Pria itu lantas berjalan menghampiri Koa yang saat ini sibuk mencari buku bacaan baru di perpustakaan pribadinya. Koa terlihat meletakkan kembali sebuah buku yang sebelumnya berada di tangannya ke dalam rak, kemudian turun perlahan dari tangga bantu.

"Ada undangan untukmu, Lady Koa." Black menyerahkan amplop yang masih tersegel rapi. Tampak lambang Keluarga Otsana di segel undangan tersebut.

Koa segera menerima benda itu, lantas membuka dan membaca isi di dalamnya. "Undangan untuk pameran seni di Akademi Kerajaan."

Tumpukkan buku yang menggunung di atas meja sejenak mengalihkan perhatian Black. Kebanyakan dari mereka berupa buku politik dan ekonomi. "Aku tidak tahu jika kalian berdua berteman baik."

"Saya dan Lady Otsana?" tanya Koa memastikan.

Black menganggukan kepala.

"Kebetulan kami pernah bertemu di tenda raja. Saya dan Lady Otsana berkenalan di sana." Koa meletakkan undangan yang diterimanya dari Aylin ke atas meja dan memposisikan dirinya berhadapan dengan Black. "Ada masalah Lord?"

Untuk beberapa saat, Black tenggelam dalam dunianya sendiri. Politik Elinor yang lagi-lagi bergejolak sukses menambah beban pikiran baru untuknya.

"Kau tertarik pada politik, Lady Koa?" tanya pria itu tiba-tiba.

Ada jeda panjang sebelum Koa menjawab. "Jika boleh jujur, saya sedikit tertarik."

Belakangan ini Koa mulai memikirkan kembali rencana hidupnya. Setelah masuk ke dalam dunia novel dan mengetahui kisah tragis Lady Koa Dorian, Koa bertekad untuk merubah kisah tragis tersebut menjadi kisah bahagianya sendiri. Berpisah dengan Nathaniel merupakan langkah besar Koa untuk mewujudkan rencana tersebut. Namun Koa juga paham, akan ada banyak tantangan baru yang menunggunya di masa mendatang.

Nathaniel dan Zehra yang sekarang malah menjadi musuhnya adalah konsekuensi yang harus Koa terima atas segala keputusan yang telah diambil. Koa paham betul bagaimana watak dari dua bersaudara beda ibu itu. Keduanya sama-sama keras kepala dan pendendam. Koa akan terus merasa gelisah jika belum berhasil menyingkirkan mereka. Tak ada jaminan Nathaniel dan Zehra akan berhenti mengganggunya jika Koa hanya diam.

"Tidak terlalu mengejutkan. Kau satu-satunya pewaris dari Keluarga Dorian. Setelah Lord Sander mengundurkan diri dari jabatannya, kau-lah yang harus menggantikan beliau."

Koa menarik sebuah kursi dan duduk di tempat itu. Memandangi Black yang tengah fokus merapikan tumpukkan buku di atas meja. "Lord Black," panggil Koa berhasil memecah keheningan.

"Ya, Lady Koa," jawab Black sambil perlahan menolehkan kepalanya. "Ada yang menganggu pikiranmu?"

"Apakah Anda tertarik untuk mendukung salah satu kandidat pewaris tahta?"

Black terlihat terkejut. Tidak menyangka Koa akan memberikannya pertanyaan semacam ini. "Tidak. Sebagai bagian dari Fraksi Netral, sudah tugasku untuk tidak memihak kepada siapapun. Bagaimana denganmu, Lady Koa?"

"Saya masih mempertimbangkannya."

Saat ini, jumlah nilai suara pendukung tertinggi dipegang oleh Zielle setelah Duke Sander Dorian secara resmi menarik dukungannya dari Nathaniel. Walaupun begitu, posisi Nathaniel tetap kuat sebab ia masih memiliki suara dukungan dari Fraksi Bangsawan Rendah Barat. Koa hanya takut jika suatu saat Fraksi Kerajaan tiba-tiba saja berubah haluan mendukung Nathaniel, sebab Raja Alden memang diketahui lebih menyukai Nathaniel dibandingkan Zielle. Ditambah lagi dengan keberadaan Zehra yang masih belum mau melepaskan Black dan terus menganggunya sampai sekarang.

Koa membelalakan mata saat merasakan telunjuk tangan Black yang menekan kuat kerutan di antara kedua alisnya. "L-lord?"

"Terkadang diammu itu membuatku penasaran."

"Penasaran?"

"Iya, penasaran dengan isi pikiranmu."

Sorot tajam mata Black mengurungkan niat Koa untuk mengutarakan keinginannya. Napasnya yang mendadak terasa berat memaksa Koa memutus pandangan dan mengalihkan wajahnya ke arah lain.

"Lord Black, bagaimana jika saya tantang Anda untuk menebak isi pikiran saya."

Getaran pada suara Koa yang samar-samar terdengar tanpa sadar membuat kedua sudut bibir Black terangkat dan membentuk sebuah senyuman. "Aku terima tantanganmu, Lady Koa Dorian."

.....

Queen of Shield - Putri Sang DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang