68. Tragedi di Ibu Kota

4.2K 337 21
                                    


.....

Olga sesekali menelan ludahnya dengan kasar. Bekas lebam pada kulit pinggang dan kulit paha Koa begitu menarik perhatian. Saking kentaranya mereka, penampakan objek yang jelas tak umum berada di tempat itu sampai mengalihkan perhatiannya dari pekerjaan. Olga bahkan melakukan beberapa kali kesalahan karena kurang fokus, dan akibatnya, ia mendapatkan teguran dari Koa.

'Pemandangan ini kelewat dewasa untukku,' batin si gadis lajang seraya tersipu malu.

Pagi tadi, ketika sosok Duke Black Leander keluar dari kamar Koa, rasa penasaran dalam diri Olga seketika membumbung tinggi. Pertanyaan seperti, kegiatan macam apa yang telah mereka lakukan sepanjang malam ini? Apa yang baru saja terjadi di balik pintu tertutup itu? Terus berkecambuk di dalam benak Olga. Andai saja dirinya bukan seorang pelayan rendahan, sudah pasti, sejak awal Olga akan mengangkat isu ini. Mungkin, saat ia membantu tuannya membersihkan diri. Namun untungnya, rasa penasaran Olga terkalahkan oleh rasa takutnya. Kendati penasaran dan ingin sekali menggali rahasia kehidupan malam para bangsawan, jika keselamatan nyawa yang dijadikan taruhan, menurut Olga, diam adalah pilihan paling tepat.

"Adakah surat untukku?" tanya Koa di tengah kegiatan rutinnya setelah mandi pagi—membaca koran Elinor ditemani secangkir teh bunga dan camilan manis.

"Marchioness Ronan mengirimi Anda undangan." Olga mengeluarkan sebuah amplop dari dalam saku seragam pelayannya.

Koa menaruh koran ke meja sebelum menerimanya. "Hm... Ternyata undangan pesta. Oh, pesta menyambut karnaval akhir musim dingin."

Pada setiap bulan terakhir musim dingin, rakyat Elinor, terutama yang tinggal di wilayah Ibu Kota, mempraktikkan tradisi yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya mereka, yakni gelaran karnaval megah di alun-alun kota. Dalam rangkaian perayaan tersebut, mereka akan berkumpul bersama sanak saudara, sambil merasakan kegembiraan berkat sinar matahari yang mulai muncul lebih lama. Karnaval ini dirancang begitu meriah oleh panitia, menghadirkan berbagai acara spektakuler, mulai dari parade malam yang bercahaya hingga lomba-lomba berhadiah uang seperti balapan kereta luncur, lomba memahat patung es, dan bahkan perlombaan dalam menikmati arak. Semuanya adalah bentuk ekspresi rasa syukur mereka, merayakan kemenangan atas separuh awal musim dingin yang keras dan hening dalam antusiasme menyambut musim semi yang akan datang.

Di sisi lain, para bangsawan yang sering kali dengan sengaja menjaga keterpisahan mereka dari rakyat jelata, turut serta merayakan perayaan akhir musim dingin ini dengan cara yang tak kalah megah. Mereka akan mengadakan pesta mewah di kediaman masing-masing, menciptakan atmosfer kemewahan yang mengalir seiring dengan karnaval yang tengah berlangsung di alun-alun kota. Tahun ini, Marchioness Ronan, seorang tokoh bangsawan yang selalu ingin jadi pusat perhatian, sekali lagi bergabung dalam perayaan akhir musim dingin Elinor yang dikenal spektakuler itu.

"Siapa saja yang marchioness undang?" tanya Koa sembari melipat kembali undangan Marchioness Ronan lalu menyimpannya pada laci nakas.

"Beliau mengundang Anda, Duke Sander dan Madam Cleo." Olga segera mengisi ulang cangkir Koa begitu wanita itu memberikannya kode. "Mereka menunggu jawaban Anda."

"Mereka?" ulang Koa dengan sebelah alis yang terangkat. "Siapa 'mereka' yang kau maksud?"

"Duke Sander dan Madam Cleo. Jika Anda tidak datang, kemungkinan besar mereka juga tidak datang."

Koa menghela napasnya dalam-dalam, mendadak pusing usai menerima kabar tersebut. "Situasi ini mungkin akan menjadi permasalahan yang serius," katanya pelan. "Marchioness Ronan, sejauh yang aku tahu, beliau cenderung suka membesar-besarkan masalah. Jelas wanita itu akan bergosip buruk dan merusak reputasi keluarga ini jikalau Duke Sander dan Madam Cleo menolak undangannya."

Queen of Shield - Putri Sang DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang