.....
Bunyi keras pecahan kaca memekakkan telinga Black. Ia sontak berhenti dengan napas memburu. Gelisah, Black kuatkan otot-otot kakinya yang tegang setelah berlari menaiki ratusan anak tangga menara. Ia kembali bergerak, tak mau kehilangan satu detik pun dari waktunya. Tinggal satu lantai lagi, dan ia akan sampai di tempat Koa. Bersama Zielle, Taylor, Arnold, serta Ethan—ksatria Dorian Dukedom, pria-pria tangguh itu sudah siap menyelamatkan sang lady.
"Bajingan-bajingan ini!" teriak Koa seperti orang kesetanan.
"Lady Dorian!" teriak Black semakin mempercepat larinya.
Ketika hampir sampai di depan pintu yang terbuka, Black tahu-tahu berhenti. Aksinya ini membuat Zielle tanpa sengaja menabrak punggungnya. Seperti tengah menahan gejolak panas dari dalam, geraman bernada rendah terdengar dari arah pria itu.
"Black? Apa yang kau lakukan? Kenapa berhenti di tengah jalan?" tanya Zielle heran. Namun ketika dirinya merasakan aura mengerikan yang dikeluarkan Black, Zielle spontan menjauhkan diri. 'Dia akan lepas kendali. Apa yang sebenarnya terjadi?' batin Zielle ngeri.
"Lord Black?!" seru Koa terkejut sekaligus bahagia. "Dan Y-Yang Mulia?!" lanjut Koa semakin terkejut mendapati sosok Zielle di antara mereka.
Dengan tangan gemetaran, Koa terlihat menghunuskan sebilah belati tajam ke arah lehernya. Entah dari mana ia dapatkan belati itu. Sebuah usaha nekat yang terpaksa dilakukan demi menghalau manusia-manusia kotor menyentuh kulitnya. Gaun Koa tampak rusak. Roknya koyak sampai bagian paha bawah. Para pria terhormat yang menyadari hal tersebut, demi kesopanan, segera menundukkan pandangan.
Dua manusia berwajah bengis di hadapan Koa kebingungan. Mereka tidak menyangka, Black dan Zielle akan muncul di tempat ini. Ketika sibuk memikirkan rencana penyelamatan diri, Black tiba-tiba sudah berdiri di belakang mereka. Detik berikutnya, pria itu menghantamkan kepala keduanya ke lantai. Meraka tak diberi kesempatan untuk melawan. Aksi Black yang terbilang sangat cepat itu membuat semua orang termasuk Koa yang melihatnya paling dekat tercengang.
Koa membatu. Perlahan mulai memperhatikan sekeliling. Kamar tahanan yang awalnya rapi, kini berantakan seolah baru saja terkena badai. Bagi seorang lady, harga diri lebih penting dibandingkan nyawa. Koa memeluk tubuhnya, merasa sangat malu. Saking malunya, wanita itu bahkan tidak sanggup lagi untuk terus berdiri.
Black maju mendekati Koa. Ia melepaskan mantel hitam panjang yang dikenakan dan memberikan benda itu kepada Koa. Lekuk kaki Koa yang terlihat samar dari luar sedikit mengganggu pikiran Black.
"Pakailah," bisik Black di telinga Koa sembari membantunya berdiri. "Kau pasti kedinginan."
"T-Terima kasih, Lord Black."
Dua manusia yang pingsan di lantai kamar kembali menjadi pusat perhatian semua orang. Jika diperhatikan dari ciri wajah dan tubuh mereka, jelas sekali jika orang-orang ini bukan penduduk asli Elinor.
"Lady Dorian. Kau kenal mereka?" tanya Zielle sambil menendang kaki salah satunya.
Koa menggelengkan kepala. "Tidak, Yang Mulia."
Kondisi Koa yang tidak cukup baik membuat Zielle enggan untuk bertanya lebih jauh. Pria itu lantas memerintahkan Ethan dan Arnold untuk memindahkan tubuh para penyerang ke ruang tahanan lain.
Black meraih tangan Koa yang gemetar hebat, lalu meraba jari jemarinya yang nampaknya lecet. Pria itu mencoba menenangkan Koa dengan mengalihkan perhatiannya. "Ada dugaan, sumber racun arsenik malam itu berasal dari lingkungan pemerintahan. Lebih tepatnya penjara Elinor yang dari dulu sudah terbiasa menggunakan racun tersebut untuk pekerjaan mereka."
Kening Koa berkerut usai mendengarkan penjelasan Black. "Lord. Saya harap, ke depannya Anda mau mendiskusikan lebih dulu rencana Anda bersama saya."
Black merapatkan bibir. Ia bukan pria yang suka dinasehati. Namun sepertinya Koa pengecualian. "Aku mengerti."
Setelah membereskan kekacauan di tempat itu, rombongan mereka bersiap-siap untuk pergi. Di tengah perjalanan, Koa mendadak teringat percakapan singkatnya bersama para penyerang sebelum mereka melakukan tindakan keji kepadanya. Ia menjumpai sebuah kejanggalan.
Koa mencari Zielle dan menemukan pria itu berjalan tak jauh dari posisinya. "Yang Mulia, apakah Anda tahu di mana lokasi istana Dahlia?"
Zielle mengangkat sebelah alisnya. "Istana Dahlia?"
"Saya dengar, ada kelompok lain yang dipersiapkan menyelinap ke istana Dahlia. Saya pikir, sepertinya bukan saya target utama mereka."
Zielle sontak mengumpat dan langsung berlari keluar meninggalkan rombongan seraya memerintahkan beberapa prajurit istana yang menganggur untuk ikut bersamanya. Kepanikan tergambar jelas di wajah pangeran pertama Elinor itu.
"Lord Black. Ada apa ini?" tanya Koa tidak paham.
Ekspresi Black mengeras. "Ini pengalihan."
"Maksud Anda penyerangan yang saya terima itu sebuah pengalihan? Pengalihan dari apa?"
"Istana Dahlia merupakan istana tempat tinggal Pangeran Zielle. Lady Otsana dirawat di sana sekarang. Melihat cerdiknya orang-orang ini, aku rasa mereka bukan kelompok amatir. Pengawal istana pasti dapat dengan mudah mereka kelabuhi."
"Lord Black, kenapa Anda hanya diam saja. Anda tidak ingin membantu Pangeran Zielle?" Koa berusaha melepas tangan Black yang memeluk bahunya dari samping. Bukannya pergi, Black malah menepis tangan Koa dan semakin mengeratkan pelukan tangannya di bahu wanita itu.
Black berdecak mengetahui Koa yang tak kunjung menyerah. "Jika aku pergi, siapa yang akan menjagamu?"
.....
Sebuah istana biasanya sengaja dibangun sangat kompleks. Seperti penambahan rute pelarian berupa lorong rahasia yang dibuat khusus agar para penghuninya dapat menyelamatkan diri jika suatu hari nanti terjadi penyerangan. Begitu pun dengan istana tempat tinggal anggota Keluarga Kerajaan Elinor. Hanya raja, ratu dan keturunan mereka saja yang tahu rute rahasia tersebut. Memikirkan tingkat keamanannya, anggota Keluarga Kerajaan dilarang memberitahukan eksistensi dari rute itu kepada orang luar. Hukuman berat menanti siapa saja dari mereka yang berani membocorkan rahasia tersebut.
Namun lagaknya, malam ini ketakutan Zehra akan kejahatannya yang terbongkar mengalahkan ketakutannya pada hukuman berat tersebut. Rute pelarian yang seharusnya menjadi rahasia besar Keluarga Kerajaan, dengan mudahnya dibocorkan Zehra kepada orang luar demi kepentingan sendiri.
Usai menemukan fakta jika Aylin mengetahui bahwa dirinya-lah dalang di balik kasus racun arsenik Celine Restoran, tanpa mengulur waktu, Zehra segera menghubungi Nathaniel melalui perantara Riona Raspe. Karena ide racun arsenik sendiri berasal dari Nathaniel, Zehra pikir hanya Nathaniel-lah satu-satunya orang yang bisa menolongnya sekarang. Setelah mengirimkan surat, tak disangka, kurang dari dua jam bantuan itu benar-benar datang. Sekelompok pembunuh bayaran yang disewa Nathaniel telah tiba di istana untuk membungkam mulut Aylin selama-lamanya.
"Kalian ikuti di lorong ini. Saat sampai di ujung lorong, ambil jalan kiri sejauh lima puluh meter. Perhatikan dinding sisi kanan. Nantinya kalian akan bertemu sebuah patung dewa. Geser tubuh patung itu, dan kalian akan menemukan tuas untuk membuka pintu rahasia kamar target di bawahnya," jelas Zehra kepada para pembunuh bayaran itu.
Setelah menyelesaikan tugasnya, Zehra menutup kembali pintu masuk rute rahasia yang ada di istananya. Ia berdoa, semoga para pembunuh bayaran itu dapat menyelesaikan misi mereka. Dengan begitu, tidak ada lagi saksi yang dapat membuktikan jika dirinya dalang dalam kasus racun arsenik.
.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen of Shield - Putri Sang Duke
Fantasy(SIDE STORY ADA DI GOODNOVEL) Seorang gadis yatim piatu meninggal dunia dengan cara yang sangat mengenaskan. Ia mati terbakar di dalam panti asuhan tempat di mana ia dibuang dan dibesarkan. Gadis itu kira, setelah ia mati, kemalangannya akan berakhi...