.....
Menjelang hari keberangkatan Zehra ke tempat mengasingan, Aylin Otsana mendatangi Zielle, meminta izin supaya diperbolehkan mengunjungi sahabat sekaligus calon adik iparnya untuk terakhir kali. Melihat Aylin yang memohon dengan mata berkaca-kaca, Zielle berusaha tegar dan dengan tegas menolak permohonan tersebut. Sebagai calon raja Elinor di masa depan, Zielle harus menjunjung tinggi aturan yang berlaku.
"Biarkan saja Zielle," ujar Ratu Zelda. Suara tenangnya sarat akan emosi yang tertahan. Bukan barang aneh wanita itu bersedih. Sebentar lagi ia akan kehilangan salah satu anak kesayangannya. Zehra harus menerima hukuman pengasingan karena perannya dalam konspirasi percobaan pembunuhan Koa Dorian. "Janganlah terlalu kaku menjadi seorang pangeran. Adikmu juga butuh satu kesempatan terakhir untuk bicara dengan Aylin."
Saran dari sang ibu membuat perasaan Zielle campur aduk. Ia sayang kepada Zehra, tapi sulit sekali memaafkan perbuatannya. Gadis itu sudah sangat kelewatan, bahkan sebenarnya hukuman mati jauh lebih pantas untuknya. Meski hati masih dipenuhi kebingungan dan keraguan, Zielle akhirnya mengalah dan memberikan izinnya kepada Aylin.
"Titipkan salamku untuk Zehra."
.....
Menara, penjara megah bagi kriminal kaum bangsawan. Tampaknya di dunia mana pun, semakin tinggi derajat sosial dan ekonomi seseorang, semakin terhormat pula hukumannya. Penjara menara benar-benar tempat yang mengundang iri banyak penjahat rendahan. Di dalam sana, para kriminal bangsawan justru sibuk bermain catur dan minum anggur mahal sambil menghitung hari-hari menuju pembebasan mereka yang terdengar seperti sebuah lelucon. Menara hanyalah simbol ironi di dunia yang tak adil.
"Hai," panggil Aylin dengan suara serak. "Zehra, ini aku, Lin."
Zehra yang sibuk mengemasi barang-barang menoleh ke arah pintu yang sedang dibuka dari luar. Wajahnya terlihat terkejut. "Kukira tak akan ada yang datang."
Aylin berjalan masuk ke dalam kamar tahanan Zehra. Suara ketukan dari hak sepatunya terdengar nyaring di tengah suasana yang hening. "Bagaimana kabarmu?"
Pertanyaan konyol Aylin membuat Zehra tersenyum getir. "Tega sekali kau menanyakan itu. Apakah aku terlihat baik-baik saja di matamu?"
"Kau benci padaku?" tanya Aylin.
"Kalau aku benci padamu, pasti sudah kuusir kau sejak tadi."
"Haha, itu ada benarnya juga." Tawa yang begitu pahit. Tanpa perlu melihatnya langsung, Zehra yang melanjutkan kembali kegiatan mengemasi barang-barangnya bisa ikut merasakan kegetiran itu. "Boleh aku duduk di sebelahmu?"
Aylin menunjuk lantai di sisi kanan Zehra. Lantai berbahan keramik berwarna abu-abu itu tampak dingin di matanya. "Terserah padamu," jawab Zehra bersikap seolah tidak peduli.
"Hei," panggil Aylin lagi.
"Hm."
"Masih ingat saat kita bermain bersama, mengejar kupu-kupu di taman belakang istana? Zielle selalu berusaha menangkap yang tercantik, bukan?"
Zehra cukup terkejut mengetahui Aylin mengulang cerita lama itu. Dan dalam sunyinya malam, pertanyaan Aylin membuat Zehra mulai merenungkan kembali pilihan-pilihan yang telah dibuatnya dan bagaimana tindakannya tersebut telah mengubah seluruh jalan hidup mereka. "Apa ini? Kenapa tiba-tiba membahas itu?"
Hembusan napas Aylin begitu berat. Ketika mencoba membalas pertanyaan Zehra, suara yang keluar tak disangka bergetar. "A-aku... aku hanya ingin mengingatkan kita pada momen-momen bahagia itu. Kita adalah sahabat terbaik, dan meskipun takdir telah memisahkan kita, aku tak bisa menghapus kenangan itu dari pikiranku." Aylin menatap jauh ke kegelapan malam, ekspresinya sayu karena lelah. "Kadang-kadang, aku merasa seperti segalanya menjadi sangat rumit dan tak adil. Mungkin, jika kita bisa kembali ke masa itu, segalanya akan berbeda, dan kita masih bisa bersama-sama seperti dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen of Shield - Putri Sang Duke
Fantasy#1 (SIDE STORY ADA DI GOODNOVEL) Seorang gadis yatim piatu meninggal dunia dengan cara yang sangat mengenaskan. Ia mati terbakar di dalam panti asuhan tempat di mana ia dibuang dan dibesarkan. Gadis itu kira, setelah ia mati, kemalangannya akan bera...