31. Rencana Licik Nathaniel 2

8K 643 2
                                    

.....

Aylin sempat terlelap selama beberapa menit usai mengonsumsi obat yang diberikan Dokter William kepadanya. Namun tak lama kemudian, ia terbangun kembali karena teringat ada hal lain yang harus ia kerjakan. Lebih cepat, lebih baik. Itu yang ada di kepala Aylin sekarang. Perkembangan kesehatannya yang tergolong lambat membuat khawatir semua orang. Jika terus seperti ini, tinggal menunggu waktu saja sampai para bangsawan anggota inti parlemen mengetahui kondisinya.

"Aku harus menulis surat untuk melaporkan hasil penyelidikkanku kepada Lady Dorian."

Mengandalkan tubuh yang masih lemah dan lesu—mengantuk karena pengaruh obat Dokter William, Aylin meraih pena dan beberapa lembar kertas dari dalam laci nakas di samping ranjang. Aylin tidak tahu kapan ia bisa bertemu lagi dengan Koa, mengingat wanita itu saat ini tengah dikurung di penjara menara. Aylin pikir, sementara ini surat menyurat menjadi satu-satunya cara untuk mereka saling berkomunikasi.

Setelah permintaan Koa di pameran seni, Aylin mulai melancarkan aksinya, melakukan penyelidikan untuk menemukan penyebar rumor tidak mengenakkan tentang Lady Koa Dorian. Aylin sudah membuat daftar bangsawan-bangsawan ibukota yang terkenal suka bergosip dan mendekati mereka satu per satu. Dan secara kebetulan, beberapa hari sebelum acara makan malamnya bersama Zielle, Black dan Koa, Aylin mendapatkan undangan pesta dari salah satu di antara para bangsawan tersebut. Undangan pesta itu datang dari Riona Raspe—anak Baron Raspe yang baru saja membeli sebuah mansion di ibukota.

Tentu saja Aylin tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Ketika menghadiri pesta tersebut, Aylin mulai bekerja dengan memasang telinga lebar-lebar, mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya. Fakta yang tidak terlalu mengejutkan, hampir seluruh tamu yang datang juga terlihat pada acara pelelangan hari itu. Aylin kenal beberapa dari mereka. Orang-orang itu adalah anggota Perkumpulan Plouton yang menjadi pendukung utama Nathaniel dalam perebutan tahta Elinor. Sama seperti di acara pameran, orang-orang di pesta ini dapat dengan leluasa menggosipkan sosok Koa Dorian. Untung tidak yang sadar jika Aylin diam-diam mengawasi.

Aylin bekerja keras menuliskan laporan hingga peluhnya bercucuran. Tangannya yang lemah sampai bergetar hebat karena dipaksa menulis kata demi kata dari segala informasi yang telah didapatkan. Tak lupa juga, Aylin menuliskan beberapa nama orang yang dicurigai sebagai sumber gosip tersebut. Mereka adalah para wanita bangsawan Elinor yang terkenal sebagai teman sosialita Zehra.

Suara berisik dari belakang lukisan besar yang tergantung di kamar Zielle mengejutkan Aylin yang sedang fokus menyelesaikan pekerjaannya. Ia mengangkat kepalanya, mengamati lukisan besar karyanya sendiri yang ia hadiahkan kepada Zielle beberapa tahun silam. Lukisan itu terlihat bergoyang. Aylin pun mulai menyadari, dinding di belakang lukisan yang perlahan terbelah menjadi bentuk persegi panjang sempurna, terdorong ke depan, terpisah dengan bagian lainnya, membentuk sebuah pintu.

Aylin hampir saja menjerit saat sepasang tangan manusia tiba-tiba muncul di pinggiran pintu yang baru saja terbentuk. Tangan-tangan itu menahan badan pintu agar tidak menutup kembali. Merasa ketakutan, Aylin segera menyembunyikan surat yang baru saja selesai ia tulis ke bawah ranjang—ada sebuah laci rahasia yang dulu pernah ditunjukkan Zielle. Laci yang dapat mereka berdua gunakan sebagai tempat penyimpanan barang-barang penting.

'Apa yang harus aku lakukan sekarang? Dilihat dari pakaian mereka, kurasa mereka penyusup' batin Aylin tegang. Ia tarik kain selimut sampai ke bagian atas, menutupi seluruh wajah dan menyisakan puncak kepalanya. Suara gemuruh terdengar dari dalam dada— itu berasal dari detak jantungnya sendiri yang semakin lama terasa semakin kencang seiring bunyi derap langkah kaki yang semakin mendekat.

Aylin ingin berteriak dengan harapan para penjaga yang berada di depan pintu segera menolongnya. Namun ia harus urungkan niatnya tersebut, mengingat jarak antara dirinya dengan penyusup jauh lebih dekat dibandingkan dengan pintu kamar. Jika ia nekat, bisa saja mereka panik dan langsung menghabisinya.

'Yang Mulia. Anda di mana sekarang? Tolong saya...'


.....

Elle tersenyum lebar mendapati sosok Nathaniel turun dari kereta kuda kerajaan dan berjalan memasuki halaman rumahnya. Ia cepat-cepat menghampiri sang kekasih, kemudian menjatuhkan diri ke dalam pelukan pria tersebut. Bau wine yang menyengat tanpa permisi menyeruak ke indera penciumannya.

"Yang Mulia, Anda baru kembali dari pesta?" tanya Elle penasaran. Ia mendongakkan kepalanya ke atas. Dugaan gadis itu benar. Nampak pipi Nathaniel yang semu merah. Jelas ini efek samping alkohol. 

Kedua sudut bibir Nathaniel terangkat ke atas, membentuk seringai aneh. Dibelai-belainya puncak kepala Elle dengan penuh perhatian. "Aku bertemu Baron Agas."

"Baron Agas?" Elle gunakan waktunya untuk mengingat nama itu. "Ah... maksudnya paman Anda." Senyum Elle kembali merekah ketika teringat sosok Alarik Agas yang begitu ramah. Pria paruh baya itulah yang memperkenalkan dirinya kepada Nathaniel beberapa tahun yang lalu. "Bagaimana kabar beliau? Apa urusannya di ibukota lancar? Kudengar Baron Agas sangat sibuk sampai tidak sempat mengunjungi ayah."

"Dia baik-baik saj—" kalimat Nathaniel terputus kerena dirinya mendadak cegukan. "Ougft... sepertinya aku terlalu banyak minum."

Elle tertawa sembari menepuk pelan punggung Nathaniel, berharap dapat membantu pria itu meredakan cegukannya. "Anda terlihat sangat bahagia. Coba ceritakan pada saya, hal apa yang membuat Anda menjadi sebahagia ini."

Nathaniel ikut tertawa bersama Elle, kemudian menggelengkan kepalanya pelan. "Ini rahasia. Anak kecil sepertimu tidak boleh tahu," serunya dalam keadaan setengah sadar.

"Hei—Anda selalu merahasiakan segalanya dari saya," goda Elle sambil mencubit perut Nathaniel hingga membuat pria itu menggeliat geli.

Bagaimana mungkin Nathaniel tidak merasa bahagia. Malam ini, satu-satunya pendukung yang Zielle miliki akan lenyap. Kematian Aylin Otsana akan membuat Marquess Eric Otsana memikirkan kembali keputusannya untuk memberikan suara politiknya kepada Zielle. Di saat Marquess Otsana terjebak dalam kebimbangan, Nathaniel akan hadir di sela kedukaan dan membuat pria itu semakin kebingungan. Zielle, pesaing terkuat Nathaniel akan mengalami kemunduran yang sangat besar jikalau Nathaniel berhasil mendapatkan hati Marquess Eric Otsana.

Seandainya nanti rencana pembunuhan Aylin Otsana gagal dan para pembunuh bayarannya tertangkap, Nathaniel sudah mempersiapkan rencana cadangan, yaitu dengan mengambinghitamkan Zehra. Adik perempuan Zielle itu tidak sadar jika selama ini ia dipersiapkan untuk menjadi tameng Nathaniel. Persis seperti kasus Jonas Brown dulu. Para pembunuh bayaran itu sudah melakukan perjanjian sihir berupa sumpah nyawa dengannya. Ketika mereka tertangkap dan diinterogasi, mereka tidak akan pernah mampu menyebut nama Nathaniel meski disiksa sampai hampir mati.

"Mimpiku sebentar lagi akan terwujud, Elle," ujar Nathaniel lirih sembari memeluk erat tubuh kekasihnya itu.

.....

Queen of Shield - Putri Sang DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang