20. Protes dari Rakyat

9.7K 848 4
                                    


.....

Kedatangan Yona di mansion Keluarga Leander mengejutkan Koa yang tengah bersantai di atas ranjang. Gadis itu tiba-tiba saja muncul di depan pintu kamar tempat Koa dirawat dengan mata sembap. Tangis Yona seketika pecah saat berjalan cepat menghampiri sang tuan.

"Aku masih hidup," ujar Koa heran.

"L-lady?"

"Caramu menangis seperti sedang menangisi orang yang sudah mati. Jadi berhentilah. Ini membuatku tidak nyaman."

"Maafkan saya." Yona segera mengambil napas dalam sebanyak tiga kali, berusaha menenangkan diri. "Bagaimana dengan luka Anda? Saya dengar karena saking parahnya dokter sampai angkat tangan."

"Jauh lebih baik sekarang." Koa mengkode Yona untuk mengambilkannya segelas air. Belakangan ini tenggorokannya mudah sekali kering. "Oh ya, duchess— beliau sudah sehat?"

Yona mengambilkan segelas air sesuai permintaan Koa. "Madam sudah sehat. Hanya saja Duke Sander masih melarang beliau untuk keluar rumah."

"Syukurlah," ujar Koa tersenyum tipis. Ia mengembalikan gelas yang sudah kosong kepada Yona.

Insiden yang terjadi di hutan Marquess Otsana dalam sekejap menjadi topik hangat pergosipan bangsawan-bangsawan Elinor. Semua orang menyebut insiden ini sebagai hal wajar yang dapat terjadi saat perebutan tahta sedang berlangsung. Mengerikan memang. Kasarnya, hilangnya nyawa seseorang di musim ini tidak lagi mengejutkan rakyat.

Merasa suntuk karena terus terjebak di dalam kamar, Koa meminta Yona untuk menemaninya jalan-jalan. Ia ingin berkeliling, menjelajahi kediaman Black Leander yang orang-orang katakan sebagai mansion terbesar se-Elinor. Sudah hampir dua minggu lebih Koa berada di tempat ini, akan tetapi hanya kamar dan balkon kamar ini saja yang baru ia sambangi.

Setelah memberitahukan ksatria yang berjaga di depan pintu, Koa ditemani Yona dan dua orang ksatria lain melangkah pergi meninggalkan kamar.

"Di mana Lord Black?" tanya Koa pada salah seorang ksatria yang diketahui bernama Arnold Colton. 'Ada hal penting yang perlu kudiskusikan bersama pria itu secepatnya,' batin Koa dengan perasaan was-was.

"Lord Black sedang berada di kantor, Lady Dorian."

"Ah, begitu."

Tidak seperti kediaman keluarga Koa yang ada di Dorian Dukedom maupun di ibukota, mansion milik Black ini terlihat membosankan. Desain ruangannya monoton dan terkesan begitu dingin. Jarang sekali terlihat perabotan mewah atau sekedar hiasan berupa pot berisi tanaman untuk mempercantik ruangan. Jelas sekali jika tempat ini kurang sentuhan tangan perempuan. Penataan rumah, taman dan segala fasilitas yang terbilang sederhana membuat Koa dapat dengan mudah menghafal denah kediaman Black dalam waktu singkat.

'Tidak serumit dugaanku. Hanya saja tempat ini jauh lebih besar dan lebih luas dari yang kukira,' batin Koa dengan napas yang mulai tersengal.

Mengetahui Koa yang kelelahan, Arnold Colton dengan sigap menawarkan bantuan. "Lady Dorian?"

"—?"

"Jika Anda merasa lelah, kita dapat beristirahat dulu dan melanjutkannya nanti," ujar Arnold ramah. "Atau mungkin—saya bersedia menggendong Anda... Jika Anda tidak keberatan."

Telinga Arnold bersemu merah usai menyelesaikan kalimatnya. Sejak pertama kali bertemu Koa, pria itu sudah terpesona dengan kecantikan wanita ini. Bukan hanya Arnold saja, namun teman-temannya yang lain juga merasakan hal yang sama. Mereka tidak mengira jika rumor tentang kecantikan lady dari Dorian Dukedom yang bagai bidadari itu ternyata bukanlah bualan belaka.

Queen of Shield - Putri Sang DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang