.....
Istana - sehari sebelumnya.
Cibiran yang terus berdatangan mengenai kelakuan bejat sang putra membuat kesabaran Selir Camille habis. Usaha kerasnya selama belasan tahun, mempertahankan reputasinya sebagai bangsawan terhormat justru berakhir dengan menjadi bahan gunjingan orang-orang. Selir Camille pun menyadari, semua kekeliruan ini mulai terjadi semenjak Koa Dorian mengajukan pembatalan pertunangannya ke istana.
"Kau bilang apa? Lady Elle sedang mengandung anak Nathaniel?" ulang Camille Agas masih belum bisa percaya. "Astaga! Kenapa gadis itu harus hamil sekarang!"
Vivi—maid pribadi sekaligus tangan kanan Selir Camille, bersama rekan-rekan kerjanya yang lain segera mengamankan diri saat istri ke-empat Raja Alden itu mulai melampiaskan amarah dengan menghancurkan barang-barang di dalam kamar. Pepatah pernah mengatakan, buah jatuh tak pernah jauh dari pohonnya. Kelakuan Camille ketika marah ini mirip sekali dengan Nathaniel.
"Count Kimoni ingin bertemu dengan Anda, Yang Mulia." Vivi meletakkan amplop berisi surat dari Count Kimoni ke atas meja.
"Untuk urusan apa dia datang kemari?"
"Penyelesaian masalah Lady Elle Kimoni."
"Urusan itu seharusnya dia selesaikan dengan Nathaniel. Kenapa malah aku yang diseret-seret?" Kejengkelan Camille semakin tidak karuan. "Kapan dia datang ke istana?
"Lusa, Yang Mulia."
"Katakan padanya, aku sedang sibuk."
"Akan saya kirimkan surat balasan Anda." Vivi mengambil kembali suratnya.
Tok... Tok... Tok...
Perhatian semua orang teralihkan pada bunyi ketukan di pintu kamar Selir Camille.
"Siapa di luar?"
"Ini Nathaniel, Ibu."
Selir Camille menggerakkan dagu, mengkode Vivi untuk membukakan pintu dan mempersilakan pria itu masuk.
"Berantakan sekali," komentar Nathaniel yang heran setelah melihat kondisi kamar yang kacau, seperti baru saja dibom. "Kenapa lagi, Bu?"
Ketika jarak keduanya hanya terpaut beberapa langkah, Camille maju dan melayangkan sebuah tamparan ke pipi kiri Nathaniel. Tak hanya Vivi, dua pengawal yang datang bersama Nathaniel dan ikut menyaksikan peristiwa tersebut secara langsung pun sama terkejutnya.
Kini, pipi kiri Nathaniel terasa panas dan berdenyut. Sambil mengatur napas, pria itu mencoba memahami situasinya sekarang. Dan ketika dirinya menyadari sumber kemarahan Selir Camille, ia langsung mengusir semua orang supaya cepat-cepat keluar dari ruangan.
"Bocah bodoh! Aku memintamu menghamili Koa Dorian, bukan Elle Kimoni! Matamu buta, atau bagaimana?" hardik Camille. Wanita itu melampiaskan amarah dengan memukuli tubuh Nathaniel berkali-kali, seperti anak kecil yang tengah tantrum.
"Ibu tenanglah," bujuk Nathaniel sembari menangkap dan menahan tangan Camille, berharap wanita itu berhenti memukulinya. "Itu hanya sebuah kecelakaan."
"Hanya kecelakaan? Kau bilang kehamilan Elle hanya sebuah kecelakaan?!" Selir Camille meraih sebuah vas yang dipajang di atas bifet, lalu melemparkannya ke arah Nathaniel. Untung saja Nathaniel berhasil menghindari serangan tersebut. Bunyi vas yang pecah karena terbentur lantai sukses menyentakkan semua orang yang menunggu di luar.
Nathaniel menarik Selir Camille ke dalam pelukan. Ia semakin mengeratkan pelukannya ketika merasakan tubuh ibunya memberontak meminta untuk dilepaskan. Meski terkadang Nathaniel lelah dengan sikap Selir Camille, mengabaikannya bukanlah hal yang mudah bagi Nathaniel. Mengingat bagaimana beratnya perjuangan Selir Camille membesarkan Nathaniel di lingkungan keras seperti istana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Queen of Shield - Putri Sang Duke
Fantasy#1 (SIDE STORY ADA DI GOODNOVEL) Seorang gadis yatim piatu meninggal dunia dengan cara yang sangat mengenaskan. Ia mati terbakar di dalam panti asuhan tempat di mana ia dibuang dan dibesarkan. Gadis itu kira, setelah ia mati, kemalangannya akan bera...