Author Pov
Jennie berjalan menyusuri lorong lantai 5 itu dengan tergesa gesa, pikirannya benar-benar kacau sekarang semua seakan menimpanya, ia turun hingga kelantai dua dan tak sengaja melihat Lisa duduk disana sendirian, pikiran Lisa juga sangat tidak bisa di definisikan ia berada disana bukan untuk menenangkan pikirannya tetapi menunggu Chaeng.
dengan cepat Jennie pergi kearah Lisa yang sedang memandangi tournament itu namun sebenarnya ia tidak menyimaknya sama sekali.
"Jennie" katanya tiba-tiba ketika gadis itu mengambil tempat untuk duduk disampingnya sekarang, Jennie tak bergeming hingga beberapa saat Lisa berdiri lalu mendekati Jennie.
"apa aku berbuat salah lagi" tanyanya lagi namun Jennie tetap tidak melihat kearahnya matanya lurus kedepan tak ada ekspresi apapun disana.
"aku minta maaf, karena sering membuatmu kesal" ucap Lisa lagi kepada Jennie, "jangankan kamu Lisa, keluargaku saja kadang sering membuatku muak" jawab Jennie kini membuka suaranya, pandangannya masih lurus kearah lapangan basket "apakah aku sama seperti mereka ?" tanya Lisa lagi,
"kau tahu, walau menyebalkan aku tidak tahu harus pergi kemana lagi selain kembali kepada mereka, begitu juga denganmu" jawabnya intens,
"mmmm aku benar-benar minta maaf" ucap Lisa sambil memeluk tubuh Jennie dari samping. Suasana yang sangat haru dilantai dua itu, "asal kau tahu aku menyayangimu lebih dari apapun itu" kata Lisa sambil membelai punggung Jennie,
Jennie menatap Lisa dengan sayu, matanya mulai berkaca-kaca mendengar perkataan tulus dari Lisa. "tapi aku benar-benar membutuhkan Deb sekarang" ucap Jennie yang membuat jantung Lisa berdetak begitu kencang hampir keluar dari tempatnya. Lisa kemudian pelan melepaskan rangkulannya dari bahu Jennie menatap gadis itu dengan dalam, Jennie balas menatap Lisa dengan air mata yang sudah mengalir dipipinya. Nama Deb seakan menjadi perusak moodnya ketika sedang berbicara dengan Jennie ia begitu sangat membencinya.
"aku tidak mengerti Jennie.."ucap Lisa kemudian berdiri dan menatap ke arah lain, nafasnya menjadi tidak beraturan emosi diujung akan mengambil alih dirinya,
"kau tidak tahu apa yang aku rasakan Lisa-yah" kata Jennie lagi dengan suara basahnya, Lisa berbalik dan menekukan lututnya didepan Jennie, ia mengangkat wajah Jennie yang tertunduk air matanya mengalir dengan sangat deras, hidungnya sudah merah karena terlalu lama menahan tangis.
"apa dia lebih berharga daripada aku ?"tanya Lisa dengan wajah yang tidak dapat diartikan ia benar-benar sedih, suaranya sudah bergetar ketika mengucapkan kalimat itu, Jennie hanya mengangguk tunduk tidak bisa mengeluarkan kata apapun.
"kau benar-benar tidak mengerti perasaan seseorang Jennie" ucap Lisa kemudian melemparkan pukulannya ditembok sebelah Jennie, "aku bisa menjauhi Deb, asalkan kau berhenti berteman dengan Chaeng" kata Jennie kemudian melihat wajah Lisa langsung ke matanya,
Lisa balik menatap gadis itu dengan tidak percaya, bagaimana mungkin ia benar-benar cemburu kepada Chaeng yang benar saja gadis itu adalah sahabatnya sejak masuk di universitas "Jennie, apa kau tidak berpikir untuk mengeluarkan kata-kata itu hum?" tanya Lisa lagi kepada Jennie,
"ani, kau melarangku untuk terlalu dekat dengan Deb lalu bagaimana kau dan Chaeng ?, apakah aku tidak wajar untuk cemburu tentang hal itu ?" ucap Jennie diantara isak tangisnya. "tapi Jen, dia teman sekaligus sahabatku semenjak aku disini, tidak bisa kau samakan antara hubunganmu dan Deb kau dan dia hanya berkenalan karena photoshoot sialan itu, apakah aku salah soal itu hum "jelas Lisa dengan nada suara yang sudah naik, sementara itu gadis didepannya sudah menangis dengan sesenggukan.
"aku tidak mengerti cara berpikirmu saat ini Jennie-yah, kau benar-benar gila" lanjut Lisa karena emosi yang sudah memuncak, bagaimana tidak alasan Jennie yang tidak masuk akal memilih Deb daripada dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Its You [JENLISA]
Fanfiction"selain janji yang mudah diingkari, tanpa disadari kepercayaan juga adalah hal yang mudah untuk dilupakan. Ini bukan tentang siapa yang lebih banyak berjuang tetapi siapa yang bisa mengalahkan ego dan gengsi demi mencapai tujuan suatu hubungan. R...