Jennie Pov
Kami sudah berada di kebun bunga matahari yang kami kunjungi, sebenarnya ini adalah ideku sejak awal.
ketika kami mengunjungi toko bunga tempo hari dan Lisa mengatakan jika ayahnya menyukai bunga matahari dia juga sempat menceritakan betapa ayahnya rela mengunjungi kebun bunga matahari terbesar di dunia hanya untuk menikmatinya.
Aku juga merasakan betapa Lisa mencintai ayahnya, dia menyayangi orangtuanya dengan baik, dia tidak berbohong dengan itu.
Aku tidak bisa menyalahkan siapapun tentang ini hanya saja aku menyesali mengapa berada disituasi ini, fakta tentang Daddy yang melakukan segalanya tidak bisa kutolak, itu nyata dan apa yang terjadi benar-benar diluar apa yang aku inginkan.
Rasa bersalahku membesar ketika mengetahui semuanya, seharusnya aku mengetahui ini sejak awal, tapi rasanya aku sudah buta atas itu semua. Harusnya aku peka dengan apa yang Mommy katakan tapi aku terlalu buntu dengan apa yang terjadi sehingga berada disituasi ini.
Bodoh! Itulah satu-satunya hal yang bisa kusebutkan pada diriku sendiri, aku bodoh dan aku tidak bisa memposisikan diriku, aku tidak bisa memaksa Lisa untuk melupakan semuanya.
karena sejujurnya rasa bersalah bercampur trauma ini sangat menodong diriku untuk tidak bisa berpikir jernih dan takut kehilangannya.
Lisa duduk dikursi sambil memandangi kamera poket ditangannya, aku berada disudut kebun tidak jauh darinya. Aku tahu mengapa dia bersikap seperti ini, tentu saja dia mengingat tentang ayahnya, kenangan-kenangan indah bersama orangtua dan orang tercinta memang sangat sulit untuk dilupakan.
Begitu yang dirasakan Lisa, aku tahu dia juga memiliki rasa penyesalan didalam dirinya karena aku juga merasakan hal yang sama, menyesali segalanya kenapa harus seperti ini, rasanya sangat bodoh dan sial aku tidak bisa mendefinisikannya lagi.
"hun...".
aku bergumam dan duduk disampingnya, dia terlihat mengusap ujung matanya, apakah dia menangis ?.
"ehmm..." dia melihatku dan aku mulai menautkan jariku ketangannya.
"aku mencintaimu" kataku dan dia mencium pucuk kepalaku yang kusandarkan dibahunya, "aku lebih mencintaimu" katanya dan kini menyandarkan kepalanya juga dikepalaku.
Lama kami memandangi matahari yang sudah memerah diujung langit, tidak ada percakapan beberapa saat.
"hun mianhae!" ucapku pelan berusaha untuk tenang dan mengambil alih dirinya untuk tidak membahas hal lain.
"aku minta maaf atas apa yang dilakukan Daddy! Aku tidak bisa melakukan apapun kepadamu untuk menebusnya, jujur saja aku tidak tahu apa-apa tentang hal ini. Aku merasa sangat bodoh dalam beberapa kondisi, seharusnya kita bisa bahagia tanpa ada rasa yang mengganjal apapun diantara kita aku merasa sangat bersalah hingga aku lupa apakah aku mencintaimu atau menutupi rasa bersalah ini, hun jujur saja aku juga menyayangi Daddyku dan aku juga mencintaimu tapi aku tidak bisa berbohong dia tetap orangtuaku, sebagai anaknya aku memiliki rasa sayang dan membelanya namun disisi lain dia juga memiliki kesalahan yang fatal, aku, aku bingung dimana diriku dan bagaimana aku bisa menebus ini semua kepadamu".
aku berbicara berusaha mengutarakan isi hatiku selama kami berada disini yang jujur saja rasanya aku masih memiliki tanggung jawab lain yang belum selesai dan tidak bisa untuk kutinggalkan dan kulupakan.
Dia masih diam, tidak meresponku lagi. Aku mengangkat kepalaku dan menatapnya.
"Honey! Lihat aku, aku ingin kau memaafkan Daddy dan mari jalani hidup bersamaku tanpa memikirkan apapun lagi, aku tidak tahu harus memikirkan apapun, aku hanya ingin bertemunya dan bertemu Mommy secara bersamaan, aku tahu mereka pasti akan berdrama didepanmu entah menyesal atau apapun itu hanya saja aku ingin minta maaf yang sebesar-besarnya kepadamu sebagai anaknya, hun aku sangat merasa bersalah atas ini semua".
KAMU SEDANG MEMBACA
Its You [JENLISA]
Fanfiction"selain janji yang mudah diingkari, tanpa disadari kepercayaan juga adalah hal yang mudah untuk dilupakan. Ini bukan tentang siapa yang lebih banyak berjuang tetapi siapa yang bisa mengalahkan ego dan gengsi demi mencapai tujuan suatu hubungan. R...