6. Silvana

7.4K 613 14
                                    

Halo, Gaes. Gama datang lagi ya, kali ini ada dua tokoh pendamping baru yang datang. Cuzz kenalan dulu.

Jangan lupa ramaikan dan simpan cerita ini ke library

"Dia makin mempesona," ucap Sukma yang berdiri tepat di belakang Gama.

Gama berdeham sesaat. Matanya tertuju ke pintu masuk restoran. Di sana dia melihat seorang wanita tengah berjalan ke arahnya. Tungkai panjang wanita itu terantuk. Gerakannya begitu anggun dan elegan. Rok span sebatas lutut dipadu dengan kemeja lengan panjang yang memeluk erat tubuhnya begitu pas dan sesuai.

Rambut hitam bergelombangnya tergerai indah. Pulasan make up yang lumayan berani mengundang decak kagum Gama dari tempat duduknya. Dari dulu hingga sampai saat ini Gama tidak pernah berhenti memujanya. Wanita itu selalu saja tampak menawan di mata Gama.

Wanita itu tersenyum dari jarak kurang dari lima meter. Dia Silvana, sahabat sekaligus tunangan Raja, kakak tiri Gama. Fakta miris karena Gama harus puas hanya dengan menjadi sahabat wanita itu. Cintanya layu sebelum berkembang. Hilang sebelum dia sempat mengatakan.

"Sayang, dia tercipta bukan untuk Anda, Tuan."

Kembali suara Sukma berdengung membuat Gama menggeram pelan.

"Jangan merusak acara makan siangku. Lebih baik kamu enyah dari sini, Sukma," gumam Gama pelan dengan kepala sedikit menoleh ke belakang.

Sukma langsung menurut dan menghilang dari pandangan Gama. Sementara itu Silvana makin mendekat dan langsung menyapa Gama begitu sampai di hadapan lelaki itu.

"Sori, kamu udah lama nunggu?" tanya Silvana seraya menarik kursi di seberang Gama.

"Sama sekali nggak. Mau langsung pesan?" tanya Gama dengan mata berbinar.

"Boleh."

Gama memanggil salah seorang waiter dan memesan beberapa makanan favorit Silvana.

"Kamu masih ingat aja makanan favoritku," ujar Silvana dengan tatapan terkesan begitu pelayan yang mencatat pesanannya berlalu.

"Kita udah berteman lama, masa hal seperti itu aku nggak tau?" sahut Gama mengulum senyum.

"Kamu memang sahabat terbaikku, Gam. Thanks ya." Silvana tersenyum dan menepuk punggung tangan Gama sekilas. Dia tidak sadar jika perbuatannya itu membuat senyum Gama terulas. Hatinya benar-benar berbunga.

"Gimana keadaan kantor? Raja masih belum mau bergabung dengan perusahaanmu?" tanya Silvana.

Sebenarnya ini topik yang tidak Gama sukai. Jika bersama Silvana, dia hanya ingin membahas tentang mereka berdua. Tidak ingin membahas soal kerjaan apa lagi soal Raja. Namun, tidak menanggapi ucapan Silvana hanya akan membuat wanita itu merajuk. Jadi, meskipun malas Gama tetap akan menjawab.

"Kantor baik. Seperti yang kamu tau dia tidak akan pernah mau bergabung denganku karena merasa punya power sendiri."

Lebih tepatnya mungkin Gama yang tidak ingin bersinggungan dengan kakak tirinya itu. Begitu pun sebaliknya. Sejak merasa kena tikung, Gama enggan berurusan lagi dengan  Raja.

"Hm, Raja selalu saja begitu. Ah, nggak. Kalian berdua sama saja. Padahal ini demi kebaikan perusahaan."

"Biar begitu kamu mencintai dia kan?"

Silvana sontak menatap Gama. "Dia tunanganku wajar dong kalau aku cinta dia."

"Meski kalian dijodohkan atas nama bisnis?"

Silvana memutus pandang. Dia tidak suka selalu dipojokkan dengan pertanyaan itu oleh Gama. padahal lelaki itu tahu betul bagaimana perjuangan Silvana untuk bisa sampai ke tahap ini.

The Devil inside YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang