88. Rena

3.9K 562 25
                                    

"Kirana!"

Ada jeda istirahat tiga puluh menit sebelum jam kuliah berikutnya dimulai. Kirana yang baru keluar dari kelas menoleh, dan mendapati Nugo melambaikan tangan padanya. Lelaki dengan tinggi 178 senti itu berjalan mendekat, menyandang tas ransel pada sebelah pundaknya.

"Akhirnya kumenemukanmu," ucap Nugo sesampainya di hadapan Kirana.

Kirana terkekeh. "Kayak lagu, ya."

"Kamu ke mana aja, Kirana? Baru kelihatan. Di makrab juga nggak datang, ditelepon nggak pernah diangkat, udah gitu pesan aku nggak ada satu pun yang dibalas. Kamu semedi?"

Wanita dengan panjang rambut melewati bahu itu makin terkekeh. "Iya, aku habis semedi." Dia lantas melangkah beriringan dengan Nugo.

"Jadi ke mana kamu menghilang?" tanya Nugo menyejajari langkah Kirana.

"Aku pulang kampung di hari ketiga ospek. Ibuku masuk rumah sakit dan harus melakukan operasi."

Mendengar itu Nugo agak terkejut dan bersimpati secara bersamaan. "Astaga, Kirana. Aku nggak tau soal itu. Terus sekarang ibu kamu gimana?"

"Dia udah sehat lagi. Ya, setidaknya lebih baik keadaannya sekarang."

"Syukurlah," ucap Nugo merasa lega. "Kamu nggak ngabarin aku, sih. Mungkin aja aku bisa bantu kamu sesuatu."

"Makasih, ya. Tapi semuanya udah membaik kok."

Langkah keduanya lantas berbelok ke arah kantin. Meski ini kelas malam, kantin lumayan ramai, dan beberapa konter masih buka.

"Kuliah pertama lancar?"

Kirana mengangguk. Dia memesan somay untuk mengganjal perutnya yang mulai kelaparan sejak masuk kelas pertama.

"Lancar."

"Aku lumayan punya banyak buku dan modul. Kalau kamu mau, bisa aku bawakan, jadi nggak perlu beli. Lumayan kan?"

Sontak mata Kirana penuh dengan bintang. "Wah, mau banget. Itu sih bukan lumayan lagi, tapi harta karun."

Nugo yang juga memesan menu sama terkekeh. "Oke, besok aku bawain. Yang buat semester satu dulu, ya."

"Sip!"

Keduanya beranjak duduk di salah satu meja di sudut kantin. Kirana baru saja memakan satu suapan somay ketika seorang wanita cantik tiba-tiba mendekat ke mejanya.

"Nugo, kok kamu ninggalin aku sih tadi?" tanya wanita itu yang langsung membuat tatapan Kirana bergeser melihat Nugo.

"Ninggalin? Kan aku memang nggak lagi sama kamu tadi," sahut Nugo dengan kening mengerut.

Wanita itu mencebik, lantas melirik Kirana yang duduk di depan Nugo. "Dia siapa, Nug? Anak pasca sarjana juga?"

Nugo menggeleng dan menatap Kirana seraya tersenyum. "Dia Kirana maba di sini yang ambil kelas malam."

"Ooh." Tiba-tiba wanita itu mendekati kursi Kirana. "Geseran dong," pintanya sedikit menyebalkan.

Alis Kirana menyatu, tapi dia tetap bergerak menggeser duduknya. Padahal ada kursi lain di dekat wanita itu.  Namun, bukan itu masalahnya, wanita cantik itu meminta dengan cara yang tak sopan.

"Ren, yang sopan dong. Lagi pula itu kan masih ada bangku kosong. Kenapa malah duduk di situ?" tegur Nugo yang tampak tidak menyukai tingkah wanita itu.

"Sori. Tadi siapa nama kamu?" Wanita itu menoleh kepada Kirana dengan pandangan—minta dicolok banget—remeh.

"Aku Kirana," ucap Kirana sedikit tak peduli. Rasanya malas meladeni orang yang jelas-jelas tidak menghargai keberadaannya.

The Devil inside YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang