Woah udah sampai bab 70 nih, Gaes. Hayoloh, siapa yang belum follow authornya? Follow dulu ya sebelum lanjut.
Pastikan juga kamu ramaikan tiap babnya dan jangan lupa ngevote ya....
Dari judul, kira-kira siapa nih yang lagi bingung? Gama atau Kirana?
Muehehehe....
Happy reading
❤️❤️❤️
-
-
-
Melewati meja sekretaris dan workstation, Gama terus membawa Silvana keluar dari kantornya menuju lobi. Di lantai lokasi kantornya berada ada sebuah lobi tersendiri, berguna sebagai ruang tunggu saat ada tamu yang ingin bertemu dengannya.
Lobi tersebut memiliki fasilitas Coffe bean dengan interior yang cukup estetik. Gama membawa Silvana duduk di salah satu sudut sofa lobi tersebut.
"Sori, aku nggak lagi-lagi, deh datang tiba-tiba begitu," ujar Silvana mengangkat dua tangannya dengan dua alis naik tinggi-tinggi.
Gama mengembuskan napas kasar. "Tadi itu... Nggak seperti yang kamu pikir, Sil."
Kepala Silvana menggeleng. "It's OK, Gam. Itu hal yang wajar. Aku paham."
"No, no, no, pasti kamu mikirnya macam-macam karena liat hal tadi."
Silvana terkekeh. Entah apa yang sebenarnya mau Gama jelaskan. "Jadi?"
"Aku dan Kirana nggak ada hubungan apa-apa. Hubungan kami hanya sebatas atasan dan bawahan," ujar Gama mencoba menjelaskan agar Silvana tidak salah paham.
"Ya ampun, Gam. Kalau pun kamu ada sesuatu sama dia aku nggak masalah. Itu malah bagus, kan?"
Gama gusar dan mengusap wajah. Bagaimana cara menjelaskannya kepada Silvana?
"Kamu sangat tahu, Kirana sama sekali bukan tipeku. Jauh sekali dari tipeku. Lagi pula dia berasal dari kampung dan ada banyak hal yang dia belum tau,"
"Lantas? Memang kenapa kalau Kirana berasal dari kampung?" tanya Silvana heran. "Gama, kamu laki-laki dewasa begitu pun Kirana dia perempuan dewasa. Kalau kalian saling jatuh cinta itu wajar."
"Jatuh cinta? Kamu terlalu berlebihan. Aku nggak mungkin jatuh cinta sama dia."
Silvana menganga tak percaya dengan ucapan sahabatnya itu. "Kalau nggak, maksud kamu mencium dia tadi itu apa?"
"Itu..." Gama memijat keningnya yang mendadak berdenyut. "Itu khilaf, sebuah kesalahan. Aku nggak sadar melakukannya."
"What?!" Silvana makin heran. Detik berikutnya dia terkekeh. "Kamu bercanda. Yang kayak gitu bukan kesalahan, Gama. Astaga." Dia menepuk kening.
"Ya lantas?" Gama merentangkan tangan. "Aku nggak cinta kok sama dia. Apa lantas sebutannya kalau bukan khilaf dan kesalahan?"
"Kamu tega kalau mengatakan itu sebuah kekhilafan. Asistenmu itu gadis lugu dan baik-baik aku lihat, jahat kalau kamu melakukan itu padanya hanya karena nafsu. Kamu jangan mempermainkan dia, Gam," ujar Silvana serius, menatap lurus-lurus sahabatnya. "Kalau kamu cuma mau mainin dia, hentikan, tapi kalau kamu memang mencintai dia, maka lebih baik segera kamu nyatakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil inside You
Storie d'amore"Kamu pikir, kamu itu siapa?! Berani sekali mengatur hidupku." Gama menatap tajam, penuh intimidasi kepada wanita yang kini terpojok dengan bibir bergetar. "Kamu itu cuma asisten! Aku ingatkan sekali lagi posisimu. Kamu itu cuma asisten!" bentak G...