Hari pertama masuk kerja lagi lumayan hectic. Jadwal Gama yang makin padat membuat Kirana agak sedikit kewalahan. Pagi ini bahkan dia menemani lelaki itu ke Bali, dan dilanjut makan siang di Bandung bersama seorang klien. Sekitar pukul dua siang mereka baru tiba lagi di Jakarta. Tidak cukup sampai di situ saja, karena sesampainya di kantor Gama langsung memimpin rapat eksklusif dengan para manajer.
Kirana baru benar-benar istirahat ketika jam pulang karyawan menjelang. Meski begitu Kirana tetap tertahan di kantor karena dia membantu pekerjaan Gama lagi. Mengevaluasi laporan dan menyortir dokumen yang masuk via email. Kalau masih sibuk terus begini, bagaimana Kirana bisa kuliah malam? Dia tidak yakin pekerjaannya bisa kelar dalam waktu singkat.
Mengintip meja sekretaris juga sama saja. Kedua sekretaris Gama itu tampak masih sibuk.
Gama yang baru keluar dari kamar mandi mengernyit melihat Kirana masih berkutat dengan pekerjaan.
"Kamu nggak pulang?" tanya dia seraya mendekati meja Kirana.
Wanita yang hari ini mengenakan kemeja krem itu mendongak sesaat. "Kerjaan aku masih banyak, Mas," sahut Kirana sambil lalu, pandangannya masih bergulir pada lajur dan baris di layar.
"Malam ini kamu mulai kelas kan?"
"Iya."
Gama menarik kursi lantas duduk di depan meja Kirana. "Kasih aja kerjaan kamu sama Lita atau Maria."
"Ya, nggak bisa gitu dong, Mas. Mereka juga lagi sibuk sama kerjaan sendiri."
"Tapi, aku nggak mau kamu terlalu capek, mana malamnya langsung kuliah juga," ujar Gama, menumpukkan dua lengannya ke atas meja.
Gerakan jemari Kirana di atas tuts terhenti, dia menoleh kepada pria yang sekarang sudah menjadi suaminya itu. "Kan Mas Gama yang nyuruh aku kuliah lagi."
Lelaki berpostur tinggi itu nyengir. "Iya, sih, tapi itu kan pas sebelum kita nikah. Aku nggak tau kalau kita akhirnya ... nikah."
Kirana menghela napas panjang. "Terus sekarang maunya Mas Gama gimana? Aku keluar dari kampus aja, gitu?"
Gama lekas menggeleng. "Nggak, kuliah itu penting buat kamu. Cuma aku nggak mau kamu terlalu capek. Kalau kamu terlalu capek sama aktivitas kamu, gimana dengan aku?"
Kirana terkekeh. pria di depannya mungkin lupa posisi Kirana bekerja sebagai apa.
"Kok kamu malah tertawa?" tanya Gama heran.
Wanita yang rambutnya dijepit ke belakang itu menarik napas panjang lalu mengembuskannya. "Mas lupa posisi aku di sini sebagai apa?"
"Asisten pribadi aku?"
"Dan tugas aspri itu sebelas dua belas sama istri. Dan kalau Mas Gama lupa lagi akan aku ingatkan kalau seharian ini kita full bersama. Jadi, kenapa Mas masih bertanya : gimana dengan aku?"
Gama meringis dan menggaruk pelipisnya, membuat Kirana geleng-geleng kepala.
"Aku kuliah juga paling empat jam. Pukul sepuluh udah balik," ujar Kirana lagi sembari kembali menghadap pekerjaannya.
Gama tampak mengetuk-ngetuk jemarinya ke meja. "Dan selama empat jam itu aku nggak ada teman."
"Kan ada Sukma."
Saat Kirana menyebut nama Sukma penjaga Gama itu lantas muncul, tepat di belakang Gama.
"Maksud Tuan Gama itu tidak ada teman tidur, Nona," celetuk Sukma, yang lantas membuat Kirana menatap makhluk itu dengan ekspresi terkejut. Jantungnya seolah berhenti berdetak sesaat melihat makhluk tinggi besar itu tiba-tiba sudah ada di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil inside You
Romance"Kamu pikir, kamu itu siapa?! Berani sekali mengatur hidupku." Gama menatap tajam, penuh intimidasi kepada wanita yang kini terpojok dengan bibir bergetar. "Kamu itu cuma asisten! Aku ingatkan sekali lagi posisimu. Kamu itu cuma asisten!" bentak G...