Terima kasih atas antusias teman-teman di sini.
Jangan lupa follow authornya bagi yang belum yak. Biar aku bisa up tiap hari.
Happy reading
❤️❤️❤️Begitu Kirana keluar dari kamar, suara Gama menggelegar memanggil penjaganya.
Sukma yang sebenarnya masih ada di sana pun menampakkan diri. Dia membungkukkan badan dengan sebelah tangan menyilang di dada.
"Kamu tahu Kirana ada di sini, kan?" tanya Gama dengan sorot mata berapi-api.
"Nona Kirana datang tepat saat Tuan menimpali ucapan saya," ujar Sukma dengan ekspresi tenang andalannya.
"Dan kamu diam saja?! Brengsek kamu, Sukma!" Gama melempar apa-apa yang ada di dekatnya. "Liat! Gara-gara kamu dia marah."
"Nona Kirana marah? Saya rasa itu nggak mungkin. Anda-lah yang sekarang sedang marah."
Gama mengangkat telunjuknya. "Kamu—" Dia urung memaki dan kembali menurunkan tangannya yang mengacung. Percuma juga dia marah sekarang. "Argh! Pergi kamu!" usirnya, lantas menarik selimut tinggi-tinggi.
"Saya sarankan Anda belajar jujur dengan perasaan Anda agar tidak merugikan diri sendiri."
"Aku bilang pergi!" sentak Gama kesal.
"Sendiko, Tuan." Dengan bibir yang melengkung lantaran tingkah tuannya, Sukma menghilang perlahan.
Gama menyingkap selimut setelah gagal mencoba tidur. Wajah datar Kirana terus saja berkelebat menganggu pikirannya. Dia bangkit dan mengusap wajah kasar.
"Apa aku harus minta maaf?" tanyanya pada diri sendiri. "Ish, itu nggak mungkin. Aku nggak mungkin melakukannya. Tapi..." Lagi-lagi dia teringat sikap Kirana. "Dia pasti tersinggung."
Di tengah kegalauannya, pria berparas sempurna itu keluar kamar. Namun, ketika sampai di kamar Kirana yang tepat berada di seberang kamarnya, pria itu hanya berdiri, terdiam menatap pintu berkelir putih. Langkahnya beranjak mundur, dan berbalik hendak kembali ke kamar. Tapi ....
"Aaarrrggh!"
Teriakan Kirana dari dalam kamar membuatnya secara refleks memutar langkah dan bergerak membuka pintu kamar wanita itu.
"Kirana, ada apa?!" tanya Gama panik. Dia melihat Kirana berjongkok di atas tempat tidur seraya memeluk bantal. Wanita itu ketakutan. Apa ada makhluk halus yang mengganggunya lagi?
"Tolong, usir dia, Mas!" seru Kirana sembari tangannya menunjuk ke arah lantai.
Sontak bola mata Gama mengarah ke lantai yang Kirana tunjuk. Tidak ada hal yang menakutkan di sana. Bahkan dia tidak merasakan aura kehadiran makhluk lain di kamar ini.
"Nggak ada apa-apa, Kirana."
"Ada, tadi aku lihat di sana, dia bergerak, ukurannya lumayan besar. Dia juga sempat terbang."
Di sini Gama mulai berpikir keras. Makhluk itu bisa terbang juga? Gama lumayan paham dengan makhluk-makhluk penghuni rumahnya, tapi tidak ada satu pun yang punya kemampuan terbang. Gama sangat yakin itu.
Tunggu! Dia melupakan Sukma. Makhluk yang mengaku dari jaman Kerajaan Majapahit memiliki kemampuan itu. Jadi, apa Sukma mengganggu Kirana? Kurang aj—
"Mas, itu dia! Dia di ujung tempat tidur! Tolong, usir dia. Dia menjijikkan," teriak Kirana histeris, dan segera melompat dari tempat tidur, beringsut ke belakang tubuh Gama.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil inside You
Roman d'amour"Kamu pikir, kamu itu siapa?! Berani sekali mengatur hidupku." Gama menatap tajam, penuh intimidasi kepada wanita yang kini terpojok dengan bibir bergetar. "Kamu itu cuma asisten! Aku ingatkan sekali lagi posisimu. Kamu itu cuma asisten!" bentak G...