Halooo, aku up tiap hari ya. Jadi, jom ramaikan. REUNI aku up ulang, ternyata ada cepu yang ngawasin aku di WP. Baiklah, aku sabar. Karena ini Ramadhan.
_____________
Kirana mendongak ketika pintu kamarnya terbuka dengan tiba-tiba. Hampir saja dia menggeram jengkel melihat wajah Gama muncul. Kirana sangat tahu dirinya cuma seorang asisten. Tapi, asisten juga memiliki privasi yang harus majikannya hormati. Kirana ingin sekali protes seperti itu, tapi lidahnya kelu. Melihat mata Gama saja dia sudah jeri.
"Saya membawakan tukang urut buat kamu." Gama membuka pintu kamar lebar-lebar hingga sosok yang disebut tukang urut muncul. Seorang wanita yang bisa Kirana tebak berumur empat puluh tahunan.
"Namanya Bu Sulis. Silakan masuk, Bu." Gama merentangkan sebelah tangannya meminta tukang urut itu masuk.
Bu Sulis mengenakan blouse lengan panjang disambung rok sepanjang betis. Dia membungkukkan badan ketika memasuki kamar Kirana.
"Kamu kasih tau Ibu itu keluhan yang kamu alami," ucap Gama. Dia lantas bergerak keluar. Namun, langkahnya tertahan dan berbalik lagi. "Satu lagi. selama proses mengurut pintu harus tetap dalam keadaan terbuka."
Heh?! Kirana melotot. Gimana ceritanya?
"Tidak perlu melotot begitu, ini hanya untuk memastikan kamu baik-baik saja dan tetap dalam pantauan saya."
Kirana masih bergeming. Hanya rahangnya yang tampak mengatup sementara bibirnya mengerucut.
"Bapak jangan coba-coba mengintip, ya?" Kirana memperingatkan. Namun, pria pemilik dagu kokoh itu tertawa.
"Saya mengintip? Mengintip kamu yang sedang diurut? Kalau mau, saya bisa menyuruh kamu telanjang di depan saya. Kenapa saya repot-repot mengintip? Tidak masuk akal."
Ucapannya makin kurang ajar. Namun, Kirana memilih bungkam. Setelah Gama keluar dari kamar dia mempersilakan Bu Sulis duduk.
"Ada keluhan apa, Mbak?" tanya Bu Sulis.
"Saya ada sakit di bagian bahu kanan dan dada, Bu. Dan bangun tidur tadi badan saya rasanya remuk. Padahal dipikir-pikir jatuh kemarin nggak terlalu keras," terang Kirana menunjukkan bagian tubuhnya yang sakit.
"Saya coba cek, ya, Mbak. Mungkin Mbak bisa buka baju dulu dan bisa menggunakan kain jarik sebagai gantinya. Mbak punya sejenis kain batik kan?"
Kirana langsung ingat kain jarik yang ibunya berikan sebelum merantau. Ibunya bilang itu buat kemul saat tidur agar tidak kedinginan atau digigit nyamuk.
"Ada, Bu. Sebentar." Kirana lantas segera beranjak membuka lemari dan mengambil sebuah kain yang ada di rak paling bawah. Sejak tinggal di rumah Gama, dia tidak pernah lagi menggunakan kain batik itu sebagai kemul atau selimut. Pendingin ruangan membuatnya butuh kain yang lebih tebal.
Kirana bergerak ke kamar mandi untuk mengganti baju dengan kain tersebut. Dia jepit rambut panjangnya tinggi-tinggi. Ketika membelit tubuhnya dengan kain itu, memar di dada dan bahu makin terlihat menghitam. Kirana mencoba menyentuh memar itu, dan sakitnya masih terasa.
Kirana bergegas keluar ingin segera mendapatkan penanganan karena tubuhnya makin nggak keruan saja rasanya.
Kirana berbaring dengan posisi tengkurap di atas tempat tidur, sementara di ujung kakinya Bu Sulis mulai membaluri minyak ke tubuh Kirana, dimulai dari kaki. Ada aroma melati dan ... ini seperti aroma singkong dibakar. Aneh sekali. Kirana nggak mungkin salah mengenali aroma ini.
Dia bisa merasakan tangan Bu Sulis mulai menyentuh betis bagian kirinya. Memijatnya begitu lembut dan hati-hati. Kadang sedikit menekan dengan ibu jari lalu menyusur dengan gerakan cepat ke atas. Rasanya nyaman untuk Kirana. Namun ....
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil inside You
Romance"Kamu pikir, kamu itu siapa?! Berani sekali mengatur hidupku." Gama menatap tajam, penuh intimidasi kepada wanita yang kini terpojok dengan bibir bergetar. "Kamu itu cuma asisten! Aku ingatkan sekali lagi posisimu. Kamu itu cuma asisten!" bentak G...