Halo, aku up malam. Ingetnya sudah up wkwk. Terima kasih ya buat antusias kemarin. Aku harap di bab ini bisa lebih semangat lagi.
Yuk, siapkan gergaji kali aja ada yang gemes sama Gama setelah bab ini. Mueheheehe....
Happy reading, Gaes.
-
-
-
Gama muncul dari balik partisi yang menghalangi antara ruang kerja dan kamar mandi.
"Kenapa kaget begitu? Urusannya lancar?" tanya Gama bergerak ke meja kerjanya. Dia menyampirkan jas ke sandaran kursi. Lalu beranjak memutari meja dan duduk di tepiannya.
"Lancar, Pak. Tadi saya juga sempat diberi jadwal pra-kuliah," sahut Kirana dengan wajah memerah akibat mengejar waktu untuk sampai ke kantor.
"Kamu mau ikut acara Ospek mereka?" tanya Gama seraya membuka dua kancing lengannya dan menariknya hingga siku.
"Katanya acara itu wajib. Dan..." Kirana menggigit bibir, entah jika dia utarakan apakah Gama akan mengizinkannya ikut atau tidak.
"Dan apa?"
"Acara ospek akan ditutup makrab."
Tatap Gama langsung beringsut melirik wanita di depannya. Netranya memindai penampilan Kirana, masih rapi meskipun leher putih wanita itu penuh peluh. Padahal saat ini dia sedang berada di ruang ber-AC. Rambutnya yang dijepit asal-asalan juga sedikit berantakan. Namun, anehnya itu terlihat seksi di mata Gama.
Gama segera memalingkan muka, dia takut tergoda. "Hari apa itu?"
"Sabtu malam Minggu."
"Lokasinya di mana?"
"Di sebuah vila di puncak."
"Menginap?"
"Iya."
Kirana sudah seperti diinterogasi oleh suami yang protektif.
"Nggak usah ikut kalau begitu."
"Tapi—" Kirana tertegun ketika Gama bergerak maju. Mendekati dirinya yang masih berdiri di tengah ruangan.
Tatapan laki-laki itu menghujam tajam, membuat nyali Kirana kontan menciut. Wanita itu mundur seiring langkah Gama yang makin maju.
"Kalau saya bilang nggak usah ikut, artinya kamu nggak ikut," ucap Gama dengan intonasi pelan namun terdengar mengerikan. Tangan besarnya melewati bahu Kirana, lalu bergerak membuka jepitan rambut di belakang kepala Kirana. Serta-merta rambut panjang wanita itu terurai jatuh.
Tidak berhenti sampai di situ. Setelah melepas jepitan rambut tersebut, jari jemari lelaki itu lantas bergerak menyisir rambut Kirana yang berantakan. Terang saja hal itu membuat Kirana mati kutu seketika.
Napasnya mendadak sesak, dan degup jantungnya bergerak menggila. Wangi tubuh Gama menusuk indra penciumannya. Aroma kayu manis dan citrus yang sudah sangat familier bagi Kirana selama hampir dua bulan terakhir ini.
Kirana masih berdiri mematung, merasakan bagaimana jemari tangan Gama bergerak lembut menyisir rambutnya yang agak lepek lantaran sinar matahari beberapa saat lalu sempat menjemurnya.
"Pak, nanti tangan Bapak kotor," ucap Kirana, namun suaranya terdengar lirih seperti terjepit di pangkal tenggorokan.
Gama sepertinya tidak menghiraukan ucapan Kirana. Kali ini dia mengambil sebuah sapu tangan dari balik saku celana. Lalu tanpa Kirana duga, lelaki itu menyeka keringat di dahi Kirana hingga lehernya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil inside You
Romance"Kamu pikir, kamu itu siapa?! Berani sekali mengatur hidupku." Gama menatap tajam, penuh intimidasi kepada wanita yang kini terpojok dengan bibir bergetar. "Kamu itu cuma asisten! Aku ingatkan sekali lagi posisimu. Kamu itu cuma asisten!" bentak G...