Sudah hampir 80 bab. Kemungkinan akan aku tamatin sekitar 10 bab lagi. Takutnya kalian yang baca pada mabok karena babnya kebanyakan. Wkwk.
Biar aku bisa fokus ke UNDER COVER. Oh ya yang belum baca, bisa langsung baca ya. Ubek-ubek aja profilku tapi jangan lupa follow hehe.
Wkwk. Yok kita kawal mereka sampe jadi dulu.
Jangan lupa vote dan komen ya, teman-teman.
🔥🔥🔥🔥
-
-
-
Ibu itu wanita yang kuat. Sepanjang Kirana hidup bersamanya, wanita yang telah melahirkannya itu tidak pernah mengeluhkan apa pun meskipun harus berjuang mencari nafkah bersama suaminya yang hanya seorang petani.
Ibu sosok yang sangat Kirana teladani. Dia tidak pernah mengeluh apa pun kesulitan yang dia hadapi. Darinya Kirana banyak belajar. Bagaimana dia menjadi seorang yang kuat dan tidak mudah menyerah karena terinspirasi dari sang ibu.
Jadi, ketika dokter bilang ibu memiliki kelainan katup jantung karena terdapat lubang pada sekat jantungnya, dia rasanya tidak percaya. Tuhan pasti sedang mengajaknya bercanda. Selama ini Ibunya tidak pernah mengeluhkan apa pun. Tapi, kenapa tiba-tiba dokter memvonis begitu?
Kirana berjalan lunglai di koridor rumah sakit yang sepi. Penat yang bergelayut terasa makin berat ketika mendapat kabar itu. Dia menjatuhkan diri di kursi tunggu rumah sakit. Beberapa kali wanita itu menghela napas berat. Dokter juga bilang perlu tindakan lanjut yaitu operasi yang tentu saja membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
"Kirana, saya membelikanmu makanan."
Kirana menoleh dan mendapati Gama ada di dekatnya. Setelah pulang ke rumah menjelang senja, lelaki itu langsung bersiap mengantar Kirana ke Jogja.
Delapan jam menempuh perjalanan dari Jakarta menuju rumah sakit umum Kota Bantul nyaris mata Kirana tetap terjaga. Sesekali mengantuk namun cepat terjaga kembali. Hingga dirinya bertemu dengan dokter pagi ini, matanya masih belum mau terkatup.
"Kamu belum sarapan." Gama duduk di sebelah Kirana. Di tangannya membawa satu kantong plastik berisi makanan. "Jangan sampai kamu sakit juga."
"Tapi saya nggak lapar, Mas."
Gama menarik napas dan mengembuskannya perlahan. Ketika istirahat dalam perjalanan Jakarta-Jogja wanita itu juga tidak mau mengisi perut. Wajahnya sudah pucat karena semalaman tidak tidur.
"Mau saya suapin?" tanya Gama menatap iba asistennya itu.
Kirana menggeleng. "Mas aja yang makan. Saya beneran nggak lapar."
"Kirana, saya tau kamu sedih. I feel you karena saya juga pernah ada di posisi kamu. Tapi seenggaknya ibu kamu masih memiliki kesempatan untuk melanjutkan hidup dengan jalan operasi. Kalau saya dulu, ibu saya nggak bisa. Ibu pergi tanpa mengucapkan apa pun. Dan parahnya, belum genap satu bulan ibu pergi, ayah malah membawa wanita lain dan seorang anak lain ke rumah. Kamu tau gimana perasaan saya saat itu?"
Kirana tertegun mendengar cerita Gama. Dia hanya mendengar, tapi bisa merasakan sakitnya.
"Jadi, saya mohon jaga diri kamu, demi ibu kamu. Sekarang makan, ya?" bujuk Gama lagi.
Wajah pias Kirana bereaksi. Kepalanya lantas mengangguk, dan berhasil membuat Gama tersenyum.
"Mau saya suapi?" tanya Gama sembari membuka mealbox yang dia bawa.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil inside You
Romance"Kamu pikir, kamu itu siapa?! Berani sekali mengatur hidupku." Gama menatap tajam, penuh intimidasi kepada wanita yang kini terpojok dengan bibir bergetar. "Kamu itu cuma asisten! Aku ingatkan sekali lagi posisimu. Kamu itu cuma asisten!" bentak G...