Yang baru bergabung di cerita ini aku ucapkan selamat datang. Jangan lupa follow authornya dulu, sebelum lanjut baca.
♥╣[-_-]╠♥
"Jangan macam-macam selama saya pergi," ucap Gama ketika Kirana sedang merapikan bajunya ke dalam sebuah mini travel bag yang akan Gama bawa dalam perjalanan bisnis.
"Maksudnya macam-macam?" tanya Kirana sambil lalu, dia baru saja menyiapkan tiga helai dasi dan menyimpannya dengan rapi ke sebuah plastik zipper lock.
"Maksudnya jangan santai meskipun saya nggak ada. Kamu harus bekerja, jangan makan gaji buta."
"Sebenarnya saya juga bingung jika saya nggak ikut sama Bapak, saya mau ngapain, ya?" Wanita yang saat ini mengenakan floral dress kuning itu mengetuk-ngetuk sebentar jarinya ke atas tutup travel bag.
"Apa pun, asal jangan diam dan menganggur," ujar Gama menaikkan dua kakinya ke atas meja. Pandangannya masih tertuju ke buku yang sedang dia baca.
Kirana menghela napas seraya menengadahkan wajah. Lelaki itu benar-benar devil, padahal dia sudah bekerja padanya 1x24 jam nonstop.
"Pakaian Bapak sudah siap untuk tiga hari ke depan. Semoga perjalanan Bapak menyenangkan," ucap Kirana setelah mengepak semua keperluan Gama. Dia lantas bergerak keluar kamar. Namun...
"Kamu mau ke mana?" tanya Gama ketika Kirana baru tiga langkah berjalan.
Wanita itu berbalik. "Saya mau ke kamar. Ada yang harus saya lakukan lagi?" tanyanya.
"Hm." Gama mengangguk lantas menepuk pundaknya. "Pijit pundak saya. Ini pegal."
Kirana membuang napas pelan, lalu beranjak menghampiri Gama yang sudah mengenakan piyama tidur. Dia bergerak ke belakang sofa, dua tangannya lantas mulai memijat pundak lelaki itu.
"Agak keras sedikit. Kamu kan tiap hari olahraga, beri kekuatan sedikit pada tanganmu."
Tanpa membalas ucapan Gama, Kirana menekan pundak lelaki itu dengan kuat seperti permintaannya.
"Astaga, kamu mau memijat apa mencekik saya?!"
Nyaris saja Kirana memutar bola mata ke atas. "Ini kekuatan tangan saya, Pak. Kan Bapak tadi minta begitu."
"Sudah, sudah." Gama menyingkirkan tangan Kirana dengan kesal. "Kamu marah sama saya karena nggak diajak ke Jogja?"
Kening Kirana mengernyit, bola matanya bergerak-gerak. "Saya marah? Nggak, saya biasa saja."
"Jogja itu kampung halaman kamu, kan?" tanya Gama, bermaksud menggoda wanita itu agar kesal.
"Benar. Tapi lokasi yang akan Bapak tuju jauh dari desa saya."
Lelaki berhidung bangir itu menutup bukunya dan beranjak berdiri. "Saya nggak peduli." Dia lantas bergerak ke tempat tidur dan melempar diri di atas permukaan empuk kasur.
"Apa Bapak berpikir jika saya ikut, maka saya akan pulang ke kampung saya?"
"Bisa jadi, kan?"
"Saya akan pulang jika masa cuti saya sudah terkumpul banyak. Bapak nggak perlu mencemaskan itu."
Setelah mengatakan hal tersebut, Kirana beranjak keluar dari kamar Gama. Lelaki itu benar-benar menyebalkan.
"Apa benar begitu, Tuan?" tanya Sukma saat Kirana sudah menghilang dari balik pintu.
Gama membalikkan posisi tidurnya menjadi terlentang. "Apa, Sukma? Jangan menggangguku. Besok aku ada penerbangan pagi," sahut Gama dengan mata terpejam.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil inside You
Romance"Kamu pikir, kamu itu siapa?! Berani sekali mengatur hidupku." Gama menatap tajam, penuh intimidasi kepada wanita yang kini terpojok dengan bibir bergetar. "Kamu itu cuma asisten! Aku ingatkan sekali lagi posisimu. Kamu itu cuma asisten!" bentak G...