Halo aku up lagi ya, ini cerita isinya 300 bab, tapi bakal aku padatkan di sini sampai 60an bab saja. Karena bakal bosen yang baca sampe ratusan bab wkwk.
Dengan kemampuannya yang terbatas, Kirana berusaha mengimbangi cara kerja Gama. Belum ada satu hari bekerja dengan lelaki itu saja sudah membuatnya paham bagaimana pria itu menyikapi masalah.
Menemani Gama meeting hari ini membuat Kirana tahu bahwa keputusan yang sudah pria itu keluarkan bersifat mutlak dan tidak bisa diganggu gugat, bahkan meskipun pihak pemberi jasa memohon untuk terus melanjutkan kerja sama. Sekali tidak, Gama akan tetap berkata tidak.
"Apa tidak bisa dipertimbangkan lagi, Pak?" bujuk pria berjas biru yang menjadi perwakilan pihak vendor untuk melakukan kerja sama.
Menurut yang Kirana baca, perusahaan mereka sudah dua tahun menjalin kerja sama dengan perusahaan Gama. Namun, kali ini Gama menolak perpanjangan kerja sama tanpa alasan yang jelas. Padahal selama menjalin kerja sama, perusahaan Gama lumayan banyak diuntungkan.
Gama berdiri dan membenarkan jas. "Tidak," ucapnya lantas keluar dari meja rapat. Meninggalkan wajah-wajah kecewa di sana. Dua sekretaris Gama dan Kirana bergegas mengikuti langkah pria itu.
"Jangan hiraukan jika mereka terus membujuk," ucap Gama sembari terus mengayunkan langkah panjang.
Kirana yang memiliki kaki tidak sepanjang kaki Gama kepayahan mengikuti langkah pria itu. Satu langkah pria itu sama dengan dua langkah Kirana. Sehingga membuat wanita itu tampak tergesa.
Gama langsung menjatuhkan diri di atas kursi sesampainya dia di ruang kerja. Dia membuka laptop segera hendak memantau perkembangan saham hari ini. Pria itu menyeringai ketika indeks sahamnya menguat.
"Maaf, Pak. Kalau boleh saya tahu kenapa bapak memutuskan tidak melanjutkan kerja sama dengan PT. Mega Jaya? Saya membaca selama bekerja sama dengan mereka, perusahaan banyak diuntungkan," tanya Kirana memberanikan diri.
Sebenarnya dia bingung dengan keputusan Gama, padahal Mega Jaya memberikan eksposur yang lebih menggiurkan daripada kontrak kerja sama sebelumnya.
Gama mengangkat wajah. Beruntung dia sedang dalam mood yang bagus, jadi pertanyaan itu tidak membuat emosinya mencuat.
"Memang benar. Tapi, tahun ini mereka merencanakan sesuatu yang akan membuat perusahaan kehilangan lebih banyak keuntungan. Bahkan mungkin lebih banyak dari keuntungan yang mereka tawarkan. Menerima kerja sama dari mereka artinya mempersiapkan diri untuk kolaps," terang Gama, tatapnya kembali ke monitor laptop di depannya.
Kirana mengerjap. "Bahkan kita belum melakukan kerja sama itu, Pak. Bagaimana Bapak bisa menyimpulkan itu?"
Gama menggeram. Dia mulai terganggu dengan kebawelan asistennya. "Kamu tau apa daripada saya?" tanya Gama menatap tajam asisten cantik itu.
Kirana mundur satu langkah. "Ma-maaf, Pak. Saya tadi bicara begitu karena membaca draft kontrak yang mereka tawarkan sepertinya akan banyak menguntungkan perusahaan," ucapnya seraya menunduk dan tidak lagi berani menatap Gama secara terang-terangan.
"Kamu tidak tahu apa-apa, dan akan lebih baik jika diam. Apa pun keputusan yang saya buat sudah saya pikirkan matang-matang. Dan keputusan saya tidak pernah keliru. Jadi, kamu... " Gama menunjuk Kirana. "Nggak usah sok tau dan sok ikut campur!"
Kirana menelan ludah kepayahan. "Ba-baik, Pak." Kirana mundur dan beranjak menuju meja kerjanya kembali.
"Anak baru saja sok pintar," gumam Gama kesal.
Sukma kembali hadir secara tiba-tiba. Hobi jin yang mengaku berusia ratusan tahun itu adalah mengagetkan Gama dengan muncul tiba-tiba. Namun, kali ini Gama hanya menggeram kecil dengan kelakuan Sukma.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil inside You
Romance"Kamu pikir, kamu itu siapa?! Berani sekali mengatur hidupku." Gama menatap tajam, penuh intimidasi kepada wanita yang kini terpojok dengan bibir bergetar. "Kamu itu cuma asisten! Aku ingatkan sekali lagi posisimu. Kamu itu cuma asisten!" bentak G...