"Kamu pikir, kamu itu siapa?! Berani sekali mengatur hidupku."
Gama menatap tajam, penuh intimidasi kepada wanita yang kini terpojok dengan bibir bergetar.
"Kamu itu cuma asisten! Aku ingatkan sekali lagi posisimu. Kamu itu cuma asisten!" bentak G...
Halo, Gaes. Ada yang nyari Gama-Kirana nggak nih? Hehe, mereka lagi honeymoon jadi nggak mau diganggu. Wkwk
Oh ya, buat UNDER COVER aku bakal up habis lebaran haji ya. Biar ibadah kalian nggak keganggu.
Sementara kalian baca bab ini dulu dan bab baru dari TWENTY YEARS (Aaraz-Miyura) di sebelah.
Kasih jejak buat bitter sweet mereka ya. Jangan lupa yang belum follow authornya follow dulu ya, gratis.😉
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Menikmati kemewahan di dalam sebuah gedung jangkung tidak pernah mampir sedikit pun di benak Kirana sepanjang hidupnya. Bisa bersekolah dan makan nasi tiap hari saja sudah sangat bersyukur. Dia sama sekali tidak memiliki harapan tinggi layaknya orang-orang. Impiannya hanya satu, membangun rumah orang tuanya yang masih berlantai tanah dan mengganti perabot agar orang tuanya bisa tidur dengan nyaman.
"Jika kerjasama ini deal, kita akan untung besar. Aku akan mengabulkan apa pun yang kamu mau, Kirana," ucap Gama saat mereka tengah menikmati makan siang di salah satu hotel bintang lima di kawasan Stesen Sentral KL.
Bertolak dari Bandara Internasional Kuala Lumpur, Gama dan Kirana langsung menuju hotel tempat dia menginap.
"Apa pun yang aku mau?" cicit Kirana.
Gama mengangguk. "Ya, apa pun."
Begitu masuk ke kamar hotel, Kirana bergegas menyiapkan apa-apa yang dibutuhkan untuk meeting pukul tiga waktu setempat nanti. Gama sendiri tengah sibuk dengan panggilan telepon, earbuds yang tersumpal di telinganya sama sekali belum lepas sejak turun dari pesawat. Bahkan saat makan siang tadi, dia masih menerima panggilan telepon.
"Kirana, Lita tadi mengirim email, kamu cek dan download," pinta Gama lantas kembali berbicara via telepon.
"Iya, Mas." Kirana langsung melakukan perintah Gama dan mulai mempelajari lagi file yang akan diikut presentasikan di dalam rapat nanti. Materinya lumayan banyak. Sesekali dia bertanya tentang hal yang tidak dipahami.
Terjun menjadi asisten pribadi banyak hal baru yang dia pelajari. Beruntung Kirana wanita yang gemar membaca. Buku apa pun yang bisa menambah wawasannya pasti akan dia lahap.
Masih di area sentral Kuala Lumpur, pertemuan itu diadakan. Di salah satu meetingroom yang ada di salah satu gedung pencakar langit berdinding kaca, Gama mempresentasikan proposal di hadapan perwakilan perusahaan yang akan bekerjasama dengan perusahaannya.
Dilanjut negoisasi yang terlihat begitu serius. Kirana di samping Gama terus memperhatikan bagaimana luwesnya Gama memersuasi calon bidikannya tersebut. Yang membuat Kirana takjub, tidak ada satu jam suaminya itu berhasil mendapatkan kata sepakat dan tanda tangan kontrak kerjasama yang dia inginkan.