Wajah keriput dan rambut acak-acakan tepat berada di belakangnya. Hampir saja Kirana lari. Namun, sebuah suara mencegahnya.
"Ini si Mbok, Nduk!"
Eh? Apa?
Kaki Kirana yang sudah bersiap-siap untuk lari tertahan. Dengan gerakan memutar, dia kembali menghadap sosok yang bikin kaget.
"Mbok?" Kirana melebarkan mata, memperhatikan dengan jelas wajah sosok itu.
"Iya, ini si Mbok." Perempuan tua itu terkekeh.
"Astaghfirullah, Mbok. Bikin saya kaget saja." Kirana membuang napas kasar. Merasa lega bersamaan.
"Maaf, ya. Si Mbok belum sempat berbenah. Pasti Den Gama sudah bangun."
"Iya, Mbok. Dia juga nyuruh saya olahraga, jadi saya nggak bisa bantuin si Mbok di dapur."
"Ya sudah, nggak apa-apa. Daripada kena omel lagi. Mending turuti dia saja," ucap wanita tua itu pelan lalu kekehan singkatnya kembali terdengar.
"Kalau gitu saya ganti baju dulu ya, Mbok."
Si Mbok mengangguk dan membiarkan Kirana beranjak ke kamarnya kembali. Wanita tua itu tersenyum, lalu dengan satu kedipan mata penampilannya berubah menjadi rapi kembali. Dia pun beranjak ke dapur menyiapkan sarapan pagi untuk tuannya.
Kirana jalan melipir ke pinggir dinding ruang gym. Dia melihat bosnya sedang berlari di atas treadmill berkecepatan sedang. Ketidaksukaannya pada olahraga membuat Kirana tidak memiliki pakaian olahraga yang layak. Kirana hanya mengenakan sebuah kaos dipadu celana legging hitam tiga per empat. Bahkan kakinya hanya memakai alas karet.
Kirana diam menyaksikan bagaimana kokoh dan panjangnya kaki Gama di atas treadmill. Setelah berlari dengan kecepatan sedang pria itu terlihat berjalan cepat, lalu lama-lama lambat, dan berhenti sepenuhnya.
Gama turun dari atas treadmill dan menoleh. "Ngapain kamu masih berdiri di situ? Cepat lakukan stretching."
"I-iya, Pak." Kirana dengan malas melakukan pemanasan singkat. Setelahnya dia bingung mau melakukan apa lagi.
Sementara itu Gama sendiri sudah bergelantungan di chin up bar. Pria itu sudah menanggalkan kausnya. Seperti biasa dia berolahraga indoor tanpa mengenakan baju atasan sehingga otot-otot bahunya yang lebar tampak begitu jelas.
Kirana bergeser menuju treadmill. Di antara semua alat koleksi Gama, hanya alat itu yang terlihat paling mudah dalam pandangannya. Tapi semudah-mudahnya alat fitnes, Kirana sama sekali belum pernah menggunakannya. Jadi, dia hanya melongo, celingak-celinguk kebingungan untuk memulai.
"Kamu mau nge-gym pake sandal jepit?" tanya Gama, membuat Kirana terkejut. "Sepatu kamu mana?"
Kirana nyengir seraya menggaruk belakang lehernya. "Saya nggak punya, Pak."
Gama berdecak sebal. "Sepatu pun nggak punya. Kamu malu-maluin saya."
Lagi-lagi Kirana hanya bisa meringis. Lagian buat apa juga kan dia punya sepatu olahraga, hanya sekedar jogging saja dia tidak pernah.
"Ya sudah cepat naik," titah Gama. "Tapi lepas sandal kamu."
Kirana menurut saja meski bingung. "Tekan tombol start atur timer di sini dan speed-nya. Jalan pelan satu menit, lalu nanti baru tambahin speed secara berkala. Kamu bisa tekan tombol ini," ujar Gama dengan nada suara yang tidak tinggi seperti biasanya. Untuk beberapa saat pria itu menjadi lebih manusiawi.
Kirana tersenyum saat track mulai jalan bergerak pelan. Kirana pun mengimbangi dengan langkah pelan.
"Paham kan sekarang?" tanya Gama, dan langsung mendapat anggukan kecil dari Kirana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil inside You
Romance"Kamu pikir, kamu itu siapa?! Berani sekali mengatur hidupku." Gama menatap tajam, penuh intimidasi kepada wanita yang kini terpojok dengan bibir bergetar. "Kamu itu cuma asisten! Aku ingatkan sekali lagi posisimu. Kamu itu cuma asisten!" bentak G...