77. Menikah

6.2K 675 129
                                    

Big thanks buat yang masih stay di sini. Terima kasih juga buat yang sudah selalu meramaikan. Sayang kalian banyak-banyak.

Yang nggak suka, nggak apa-apa. Bisa melipir ke ceritaku lain yang udah tamat. Kalau masih belum suka juga yaa monggo bikin plot sendiri, biar aku yang jadi pembaca. Wkwk.

Yuk, ah! Lanjut lagi. Bab ini kudedikasikan buat yang selalu vote dan komen yang bikin aku ketawa, meringis, dan tersenyum.

Happy reading

❤️❤️❤️


-


-

-


Langit mendung saat Kirana hendak berangkat ke kampus pagi ini. Beberapa kali dia mendesah. Pasalnya ini hari pertamanya menjalani ospek. Niatnya untuk naik ojek sepertinya harus ditunda lantaran langit mulai menurunkan gerimis.

"Harus banget pake baju hitam putih dan pita merah, ya?"

Kepala Kirana menoleh dan menemukan Gama dengan setelan jas yang tadi pagi Kirana pilihkan, mendekat.

Kirana memandang tubuhnya sendiri. "Ya, mereka bilang harus memakai pakaian begini. Tapi nggak apa-apa sih daripada saya harus memakai seragam sekolah lagi."

Kaki Gama mundur selangkah lalu memperhatikan Kirana agak jauh. "Kamu masih pantas jadi anak SMA," katanya menilai penampilan asistennya saat ini. "Tapi, apa kemejamu itu nggak kekecilan?" tanya Gama memusatkan perhatian pada kemeja Kirana yang lengannya wanita itu lipat hingga tiga per empat 

Pandangannya lalu jatuh tepat di bagian dada Kirana yang tidak terlalu besar namun tampak sekal. "Kamu bisa ganti kemeja yang agak longgaran."

"Saya hanya punya satu ini, Mas."

"Mau pinjam kemeja saya?" tanya Gama dengan nada setengah menggoda.

Kirana mendesah. "Yang ada mereka menertawakan saya kalau pakai kemeja Mas Gama. Mereka pasti berkomentar pakai kemeja raksasanya siapa?"

Ucapan Kirana membuat Gama sontak menggeram. Berani sekali wanita itu menyebutnya raksasa. Sekali sentak Gama berhasil menarik tubuh Kirana mendekat.

"Kamu tahu, raksasa ini bisa memakanmu setiap waktu?" bisik Gama membuat Kirana menelan ludah.

Aroma kayu manis dan citrus langsung terhidu. Kirana merasa mulai menyukai aroma tubuh Gama. Wanginya menghangatkan. Dan, dia diam saja ketika pria itu menunduk dan mendekatkan wajah.

Nyaris saja Gama menyentuh bibir Kirana lagi ketika suara petir yang menggelegar membuatnya terkesiap. Refleks Gama menatap langit. Awan-awan hitam menggantung di atas sana. Lalu sesaat kemudian hujan turun begitu deras.

"Sepertinya kamu bakal gagal ospek hari ini, Kirana," ucap Gama menyeringai. Dia suka derasnya hujan pagi ini. Kontras dengan Kirana yang terlihat menghela napas berat.

Kirana melepaskan diri dari rengkuhan Gama dan bergerak ke sofa ruang tamu. Dia memandang hujan dari kaca jendela lebar yang berada tepat di samping sofa. Tangannya bertumpu pada kepala sofa, sementara dagunya bersandar di atas tangan yang  saling bertumpu. Dia terlihat seperti orang galau.

"Percuma kamu pandang hujan seperti itu. Mereka nggak akan berhenti cuma karena kamu pelototi." Bukannya berangkat ke kantor karena supirnya sudah menunggu, Gama malah duduk di depan Kirana.

The Devil inside YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang