57. Mas Gama

5.6K 636 74
                                    

Kirana dan Gama baru saja turun dari mobil ketika seseorang berseru memanggil Kirana. Keduanya menoleh dan mendapati seorang pria bertubuh tinggi dengan rambut berbelah tengah, berjalan cepat ke arah mereka.

Mata tajam Gama menyipit menyaksikan pria itu tersenyum lebar kepada Kirana.

"Nugo, kok kamu di sini?"

Itu suara Kirana, Gama tidak menyangka kalau wanita itu mengenal pria tinggi tersebut. Dan yang membuat Gama tampak sebal, Kirana menyambut pria itu dengan senyum yang tak kalah lebar.

"Iya, aku baru mengantar teman ikut seminar di ballroom hotel ini. Kamu menginap di hotel ini?" tanya Nugo, dia saat ini tengah berhadapan dengan Kirana dan Gama. Namun, si Nugo ini tampak mengabaikan keberadaan Gama.

Gama sendiri lebih memilih masuk ke lobi, dan membiarkan mereka yang masih berdiri di depan pintu lobi hotel.

"Oh, begitu. Aku mau balik ke Jakarta sekarang."

"Wah, beneran? Kalau gitu sampe ketemu di sana, ya."

Kirana mengangguk. "Oke, kalau begitu aku duluan, ya, Nug."

"Oke, Kiran." Nugo sedikit melambai dan menatap Kirana yang bergerak masuk ke lobi hotel. Setelah Kirana hilang dari pandangan,  langkahnya lantas berputar meninggalkan teras lobi.

Gama masih ada di lobi saat Kirana masuk. Lelaki itu berdiri bak patung selamat datang dengan dua lengan menyilang di depan dada. Matanya menyorot Kirana yang tengah berjalan menghampirinya.

"Temu kangennya sudah?" tanya Gama sinis sesampainya wanita itu di depannya.

Dahi Kirana mengernyit. Kurang paham dengan maksud ucapan bosnya. "Temu kangen? Sama Nugo?"

"Whatever, saya nggak peduli siapa dia." Gama kembali bergerak menuju lift dengan muka masam.

Kening Kirana makin berkerut dalam dengan tingkah bosnya yang tiba-tiba ngambek tak jelas. Dia menghela napas dan menyusul langkah Gama.

"Bapak nggak mau membeli sesuatu buat oleh-oleh?" tanya Kirana saat sedang membereskan pakaian Gama.

Gama yang tengah duduk menghadap laptop menatap Kirana sekilas. "Nggak."

"Baju Bapak yang warna biru kok nggak ada ya? Bapak simpan di mana?" tanya Kirana lagi sambil menggeledah isi lemari hotel.

"Di laundry kali."

"Oh, oke. Saya tanyakan dulu." Kirana bergerak ke dekat tempat tidur Gama. Dia menghubungi layanan kamar untuk menanyakan baju-baju milik Gama yang tidak ada di kamar.

Gama yang duduk di atas tempat tidur memangku laptop memperhatikan wanita itu dengan ekor matanya. Serta-merta decakan sebalnya keluar melihat Kirana bicara di telepon sembari tersenyum.

"Apa dia begitu mudah memberikan senyum sama orang? Bahkan telepon saja tetap tersenyum," gumamnya pelan, mirip sebuah gerutuan.

"Kata mereka, baju Bapak akan diantar segera," ucap Kirana setelah menutup panggilannya.

"Hm."

"Oh ya, Bapak—"

"Bisa tidak kamu jangan panggil aku bapak? Sama laki-laki di depan hotel tadi saja kamu cuma memanggil nama. Pake aku-kamu lagi," omel Gama tiba-tiba.

Kirana sampai bengong melihat bosnya itu marah hanya karena dia menyebutnya bapak. Dan, kenapa lelaki itu jadi bawa-bawa Nugo? Dia sehat kan? Wanita itu mengembuskan napas dan tetap berusaha sabar.

"Jadi Bapak mau saya panggil apa?" tanya Kirana menatap lelah Gama yang masih saja tampak uring-uringan.

"Panggil seperti Bayu dan Rosma memanggilku."

The Devil inside YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang