82. Pindah Kamar

4.9K 638 34
                                    

Jujurly, ini kalau semua konflik karakter aku bedah bakal jadi ratusan bab. Tapi ini aku lagi coba meringkas dan semoga nggak melebar ke mana-mana. Biar yang baca nggak selalu tanya ini mau sampai kapan ceritanya?

Semua cerita ada jalan cerita masing-masing. Aku nggak pernah maksa buat pembaca suka cerita ini. Jadi, ya nggak suka dan hate komen, mending melipir aja. Sayanglah itu jarinya kalo buat komen yang bikin orang lain down.  Aku cuma ingin tamatin cerita ini dengan gaya ceritaku. Just it.

🔥🔥🔥


Senyum menyebalkan, tapi candu itu kembali Kirana lihat. Lelaki yang mengenakan kemeja navy andalannya serta pants hitam itu melambaikan sebelah tangan padanya. Saat keluar dari peron, Kirana langsung bisa melihat dia. Seperti janjinya beberapa jam lalu bahwa dia akan datang menjemput. Padahal Kirana sama sekali tidak mengharapkan itu. Dia bisa pulang sendiri ke rumah dengan menggunakan taksi.

"Capek enggak?" tanya Gama sesaat Kirana sampai di hadapannya.

"Lumayan."

"Mau pulang atau mau makan dulu?" tanya Gama mengambil alih tas Kirana, lalu menyerahkannya kepada Marco.

"Pulang aja, Mas. Aku nggak lapar."

"Oke. Kita makan masakan si mbok aja kalau begitu."

Tidak ada ekspresi bahagia atau apa pun pada wajah Kirana. Wajahnya sedatar biasanya, padahal sudah lama tidak bertemu Gama. 

"Bagaimana kondisi ibu kamu?" tanya Gama ketika mereka sudah ada di dalam mobil.

"Kesehatannya makin membaik."

"Syukurlah."

Setelah itu hening memeluk mereka. Daripada menanyakan kabar lelaki itu tanpanya selama  sepuluh hari ini, Kirana lebih memilih mengalihkan pandang ke jalanan sore kota Jakarta yang mulai padat. Gama pun sama, dia terlihat sibuk dengan tab-nya.

Kirana tahu ini belum jam pulang, jadi dia membiarkan Gama sibuk dengan dunianya. Sesekali pria itu akan menerima telepon yang terdengar penting.

"Kirana, kita mampir ke kantor sebentar, ya. Habis itu kita pulang," ucap Gama yang dibalas hanya anggukan oleh Kirana.

Mobil mereka berbelok ke arah kantor, menjauhi arah pulang ke rumah.

"Kamu ikut masuk aja, ya. Takutnya agak lama," ujar Gama lagi begitu mobil berhenti di parkiran depan gedung.

Kirana mengembuskan napas sejenak. Padahal lelaki itu bilang tadi hanya sebentar. "Aku tunggu di sini saja."

Kirana masih tidak mau melihat kesibukan kantor. Kepalanya masih penuh akan kampung halaman dan ibu. Tatapnya mengikuti langkah Gama yang setengah berlari menjauhi mobil. Lalu tubuh tegapnya hilang di telan pintu lobi.

Kirana membunuh bosan dengan mengutak-atik ponsel. Ada banyak pesan yang dia abaikan selama satu minggu lebih menjaga ibu. Salah satunya dari Nugo dan Raja. Dia jarang membuka pesan kecuali Gama  ingin melakukan panggilan video. Jadi, kalau pesan-pesan dari mereka tenggelam harap maklum.

Raja : [aku dengar ibumu sakit. Bagaimana kabarnya?]

Setelah mengecek tanggal, ternyata pesan itu dikirim tiga hari lalu. Dan Kirana baru membukanya sekarang. Hebat.

Begitu pun Nugo. Lelaki itu tadi pagi kirim pesan, dengan isi yang sama seperti kemarin dan kemarinnya lagi.

Kirana menggeser layar lantas bergerak mengetikkan balasan untuk dua lelaki itu. Hanya balasan singkat. Dia lalu meninggalkan halaman chat pesan dan mematikan sambungan internet. Dia memilih memainkan game onet setelahnya.

The Devil inside YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang