Maaf ya, untuk semua cerita akan ada keterlambatan dalam upload cerita. Soalnya aku masih ada di luar kota selama seminggu ke depan. Jadi, agak belum bisa fokus nulis. Harap dimaklumi ya, Gaes.
Ini juga nggak diedit, maklumin kalo banyak typo yah. Atau kosakata yang berantakan. Hahaha
______
Pukul sepuluh Kirana baru tiba di kantor. Bagus! Gama membuatnya seperti karyawan yang tak punya aturan. Karyawan yang bagaimana jam sepuluh baru masuk?
Lita di balik mejanya mengernyit melihat kedatangan Kirana. "Lho, kamu masuk? Aku kira kamu izin hari ini," sapanya begitu batang hidung asisten Gama tersebut nongol di kantor.
Kirana nyengir. "Izinnya cuma sampai jam sepuluh aja, Mbak."
"Ooh." Lita tersenyum lalu beranjak berdiri. "Mau ngopi? Aku ngantuk banget kemarin lembur sampai pukul sebelas malam."
"Jaga kesehatan, Mbak. Nanti sakit lho."
"Mana bisa? Sekarang malah kerjaanku tambah banyak." Lita menuding tumpukkan berkas di atas mejanya. "Tiba-tiba Pak Gama bilang kamu nggak boleh pegang laporan kantor dan tetek bengek lainnya. Semua kerjaan yang biasa kamu tangani dilimpah ke kami."
Kirana merasa bersalah di sini. "Sebenarnya aku juga nggak setuju, Mbak. Tapi, Pak Gama nggak tau kenapa tiba-tiba begitu."
Lita mendesah. "Apa boleh buat, kita kan cuma pekerjanya, nggak mungkin nolak, kan? Bisa-bisa kita dipecat. Yuk, ikut nggak?"
Kirana menggeleng. "Nggak, deh, Mbak. Aku langsung masuk aja. Pak Gama belum selesai rapat?"
"Belum, paling bentar lagi. Tadi dia rapat sama Maria."
Kirana mengangguk lantas masuk ke ruang CEO yang merangkap menjadi ruang kerjanya. Dia mendekati meja Gama dan merapikannya sebentar. Baru kemudian beranjak ke meja kerjanya sendiri.
Tak berapa lama, pintu terdengar terbuka. Dia melebarkan senyum dan siap menyambut Gama, tapi urung kala mendengar suara seorang wanita yang menyertai suaminya itu.
"Aku bingung, Gam."
Kirana tahu persis itu suara Silvana. Kedua orang itu berjalan menuju meja kerja Gama dan sepertinya belum menyadari kehadiran Kirana di ruangan itu.
"Sudah aku bilang dari awal, kan, perjodohan kalian nggak akan berhasil? Dia terima kamu cuma karena aku," ucap Gama.
"I know, tapi aku juga cinta sama dia, Gam. Perjodohan ini seperti aji mumpung buat aku deketin dia. Tapi dia malah nggak mikirin perasaan aku."
Kirana masih diam dan tak bersuara, dua orang itu juga masih di posisi membelakangi meja kerja Kirana. Sehingga masih belum menyadari keberadaan wanita itu.
"Dan apa kamu memikirkan perasaanku?"
"Jangan mulai lagi, deh, Gam."
"Kamu tau persis gimana perasaan aku ke kamu. Dan, well, kamu juga mengabaikan aku."
"Memangnya kamu masih menyukaiku?"
"Aku—"
Tanpa sadar Kirana mengatupkan bibirnya kuat-kuat. Rasanya dia tidak sanggup mendengar kelanjutan obrolan mereka berdua.
"Selamat pagi, Mas." Sapaan Kirana memotong ucapan Gama.
Dua orang yang membelakanginya itu spontan menoleh mendengar sapaannya.
"Hei, Kirana. Kamu sudah datang?" sambut Gama, dengan ekspresi tanpa merasa bersalah. Silvana di sebelahnya juga tampak biasa-biasa saja.
"Aku pikir Mas masih rapat," ucap Kirana melirik Silvana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil inside You
Romansa"Kamu pikir, kamu itu siapa?! Berani sekali mengatur hidupku." Gama menatap tajam, penuh intimidasi kepada wanita yang kini terpojok dengan bibir bergetar. "Kamu itu cuma asisten! Aku ingatkan sekali lagi posisimu. Kamu itu cuma asisten!" bentak G...