2. Gus Narsis

1.2K 65 2
                                    

“Maaf mbak, dengan sangat menyesal kami tidak bisa menerima retur.” Ucap salah seorang pelayan toko baju di mana sekarang Shofia berada. Sepulang mengajar dengan sangat terpaksa dia kembali ke mall yang kemarin ia kunjungi. Kali ini ia ditemani Khodijah. Sahabatnya itu merasa kasihan melihat Shofia mondar-mandir sendiri.

“Akkhh.. “ Shofia menghela nafas. Terduduk lemas dengan wajah lelahnya. Dengan lunglai ia sesap es teh yang ia pesan di kafe salah satu mall. Rasa manis dan segarnya minuman itu bahkan tidak mampu membangkitkan semangatnya kembali. Ia lelah.

“Kok nggak pesan makanan Vi?” Tanya Khodijah bingung melihat Shofia hanya memesan es teh tanpa makanan untuk ia makan siang hari ini. Berbeda dengan dirinya yang memesan nasi dan ayam goreng.

“Nggak tahu nih, nggak selera. “ Balas Shofia dengan tatapan kosong mengarah gelas es teh di hadapannya seraya memutar-mutar sedotan dengan malas.

“Sabar ya Vi.” Tutur Khodijah dengan wajah sendu. Ia benar-benar penasaran dengan apa yang ada di pikiran Gus Sulthan dengan segala perintahnya pada Shofia. Apa maksud dari semua tekanan yang diberikan Gus sultan pada sahabatnya itu.

“He..em..” Shofia seakan kehabisan kata-kata untuk menjawab kalimat penyemangat dari Khodijah.

“Terus gimana Vi ?” Tanya Khodijah penasaran apa yang akan dilakukan sahabat yang sudah beberapa tahun dekat dengannya itu.

“Ya mau gimana lagi. Gus narsis itu harus terima baju ini lah. Mau dia buang kek. Kasih ke orang kek. Masa bodo. “ jawab Shofia kesal.

Khodijah tergelak, mendengar Shofia menyebut Gus Sulthan dengan Gus narsis.

“Gus narsis?” Seloroh Khodijah.

“Ya apalagi. Demen banget dia foto-foto. Bentar -bentar pemotretan. Bentar bentar shooting. Udah kaya artis aja dia. “ Gerutu Shofia dengan bibir mencebik.

“Karena dia ganteng Vi. Jadi maklum kalau dia punya banyak follower di akun instagramnya. Dan dapet banyak endorse. “ Bela Khodijah.

“Akh.. terserahlah. Apapun itu aku nggak peduli. Aku pengen cepat pulang. Pegel semua badanku ini. “ Shofia lelah mendengar Khodijah yang selalu membela Sulthan.

Merekapun bergegas pergi menuju tempat parkir di mana motor mereka berada dan melaju meninggalkan mall itu.

Ah malang sekali tampaknya nasib Shofia ini. Alam pun menambah suasana semakin kelam baginya. Hujan deras datang.

Dia berhenti pada halte bus untuk berteduh, namun hujan yang diharapkan berhenti, tak kunjung reda. Dengan nekad Shofia dan Khodijah menerjang hujan yang tak lebat seperti sebelumnya.

Waktu ashar Shofia dan Khodijah sampai di pesantren tempat mereka tinggal. Setelah membersihkan diri dan shalat ashar, Shofia bergegas menemui Gus Sulthan di ruang khusus tempat dia sering membuat konten ataupun pemotretan untuk kepentingan endorse. Dan seperti dugaannya gus itu tengah bergumul dengan kamera dan para krunya. Ia tampak sibuk berlenggak- lenggok di depan kamera. Dari cara ia memperagakan, agaknya ia sedang shooting iklan sarung.

“Assalamualaikum.. “ Shofia tampak celingak-celinguk, berharap bisa bertemu dengan seseorang yang bisa ia titipi kemeja itu. Jujur dia malas dan juga takut mendapat perintah aneh lagi dari Gus itu. Dia masih tengok kanan dan tengok kiri berharap bertemu dengan bang Aiman.

Until You Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang