Shofia mulai meracik bumbu di atas penggorengan. Dari menumis bumbu, menambahkan telur hingga nasi sebagai bahan utama. Ia tak menyadari bahwa ada sepasang mata yang sedari tadi mengawasinya yang tengah memasak.Cekatan juga dia.
Beberapa menit ia berjibaku dengan penggorengan dan peralatan masak lainnya. Kantuk yang tadi menguasainya seakan terbang terbawa asap yang mengepul dari nasi goreng masakannya. Ia letakkan nasi goreng yang telah matang ke atas piring dan siap ia antarkan untuk Gus Sulthan.
Kebetulan sekali, Mbak Marni muncul. Sepertinya ia akan ke toilet. Tak menyiakan kesempatan Shofia pun memanggil Marni.
"Mbak tolong anterin ini ke Gus Sulthan yah. Beliau tadi minta dibikinin nasi goreng. Saya sudah ngantuk banget ini mbak. Tolong yah." Ucap Shofia sambil menyodorkan piring berisi nasi goreng.
"Nggih mbak. " Marni pun menurut.
"Suwun mbak." Shofia mengucapkan terima kasih yang dibalas senyuman oleh Mbak marni. Ia gegas keluar dari dapur lewat pintu samping menuju kamarnya. Dia ingin segera menjauh dari Sulthan.
"Ini Gus nasi gorengnya. Mbak Shofia sudah ngantuk katanya. Jadi dia kembali ke kamar." Tukas Marni.
Sulthan terlihat kesal. Shofia pergi tanpa pamit.
"Nggih mbak suwun. " Sulthan menerima piring yang dibawa Marni.
Jujur wangi nasi goreng di hadapannya sungguh menggoda. Aiman yang tadi ditawari menolak pun seakan menyesal.
"Mau?" tanya Sulthan.
"Nggak usah Gus. " tolak Aiman, walau sebenarnya hidungnya merasa terintimidasi dengan aroma sedap nasi goreng di tangan Sulthan.
"Kalau mau, sana coba di cek di dapur barangkali masih ada. " Kalau tidak salah lihat, Sulthan tadi melihat Shofia memasak cukup banyak. Mungkin Karena Aiman ditawari menolak, jadinya Shofia hanya memberikan satu piring.
Aiman pun ke belakang. Melihat penampakan nasi goreng buatan Shofia sontak membuat perutnya tiba-tiba konser dangdut.
Dengan tanpa suudzon dan penuh semangat Sulthan melahap sesendok nasi goreng itu. Kecapan pertama ia dibuat melayang karena nasi goreng buatan Shofia memang enak. Racikan bumbunya begitu pas. Tapi kecapan berikutnya mulutnya terasa terbakar. Dengan mulut menganga dan gerakan meniup-niup mencoba mengusir rasa pedas dari mulutnya.
"Huh.. hah.. huh.. hah.."
Begitu Aiman kembali dari dapur Sulthan memberi kode supaya diambilkan minum untuknya.
"Bang minum bang. " teriak sulthan. Aiman yang melihat kondisi Sulthan pun dengan tergopoh-gopoh kembali ke dapur dan mengambil air minum.
Dengan cepat Sulthan merebut gelas berisi air putih dari tangan Aiman dan meminumnya hingga tandas tak bersisa.
"Wah cari ribut tuh cewek. Bang, kalau Lo nggak suka pedes mending jangan dimakan deh. Dari pada perut lo mules-mules." Sulthan memperingatkan.
Keningnya terus mengeluarkan butir-butir keringat dan tangannya yang sesekali ia kibas-kibaskan di depan mulutnya karena kepedasan. Namun ia tak berhenti menyuap sendok demi sendok nasi goreng buatan Shofia, hingga habis tak bersisa.
"Tenang Gus, ayam geprek level 10 aja saya jabanin. Apalagi nasi goreng setan." Jawab Aiman. Ia tampak santai melahap nasi goreng buatan Shofia berbeda dengan Sulthan yang tampak kegerahan.
"Bilang aja enak gus. Sampe ludes gitu. Mbak Marni nggak perlu repot-repot mencucinya nanti. " seloroh Aiman yang keheranan melihat Sulthan dengan lahapnya menyantap nasi goreng setan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Until You Love Me
RomanceKepulangan Gus Sulthan setelah menyelesaikan pendidikan S2-nya dari Kairo Mesir begitu dinantikan para warga pesantren Al-Hidayah. Namun menjadi awal hari sial bagi Shofia, seorang guru di MA di bawah naungan pondok pesantren Al-Hidayah. Gadis itu t...