***
Terhitung sudah empat hari lamanya acara yang digagas Syakila berjalan. Diawali dengan pertandingan sepak bola, lalu di hari kedua pertandingan basket antar SMA dan SMK di bawah naungan yayasan Al-Hidayah. Hari ketiga dan keempat, diisi dengan pengambilan gambar Al-Khansa dan Husain, dua murid berprestasi yang ditunjuk dan didampingi oleh Syakila untuk meliput semua kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah Al-Hidayah. Dari mulai karate, sewing class, cooking class, dan jurnalistik.
Ekstrakurikuler sewing class menjadi ekstrakurikuler yang paling menarik perhatian Syakila. Di sana dia bisa menemukan anak-anak yang berminat dengan kegiatan menjahit, merajut, dan menyulam. Matanya dimanjakan dengan hasil karya yang indah dari tangan-tangan kreatif santri Al-Hidayah. Ada bantal karakter, taplak dengan sulaman bunga, hiasan dari kain yang di tengahnya dibuat mozaik dari potongan-potongan kain perca membentuk suatu lukisan, juga topi, syal dan sweater rajut dengan perpaduan warna yang begitu manis dan cantik.
Lalu liputan beralih pada ruangan tempat ekstrakurikuler cooking class. Tempat di mana para santri yang memiliki hobi memasak dan baking. Setelah sibuk mengawasi jalannya kegiatan pembuatan kue siang itu, perutnya dibuat kenyang oleh banyaknya makanan buatan mereka. Yang kebetulan hari itu membuat pastry, yaitu kue kromboloni yang tengah viral.
Setelah puas menjelajah sewing class dan cooking class, di hari keempat, mereka mengikuti kegiatan para santri yang aktif dalam ekstrakurikuler jurnalistik. Mengamati kegiatan mereka dari mulai mencari berita, mewawancarai narasumber, mengambil foto, hingga mengetik dan mengedit yang akhirnya akan di kirim ke percetakan guna dicetak menjadi majalah bulanan pondok pesantren Al-Hidayah. Tak lupa mereka mewawancarai beberapa santri sesuai dengan ekstrakurikuler yang mereka minati.
Setelah selesai sibuk bergerak ke sana kemari, mengekor para santri jurnalis, mereka kini berada di tengah kerumunan para santri dengan seragam putih-putih dengan sabuk hitam, dan warna lainnya. Mereka adalah sekumpulan santri yang tergabung dalam komunitas karate " Al-Hidayah karate club". Yang dibimbing oleh Ustadz Alif.
***
Hari ini, menginjak hari kelima, acara kajian dalam bentuk talk show akan diselenggarakan. Tapi sebelumnya, di waktu siang akan diadakan games untuk mencairkan suasana.
Semua santri berkumpul, duduk lesehan mengelilingi lapangan basket. Menyisakan ruang di tengah lingkaran para santri yang nantinya akan digunakan sebagai tempat layaknya panggung. Tempat di mana berbagai pertunjukan akan dipertontonkan. Seperti teater, pertunjukan rebana dan lain sebagainya.
Beberapa santri telah siap berdiri membentuk sebuah barisan layaknya sebuah kereta di tengah para penonton. Sedang kelompok yang lain duduk bergabung dengan penonton sembari menunggu giliran mereka untuk unjug gigi. Mereka akan adu ketangkasan dalam bermain games untuk menebak sebuah kalimat yang termasuk kata-kata mutiara dalam kitab mahfudlot yang sesuai dengan kata yang tertera di layar. Misal di layar tertera جَدَّ maka santri harus menjawab مَنْ جَدَّ وَجَدَ dan menyebutkan artinya,
Artinya: Barang siapa yang bersungguh-sungguh, maka ia akan mendapat hasil.
Misal di layar tertera : صَبَرَ maka santri harus menjawab : مَنْ صَبَرَ ظَفِرَ dan menyebutkan artinya, Barang siapa yang bersabar, maka ia akan beruntung. Kelompok yang berhasil menyusun kalimat dengan benar dan mendapat perolehan yang banyak akan keluar sebagai pemenang.
Games berlangsung meriah, walau tak semua santri berhasil menjawab dengan tepat baik dalam menyusun kalimat maupun menyebutkan artinya.
Pertunjukan teater pun dihelat. Setelah sebelumnya kuis sambung ayat Alqur'an berjalan tak kalah seru. Kali ini teater yang ditampilkan mengusung tema " Menempa santri di tengah gempuran gadget yang melenakan. "
Bukan rahasia lagi, hadirnya gawai yang semakin canggih di zaman sekarang, bukan hanya pengaruh positif yang didapat, pengaruh negatif juga bisa memberikan efek yang buruk jika kita tidak pandai-pandai dalam memanfaatkan fungsi smart phone. Jika tidak didasari pemahaman agama yang cukup, dikhawatirkan dapat menjerumuskan generasi muda sekarang dan mengikis semangat belajar mereka.
***
Dan sebagai penghujung acara dan menjadi ajang yang ditunggu-tunggu para netizen tentunya, acara talk show yang melibatkan Gus Sulthan, Ning Shofia dan Abah Yahya sebagai narasumber juga Arga sebagai bintang tamu akan dilakukan pada malam harinya.
Kalau siang tadi para penonton memakai seragam sekolah. Maka, malam ini para jamaah yang tak lain adalah santri Al-Hidayah menggunakan pakaian khas mereka masing-masing. Santriwan dengan sarung dan kemeja lengan panjang, santriwati dengan gamis panjangnya. Mereka kembali berkumpul di tengah lapangan basket untuk menyimak kajian dalam kemasan yang berbeda. Kalau biasanya mereka ngabsahi kitab dengan bolpoin hi-tec di tangan disertai mata yang mudah sekali terkatup, kali ini mereka akan disajikan sesi interaksi yang asyik antara santri dan Gusnya. Sepanjang acara siapapun bisa melontarkan pertanyaan baik kepada Gus Sulthan, Ning Shofia atau Abah Yahya.
"Assalamualaikum warahmatullahi wa barakaaaatuh!!! "
Suara Syakila menggelegar memenuhi penjuru Al-Hidayah sejalan dengan dirinya yang muncul dari balik layar, berlari membelah barisan para santri yang dibalas tak kalah heboh dari santri-santri yang hadir.
"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakaaaatuh!!!" Sorak-sorai terdengar riuh menjadikan malam ini tampak syahdu didukung angin yang berhembus tenang. Pun langit tampak bertabur bintang, dan bermandikan cahaya rembulan.
"Hallo, adik-adikku sekalian, para santriwan dan santriwati Al-Hidayah, yang tentunya sedang sangat berbahagia. Betul tidaaak???!"
"Bettoool.. ??!!"
Gemuruh para santri memecah hening malam di Al-Hidayah.
Basa-basi sebagai pembuka acara mengalir dengan lancar. Setiap sapaan yang meluncur dari bibir Syakila yang terdengar suka cita, dibalas gegap gempita oleh para santri. Hingga waktu pemanggilan Gus Sulthan, Abah Yahya, Ning Shofia, dan Arga pun tiba. Satu persatu dari mereka pun menghampiri panggung dan mengambil duduk di tempat yang telah disediakan sesuai dengan arahan. Ning Shofia dekat dengan Syakila di bagian sebelah kiri sedangkan Gus Sulthan, Abah Yahya dan Arga berada di bagian sebelah kanan. Setelah semua orang tampak siap, dan semua hal sudah tertata dengan baik dan benar, Syakila pun bersiap untuk menginjak ke inti acara.
"Baik, Alhamdulillah semua sudah mengambil tempatnya masing-masing.. "
"Tunggu Syakila! "
"Ya Gus? Kenapa?"
"Kayaknya di bagian sini lighting-nya kurang maksimal deh. "
"Masa sih Gus? Udah terang banget loh ini. "
"Apa Syakila pindah sini aja, tuker sama saya. Saya pindah ke sana. Biar wajah saya tampak terang di kamera. Karena bulan saya ada di sana. Dan saya nggak bisa jauh-jauh dari bulan yang cantik itu. " Tunjuk Sulthan pada istrinya yang malam ini tampil cantik dengan balutan gamis warna mauve lengkap dengan cadarnya. Dan seperti biasa gombalannya selalu berhasil membuat wanita itu terhenyak dan pipinya memanas di sebalik niqabnya.
"Arrrrrghh... "
"Waaaa... "
"Huwaaaa..."
Sontak berbagai sahutan membahana. Banyak santriwati berteriak histeris. Syakila pun dibuat speechless. Dia hanya mampu membekap mulutnya yang menganga dengan mata membulat sempurna.
Owalah Gus-Gus, cukup Gus. Apa iya kita perlu terbang jama'ah ke Pluto sekarang?
***
Jumat, 13 September 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Until You Love Me
RomanceKepulangan Gus Sulthan setelah menyelesaikan pendidikan S2-nya dari Kairo Mesir begitu dinantikan para warga pesantren Al-Hidayah. Namun menjadi awal hari sial bagi Shofia, seorang guru di MA di bawah naungan pondok pesantren Al-Hidayah. Gadis itu t...