Pagi begitu cerah. Sinar mentari yang baru saja menyembul dari tempat persembunyiannya begitu lembut menerpa wajah Shofia. Selaras dengan hawa sejuk permulaan hari yang mengantarkan para embun beranjak dari pucuk-pucuk hijau dedaunan yang merunduk.
Shofia merentangkan tangan, dengan mata terpejam ia hirup dalam-dalam aroma pagi yang begitu menenangkan. Dengan keranjang belanja ia jinjing di tangan kanannya ia melangkah dengan penuh semangat. Kakinya ia ayunkan dengan gembira, walau rencana pergi ke pantai dengan Khodijah gagal total.
Mendengar ada selentingan kabar bahwa Ning Humaira dan kyai Harun akan datang, membuat Shofia berasumsi bahwa Gus artis itu akan segera melepas masa lajangnya. Dengan begitu, Sulthan pasti akan menghentikan semua perintah-perintah konyol yang selama ini diberikan padanya. Karena semua tugas itu akan beralih pada istrinya kelak.
Shofia menghela nafas lega.
Pemandangan itu tertangkap netra seorang pria di atas motor sport hitamnya. Dengan roda terus berputar, beberapa detik ia menatap punggung gadis itu lalu tersenyum samar dibalik helm full face hitam yang ia pakai. Lalu kembali menatap jalanan dan memutar gas kencang, melesat cepat menjauh dari jangkauan. Para santri yang tengah berjalan berlalu lalang menatap takjub.
“Siapa sih itu?”
“Emang ada yang bawa motor kaya gitu di pesantren?”
“Apa itu Gus Sulthan?”
“Keren banget sumpah.”
Begitu juga Shofia dan Khodijah, keduanya kedapatan ternganga juga terperanjat dengan suara bising yang dihasilkan oleh motor itu.
“Astaghfirullahal adzim, ngagetin aja. Siapa sih itu?” Tanya Shofia sambil meraba dadanya, jantungnya berdebar cepat karena suara bising itu.
“Kayaknya Gus Sulthan deh. Dia kan punya motor kayak gitu. Kereeeen..” Puji Khodijah.
“Keren gundulmu. Ganggu tahu.” Gerutu Shofia.
***
“Assalamualaikum..” seru Sulthan kala sampai di tempat tujuan. Mendapati beberapa orang temannya tengah duduk di bangku panjang di dalam sebuah warung bubur ayam terkenal di daerah itu. Ternyata Sulthan punya janji sarapan bersama dengan teman-teman clubnya.
Mereka tergabung dalam club pecinta motor sport ninja ZX- 25R.
“Waalaikumussalam.. “ salam Sulthan dibalas serentak oleh sekumpulan teman clubnya yang tengah menunggu bubur ayam pesanannya sampai.
“Apa kabar Gus?” Satu per satu dari kawan-kawannya itu berdiri dan mendekap Sulthan secara bergantian.
“Alhamdulillah.. antum semua gimana kabarnya?”
“Alhamdulillah baik juga Gus. “
“Kirain bakal Dateng bareng Syakila Gus. “ Kata Abrar, pria berkacamata berbadan besar.
“Hehe, kenapa harus sama Syakila?” Tanya Sulthan.
“Kita penasaran Gus. Selama ini Cuma bisa liat di media sosial. Pengen lah sekali-sekali liat aslinya.” Suara Prima, pria berambut gondrong turut menimpali.
Sulthan hanya tersenyum tak begitu menanggapi. Karena apa yang dipikirkan orang- orang di luar sana memang jauh berbeda dengan kenyataan yang terjadi sebenarnya. Dirinya dan Syakila hanya teman dalam membuat konten. Tak lebih.
“Nanti deh, kapan-kapan kita ngonten bareng. “ Tukas Sulthan.
“Wah ide bagus tuh. Club’ kita bisa viral nanti. “ Timpal Arman dengan wajah berbinar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Until You Love Me
RomanceKepulangan Gus Sulthan setelah menyelesaikan pendidikan S2-nya dari Kairo Mesir begitu dinantikan para warga pesantren Al-Hidayah. Namun menjadi awal hari sial bagi Shofia, seorang guru di MA di bawah naungan pondok pesantren Al-Hidayah. Gadis itu t...