Aiman bingung. Sejak panggilannya pada Khodijah dimatikan, Sulthan terlihat cosplay jadi batu. Diam tanpa suara. Wajahnya benar-benar menyeramkan.
Apa Gus Sulthan marah karena aku udah jadiin alasan buat telpon Khodijah?
Atau ada alasan lain yang membuatnya marah..
Atau..
Ah.. CEMBURU!!
Tiba-tiba Aiman melipat bibir ke dalam. Menahan senyumnya.
Jadi, dia cemburu??
"Gus, sampean lapar? Mau pesenin makanan ta Gus? " tanya Aiman hati-hati.
"Masih kenyang." Jawab Sulthan datar.
"Apa telpon mbak Shofia aja?" Goda Aiman.
"Apaan sih Aiman." Ketus Sulthan dengan mode dingin. Dengan mata melirik tajam.
"Ohya jangan lagi bawa-bawa nama saya buat pedekate sama Khodijah. "
"Yah, Gus. Bantu dikit napa. "
"Nanti tak rewangi dapetin hati mbak Shofia. Nanti saya bantuin deh, buat naklukin mba Shofia. " Aiman memohon, Sulthan masih tak bergeming. Hanya lirikan matanya yang membuat Aiman sedikit terintimidasi.
"Maaf Gus, wanita itu perlu dimodusin Gus. Kalau diem-diem Bae kapan pesan cintanya nyampe? Ntar dilamar Alif nangis??" Aiman masih mengoceh. Kalimat akhir yang ia katakan mampu membuat kesadaran Sulthan tersentak. Fokusnya yang sedari tadi mengarah ke layar smartphone-nya yang menampilkan berbagai menu makanan kini telah ambyar. Termenung, lalu melirik Aiman begitu lama, pikirannya kacau sekarang.
Suara dering ponsel Sulthan terdengar, memecah hawa dingin yang sedari tadi menyergap. Id caller menunjukkan nama Abah, yang tak lain adalah Abah Yahya, ayahnya.
"Assalamualaikum Abah,"
"Waalaikumussalam, nak."
"Pripun kabare bah?"
"Alhamdulillah sae. Lah Awakmu piye?"
"Alhamdulillah sami sae bah."
"Abah besok ke Malang, ke pondok pesantren At-Taqwa. Abah mau ketemu kyai Harun. Kamu nyusul ya. Kamu jelaskan tentang jawaban kamu untuk Humaira. Abah nggak tahu cara nolak Humaira gimana, dia itu sudah diminta banyak kyai buat dijadiin mantu tapi dia milih kamu nak, tapi kamu malah menolaknya."
Beberapa hari yang lalu, saat Abah menanyakan jawabannya perihal perjodohannya dengan Humaira, Sulthan dengan tegas menolaknya. Dengan alasan bahwa dia sudah punya calon sendiri. Tentu Abah Yahya begitu kecewa. Humaira, putri kyai Harun pengasuh pondok pesantren At-Taqwa, selain cantik dia terkenal cerdas dan aktif dalam berorganisasi. Banyak yang bilang ia akan sangat serasi jika berjodoh dengan Sulthan putranya. Namun, perkara hati, Yahya tak mau memaksa. Apalagi Raffa anak pertamanya dulu bersedia dijodohkan dengan Halida putri kyai Adam dari pondok pesantren An-Nur karena ternyata mereka sudah sama-sama saling menyukai bahkan sebelum orang tua mereka merencanakan perjodohan untuk mereka. Dan sekarang, ia tak bisa memaksakan keinginannya pada Sulthan.
"Nggih Abah, mangke Kulo nyusul mriku ketemu Abah juga kyai Harun. " Jawab Sulthan.
Sulthan tak tahu apa ia akan menyesali keputusannya sekarang untuk menolak Humaira atau tidak. Ia juga tahu reputasi gadis itu memang membuat siapapun sulit menolak pesonanya. Bahkan beberapa temannya sering kedapatan membicarakan tentangnya, banyak pujian meluncur dari mulut mereka untuk gadis itu. Tapi, getar hati Sulthan bukan untuk gadis bermata sipit itu, melainkan untuk gadis lain. Gadis biasa, bukan seorang Ning. Mungkin itu yang membuatnya ragu untuk jujur pada kedua orang tuanya. Ada kekhawatiran tersendiri di lubuk hatinya seandainya tak mendapat restu dari kedua orangtuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Until You Love Me
RomansaKepulangan Gus Sulthan setelah menyelesaikan pendidikan S2-nya dari Kairo Mesir begitu dinantikan para warga pesantren Al-Hidayah. Namun menjadi awal hari sial bagi Shofia, seorang guru di MA di bawah naungan pondok pesantren Al-Hidayah. Gadis itu t...